Hi guys, kali ini saya akan berbagi
informasi mengenai ELTA yang mana merupakan kegiatan yang
"mengkatalisis" atau menjembatani proses sehingga saya bisa
memperoleh beasiswa ke negeri Kangguru, Australia.
Awalnya niat saya untuk sekolah ke luar
negeri hanyalah angan-angan belaka, namun niat itu berubah sejak mengikuti
kegiatan ini. Memang semua hal itu berawal dari niat yang baik, berprasangka
terhadap sesuatu hal dengan baik pula serta dikelilingi oleh lingkungan yang
baik. Bagaimana caranya? Segera merubah mindset/pola
pikir dan bertindak menentukan pilihan karena hidup adalah pilihan. Salah satu
kutipan ayat Al Quran yang membuat saya semakin yakin adalah QS Ar Ra'ad ayat
11,
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri."
Berikut cerita saya tapi sebelumnya saya
akan menjelaskan sedikit tentang ELTA ya. Check this out!
Apakah ELTA itu?
ELTA adalah singkatan dari English Language
Training Assistance. ELTA merupakan program bantuan pelatihan
bahasa Inggris dari pemerintah Australia yang diselenggarakan oleh Australia
Awards Indonesia (AAI) untuk menunjang mereka yang belum memenuhi persyaratan IELTS 5.5 (atau TOEFL 500) untuk pendaftaran Australia
Awards Scholarship (AAS). Pelatihan ini diselenggarakan untuk 6 (enam) provinsi
yaitu Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku
Utara, Nusa Tenggara Timur(NTT) dan Nusa
Tenggara Barat (NTB).
Program ini ditujukan bagi mereka yang
telah memiliki gelar S1 yang berasal dari provinsi tersebut. Tidak hanya bagi
mereka pelamar umum, teman-teman disabilitas juga memiliki kesempatan yang sama
melalui kegiatan ini. Bagi pelamar disabilitas boleh berasal dari provinsi
manapun di seluruh Indonesia dan apabila berhasil lolos, maka pihak Australia
Awards akan memberikan dukungan tambahan sesuai dengan disabilitas yang
dimiliki.
Pelatihan ini sangat baik karena peserta
yang lolos seleksi akan belajar meng-upgrade skill bahasa Inggirsnya
(Listening, Reading, Writing and Speaking) dengan dibantu oleh pengajar
profesional dari IALF (Indonesia Australia Language Foundation). Beberapa
tujuan lain dari program ini yang menurut saya begitu baik adalah meningkatkan
keterampilan akademik, memacu peserta belajar mandiri secara efektif,
meningkatkan kepercayaan diri dan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris
dalam konteks akademik dan sosial.
Jadi, bagi anda yang berasal dari ke-6
provinsi tersebut dan memiliki keinginan untuk mengembangkan diri, tidak ada
salahnya untuk mendaftar menjadi peserta ELTA. Bila anda memiliki pertanyaan
dan ingin mengetahui lebih detail mengenai program ini, sila merujuk ke pranala ini.
Mengenai informasi kapan pendaftaran
dibuka, sebaiknya mengecek secara berkala di website Australia Awards Indonesia.
Pengalaman saya menjadi peserta ELTA
1. Lika liku mulai dari pendaftaran sampai menjadi peserta
Menjadi seorang guru di salah satu
sekolah negeri di kabupaten Merauke sejak diwisuda tahun 2011, tidak
menyurutkan niat saya untuk terus belajar men-gupdate ilmu pengetahuan. Saat
itu di awal semester 1, awal bulan Oktober tahun 2015, saya mendapatkan informasi
mengenai ELTA dari rekan kerja (pak Anto). Beliau membaca koran lokal bahwa ada
seleksi program ELTA, kami berdiskusi dan singkat cerita memutuskan untuk
mendaftar meski keterampilan bahasa Inggris kami setara dengan anak SMP (bisa
jadi saat itu anak-anak SMP di Indonesia rata-rata memiliki kecakapan berbahasa
Inggris lebih daripada kami berdua 😟). Namanya sudah niat, apapun itu maju terus pantang
mundur guys 😁😁😁. Berkas persyaratan pun dilengkapi mulai dari scan
identitas, transkrip nilai, surat sertifikat kemampuan bahasa Inggris (saat itu
kami berdua tidak memilikinya), dan surat sakti yaitu surat ijin dari pimpinan
sekolah (syukur-syukur jika diberi ijin, ini khusus pegawai ya karena meminta
ijin kepada atasan itu ada etikanya).
