MASIGNASUKAv102
1413081431726134975

ELTA IV Papua - Papua Barat (Part 1)

ELTA IV Papua - Papua Barat (Part 1)
Add Comments
Sabtu, 16 Februari 2019

Hi guys, kali ini saya akan berbagi informasi mengenai ELTA yang mana merupakan kegiatan yang "mengkatalisis" atau menjembatani proses sehingga saya bisa memperoleh beasiswa ke negeri Kangguru, Australia. 

Awalnya niat saya untuk sekolah ke luar negeri hanyalah angan-angan belaka, namun niat itu berubah sejak mengikuti kegiatan ini. Memang semua hal itu berawal dari niat yang baik, berprasangka terhadap sesuatu hal dengan baik pula serta dikelilingi oleh lingkungan yang baik. Bagaimana caranya? Segera merubah mindset/pola pikir dan bertindak menentukan pilihan karena hidup adalah pilihan. Salah satu kutipan ayat Al Quran yang membuat saya semakin yakin adalah QS Ar Ra'ad ayat 11,

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri."
Berikut cerita saya tapi sebelumnya saya akan menjelaskan sedikit tentang ELTA ya. Check this out!


Apakah ELTA itu?


ELTA adalah singkatan dari English Language Training Assistance. ELTA merupakan program bantuan pelatihan bahasa Inggris dari pemerintah Australia yang diselenggarakan oleh Australia Awards Indonesia (AAI) untuk menunjang mereka yang belum memenuhi persyaratan IELTS 5.5 (atau TOEFL 500) untuk pendaftaran Australia Awards Scholarship (AAS). Pelatihan ini diselenggarakan untuk 6 (enam) provinsi yaitu PapuaPapua BaratMalukuMaluku UtaraNusa Tenggara Timur(NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB).




Program ini ditujukan bagi mereka yang telah memiliki gelar S1 yang berasal dari provinsi tersebut. Tidak hanya bagi mereka pelamar umum, teman-teman disabilitas juga memiliki kesempatan yang sama melalui kegiatan ini. Bagi pelamar disabilitas boleh berasal dari provinsi manapun di seluruh Indonesia dan apabila berhasil lolos, maka pihak Australia Awards akan memberikan dukungan tambahan sesuai dengan disabilitas yang dimiliki.   

Pelatihan ini sangat baik karena peserta yang lolos seleksi akan belajar meng-upgrade skill bahasa Inggirsnya (Listening, Reading, Writing and Speaking) dengan dibantu oleh pengajar profesional dari IALF (Indonesia Australia Language Foundation). Beberapa tujuan lain dari program ini yang menurut saya begitu baik adalah meningkatkan keterampilan akademik, memacu peserta belajar mandiri secara efektif, meningkatkan kepercayaan diri dan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris dalam konteks akademik dan sosial.

Jadi, bagi anda yang berasal dari ke-6 provinsi tersebut dan memiliki keinginan untuk mengembangkan diri, tidak ada salahnya untuk mendaftar menjadi peserta ELTA. Bila anda memiliki pertanyaan dan ingin mengetahui lebih detail mengenai program ini, sila merujuk ke pranala ini.

Mengenai informasi kapan pendaftaran dibuka, sebaiknya mengecek secara berkala di website Australia Awards Indonesia.


Pengalaman saya menjadi peserta ELTA


1. Lika liku mulai dari pendaftaran sampai menjadi peserta

Menjadi seorang guru di salah satu sekolah negeri di kabupaten Merauke sejak diwisuda tahun 2011, tidak menyurutkan niat saya untuk terus belajar men-gupdate ilmu pengetahuan. Saat itu di awal semester 1, awal bulan Oktober tahun 2015, saya mendapatkan informasi mengenai ELTA dari rekan kerja (pak Anto). Beliau membaca koran lokal bahwa ada seleksi program ELTA, kami berdiskusi dan singkat cerita memutuskan untuk mendaftar meski keterampilan bahasa Inggris kami setara dengan anak SMP (bisa jadi saat itu anak-anak SMP di Indonesia rata-rata memiliki kecakapan berbahasa Inggris lebih daripada kami berdua 😟). Namanya sudah niat, apapun itu maju terus pantang mundur guys 😁😁😁. Berkas persyaratan pun dilengkapi mulai dari scan identitas, transkrip nilai, surat sertifikat kemampuan bahasa Inggris (saat itu kami berdua tidak memilikinya), dan surat sakti yaitu surat ijin dari pimpinan sekolah (syukur-syukur jika diberi ijin, ini khusus pegawai ya karena meminta ijin kepada atasan itu ada etikanya).