Setelah semua berkas terkumpul,
selanjutkan kami mengirimkan ke alamat email sesuai dengan informasi yang
diperoleh di web AAI. Pak Anto mengirimkan berkasnya duluan, namun saat itu
saya belum memutuskan untuk mengirimkan berkasnya padahal deadline tinggal 3
hari lagi. Apa yang terjadi? Saya mengalami kebimbangan dan keraguan yang
begitu mendalam, anak-anak zaman now menyebut hal tersebut dengan GALAU. Iya,
benar karena saya sudah berada pada zona nyaman, memiliki pekerjaan dengan gaji
lumayan (meski hanya menjadi guru honorer yang penghasilannya tidak pernah
mencapai angka impian Rp 1.000.000,- dalam sebulan dengan beban kerja 24-30 jam
per minggu) sehingga begitu sulit memutuskan untuk mendaftar program ini.
Tentunya sebagai guru junior, saya pun meminta nasihat pada para senior saya.
Akhirnya keputusan saya sudah bulat, maju terus pantang mundur. Keinginan
mendaftar semakin menggebu-gebu ketika senior saya Bu Helda Ambay, yang saat
itu sedang menempuh kuliah di Australia, memberikan motivasi yang sangat luar
biasa.
"Berjuanglah demi masa depanmu, abaikan mereka yang tidak memberikan motivasi buatmu, ingat ini kesempatanmu, buatlah yang terbaik, tidak ada salahnya dicoba dek", begitu kata beliau.
Akhirnya setelah niat ikhlas terkumpul
dengan baik, semua berkas terkirim pada 2 Oktober 2015 pukul 14.04 (pendaftaran
kalau tidak salah tutup pada pukul 15.00)
Selang beberapa minggu kemudian kami
mendapatkan informasi melalui email bahwa kami berdua berhasil lolos seleksi
tahap I, yakni hasil seleksi dokumen-dokumen yang telah dikirim. Bahagianya pak
Anto saat itu (saya juga tentunya) karena seleksi tahap II dilaksanakan di
Jayapura, oleh karena itu kami harus mempersiapkan diri menghadapi seleksi
lanjutan tanggal 16 November 2015.
2. Hal apa yang perlu dipersiapkan?
Identitas asli dan mental diri karena
kita bakal menghadapi tes dasar bahasa Inggris (bentuk soal pilihan ganda dan
essay), tes kemampuan dasar dan wawancara. Yang sering menjadi pertanyaan
adalah apa saja sih hal-hal yang ditanyakan saat wawancara. Well, guys saat itu
saya sama sekali tidak tahu dan menurut saya hal terpenting ketika diwawancarai
oleh tim adalah menyampaikan jawaban dengan jujur dan dapat diterima secara
logika. Saat itu pertanyaannya seputar tujuan studi, kontribusi terhadap daerah
melalui bidang studi pelamar dan pengalaman organisasi/kerja.
3. Bagaimana dengan akomodasi?
Tim sangat bertanggung jawab, kita tidak
perlu khawatir bila berada jauh dari tempat seleksi seperti saya dan pak Anto
yang dari berasal dari Merauke, semua biaya transportasi Merauke - Jayapura -
Merauke dan penginapan (maksimal 2 malam) semuanya diganti (tentunya dengan
standar tertentu). Tambahannya, kami diberi uang saku. Bagi kami berdua, tanpa
diberi uang saku pun sudah bersyukur karena bisa mendapatkan pengalaman seleksi
program hebat ini.
4. Tes dan wawancara dimulai
Dengan modal yakin atas kemampuan kami
berdua, soal pun saya tatap dengan penuh semangat. Berbeda dengan pak Anto yang
sudah garuk-garuk kepala duluan, aku hanya bilang, "semangat pak
Anto". Waktu pengerjaan soal dimulai dan you know what
happened? Saya tidak yakin bisa menjawab semuanya dengan benar
(mungkin saya hanya bisa menjawab benar sekitar 50 %). Memang tidak bisa
dipungkiri bahwa seleksi ini diperuntukan bagi mereka yang sekiranya memiliki
rentang IELTS diantara 4.5 - 5.0. Apapun hasilnya serahkan pada Tuhan
Yang Maha Kuasa, at least kita sudah berusaha.
Saat seleksi wawancara, para peserta
seleksi menunggu di luar ruangan yang nantinya dipanggil satu per satu untuk
masuk ke ruangan wawancara. Durasi wawancara untuk setiap peserta sekitar 30
menit. Ketika nama saya dipanggil, degup jantung semakin kencang karena bingung
nanti mau jawab apa. "Ingat alfrets, ingat, sampaikan dengan baik dan
jujur ya", hati kecil saya bicara. Betul sekali yang ditanyakan tim
seleksi mengenai hal-hal seperti yang saya sampaikan sebelumnya dan juga
mengenai kondisi terkini yang terjadi di dunia (So, guys ingat penting juga
denger berita entah melalui radio, TV, dan Internet). Meski dengan bahasa
Inggris yang terbata-bata, saya melaju dengan kencang tapi teratur, dalam ilmu
Fisika disebut GLBB, hahahaa. Next, wawancara selesai dan kembali lagi, hasil
serahkan pada-Nya.
5. Hal yang tidak diduga duga
Saya sangat bersyukur bisa mengikuti
seleksi ELTA ini. Setelah tes dasar bahasa Inggris, iseng-iseng saya melihat
daftar nama peserta (saat itu kami dari kabupaten Merauke ada 5 peserta yang
mengikuti seleksi) dan mata saya tertuju pada seorang nama Edoardo
Antonius Mote. Kaget bukan kepalang, terpisah sejak lulus SMP tahun 2003,
kami dipertemukan melalui kegiatan ini. Alhamdulillah
1 Desember 2015, ada pemberitahuan email
masuk dari tim ELTA Papua-Papua Barat bahwa saya, Abinus Sama dan kak Jeffry
Pelamonia berhasil lolos menjadi peserta ELTA. Memang di luar dugaan, meski pak
Anto dan sahabat saya belum berhasil lolos mereka terus memberikan semangat
pada saya (bahagia memiliki sahabat seperti mereka). Tapi yang paling
terpenting adalah bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah SWT.
Bagaimana pengalaman 3 bulan menjadi
peserta ELTA, nantikan kelanjutannya di part 2 ya.
to be continued .......
Wah keren, suami istri menulis blog. Sukses ya Mas Alfred ceritanya menginspirasi. Semoga menular ke saya. Amin
BalasHapusDitunggu cerita kelanjutannya ya. Ga sabar mau tau keseruan gabung elta dan dinyatakan lolos seleksi
Wah, menarik banget pengalamannya. Aku dulu sempat pengen kuliah di Jepang. Aku sejak lulus SMP udah nyari beasiswa di sana dan punya resolusi tembus di Monbukagakusho. Aku sudah download soal-soal ujiannya, aku sudah membeli buku belajar bahasa Jepang. Sayangnya waktu SMA malah keasyikan dengan dunia remaja. Semoga nanti aku bisa S2 di luar negeri deh :D
BalasHapusBanyak hal di dunia ini yang tidak terduga. Jadi penasaran cerita selanjutnya. Meski disayangkan, Oom Anto belum rejeki untuk belajar di program ELTA. Jadi tertarik juga sih, soalnya skill Bahasa Inggris belum mumpuni~
BalasHapusKeren nih mbak, suami istri menulis di blog yang sama. Sama-sama basic pendidikan pula. Btw thanks udah berbagi pengalaman, bermanfaat banget nih. Mungkin klu saya masih tinggal di Papua bisa ikut program elta ini ya tapi klu ikut juga kemungkinan lolos kecil karena kemampuan bahasa inggrisku yang masih rendah banget, hehe.
BalasHapusBaru tahu kalau yg nulis ini suaminy mb
BalasHapusKeren
Btw suamiku juga dinas di Manokwari loh