Setelah semua berkas terkumpul, selanjutkan kami mengirimkan ke alamat email sesuai dengan informasi yang diperoleh di web AAI. Pak Anto mengirimkan berkasnya duluan, namun saat itu saya belum memutuskan untuk mengirimkan berkasnya padahal deadline tinggal 3 hari lagi. Apa yang terjadi? Saya mengalami kebimbangan dan keraguan yang begitu mendalam, anak-anak zaman now menyebut hal tersebut dengan GALAU. Iya, benar karena saya sudah berada pada zona nyaman, memiliki pekerjaan dengan gaji lumayan (meski hanya menjadi guru honorer yang penghasilannya tidak pernah mencapai angka impian Rp 1.000.000,- dalam sebulan dengan beban kerja 24-30 jam per minggu) sehingga begitu sulit memutuskan untuk mendaftar program ini. Tentunya sebagai guru junior, saya pun meminta nasihat pada para senior saya. Akhirnya keputusan saya sudah bulat, maju terus pantang mundur. Keinginan mendaftar semakin menggebu-gebu ketika senior saya Bu Helda Ambay, yang saat itu sedang menempuh kuliah di Australia, memberikan motivasi yang sangat luar biasa. 

"Berjuanglah demi masa depanmu, abaikan mereka yang tidak memberikan motivasi buatmu, ingat ini kesempatanmu, buatlah yang terbaik, tidak ada salahnya dicoba dek", begitu kata beliau. 
Akhirnya setelah niat ikhlas terkumpul dengan baik, semua berkas terkirim pada 2 Oktober 2015 pukul 14.04 (pendaftaran kalau tidak salah tutup pada pukul 15.00) 

Selang beberapa minggu kemudian kami mendapatkan informasi melalui email bahwa kami berdua berhasil lolos seleksi tahap I, yakni hasil seleksi dokumen-dokumen yang telah dikirim. Bahagianya pak Anto saat itu (saya juga tentunya) karena seleksi tahap II dilaksanakan di Jayapura, oleh karena itu kami harus mempersiapkan diri menghadapi seleksi lanjutan tanggal 16 November 2015. 


2. Hal apa yang perlu dipersiapkan?

Identitas asli dan mental diri karena kita bakal menghadapi tes dasar bahasa Inggris (bentuk soal pilihan ganda dan essay), tes kemampuan dasar dan wawancara. Yang sering menjadi pertanyaan adalah apa saja sih hal-hal yang ditanyakan saat wawancara. Well, guys saat itu saya sama sekali tidak tahu dan menurut saya hal terpenting ketika diwawancarai oleh tim adalah menyampaikan jawaban dengan jujur dan dapat diterima secara logika. Saat itu pertanyaannya seputar tujuan studi, kontribusi terhadap daerah melalui bidang studi pelamar dan pengalaman organisasi/kerja.    


3. Bagaimana dengan akomodasi?

Tim sangat bertanggung jawab, kita tidak perlu khawatir bila berada jauh dari tempat seleksi seperti saya dan pak Anto yang dari berasal dari Merauke, semua biaya transportasi Merauke - Jayapura - Merauke dan penginapan (maksimal 2 malam) semuanya diganti (tentunya dengan standar tertentu). Tambahannya, kami diberi uang saku. Bagi kami berdua, tanpa diberi uang saku pun sudah bersyukur karena bisa mendapatkan pengalaman seleksi program hebat ini.  

4. Tes dan wawancara dimulai


Dengan modal yakin atas kemampuan kami berdua, soal pun saya tatap dengan penuh semangat. Berbeda dengan pak Anto yang sudah garuk-garuk kepala duluan, aku hanya bilang, "semangat pak Anto". Waktu pengerjaan soal dimulai dan you know what happened? Saya tidak yakin bisa menjawab semuanya dengan benar (mungkin saya hanya bisa menjawab benar sekitar 50 %). Memang tidak bisa dipungkiri bahwa seleksi ini diperuntukan bagi mereka yang sekiranya memiliki rentang IELTS diantara 4.5 - 5.0. Apapun hasilnya serahkan pada Tuhan Yang Maha Kuasa, at least kita sudah berusaha.


Saat seleksi wawancara, para peserta seleksi menunggu di luar ruangan yang nantinya dipanggil satu per satu untuk masuk ke ruangan wawancara. Durasi wawancara untuk setiap peserta sekitar 30 menit. Ketika nama saya dipanggil, degup jantung semakin kencang karena bingung nanti mau jawab apa. "Ingat alfrets, ingat, sampaikan dengan baik dan jujur ya", hati kecil saya bicara. Betul sekali yang ditanyakan tim seleksi mengenai hal-hal seperti yang saya sampaikan sebelumnya dan juga mengenai kondisi terkini yang terjadi di dunia (So, guys ingat penting juga denger berita entah melalui radio, TV, dan Internet). Meski dengan bahasa Inggris yang terbata-bata, saya melaju dengan kencang tapi teratur, dalam ilmu Fisika disebut GLBB, hahahaa. Next, wawancara selesai dan kembali lagi, hasil serahkan pada-Nya.   


5. Hal yang tidak diduga duga

Saya sangat bersyukur bisa mengikuti seleksi ELTA ini. Setelah tes dasar bahasa Inggris, iseng-iseng saya melihat daftar nama peserta (saat itu kami dari kabupaten Merauke ada 5 peserta yang mengikuti seleksi) dan mata saya tertuju pada seorang nama Edoardo Antonius Mote. Kaget bukan kepalang, terpisah sejak lulus SMP tahun 2003, kami dipertemukan melalui kegiatan ini.  Alhamdulillah


1 Desember 2015, ada pemberitahuan email masuk dari tim ELTA Papua-Papua Barat bahwa saya, Abinus Sama dan kak Jeffry Pelamonia berhasil lolos menjadi peserta ELTA. Memang di luar dugaan, meski pak Anto dan sahabat saya belum berhasil lolos mereka terus memberikan semangat pada saya (bahagia memiliki sahabat seperti mereka). Tapi yang paling terpenting adalah bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah SWT. 


Bagaimana pengalaman 3 bulan menjadi peserta ELTA, nantikan kelanjutannya di part 2 ya.

to be continued .......





alfrets.dt

I'm a chemistry teacher

Assalamualaikum wr wb,

Terimakasih sudah mampir ke sini ya... Yuk kita jalin silaturahmi dengan saling meninggalkan jejak di kolom komentar.

Terimakasih .... :)

  1. Wah keren, suami istri menulis blog. Sukses ya Mas Alfred ceritanya menginspirasi. Semoga menular ke saya. Amin
    Ditunggu cerita kelanjutannya ya. Ga sabar mau tau keseruan gabung elta dan dinyatakan lolos seleksi

    BalasHapus
  2. Wah, menarik banget pengalamannya. Aku dulu sempat pengen kuliah di Jepang. Aku sejak lulus SMP udah nyari beasiswa di sana dan punya resolusi tembus di Monbukagakusho. Aku sudah download soal-soal ujiannya, aku sudah membeli buku belajar bahasa Jepang. Sayangnya waktu SMA malah keasyikan dengan dunia remaja. Semoga nanti aku bisa S2 di luar negeri deh :D

    BalasHapus
  3. Banyak hal di dunia ini yang tidak terduga. Jadi penasaran cerita selanjutnya. Meski disayangkan, Oom Anto belum rejeki untuk belajar di program ELTA. Jadi tertarik juga sih, soalnya skill Bahasa Inggris belum mumpuni~

    BalasHapus
  4. Keren nih mbak, suami istri menulis di blog yang sama. Sama-sama basic pendidikan pula. Btw thanks udah berbagi pengalaman, bermanfaat banget nih. Mungkin klu saya masih tinggal di Papua bisa ikut program elta ini ya tapi klu ikut juga kemungkinan lolos kecil karena kemampuan bahasa inggrisku yang masih rendah banget, hehe.

    BalasHapus
  5. Baru tahu kalau yg nulis ini suaminy mb
    Keren
    Btw suamiku juga dinas di Manokwari loh

    BalasHapus