MASIGNASUKAv102
1413081431726134975

Tanda Cinta tak Terduga

Tanda Cinta tak Terduga
Add Comments
Minggu, 08 April 2018


Ambarawa, 22 Desember 2017

Sekonyong konyongnya saya terbelalak. Saya membaca aturan pakai dan cara membaca hasil dan sejurus kemudian hasil terpampang nyata di hadapan. Beberapa kali mengedipkan mata, takut salah baca. Saya langsung memanggil suami. Muka penuh rasa penasaran, dia kemudian menghampiri.

“Pace, kok....kok garisnya ada dua?”

“Iyo?”

“Tenin.Nih, garisnya dua.”

Ucap saya sambil memberikan benda bersampul putih berbentuk macam thermometer. Di badannya bergaris merah berjumlah dua. Antara percaya dan tidak percaya saya terus memandangnya lekat lekat.

“Ya alhamdulillah to, Mace.” Wajahnya sumringah, sedangkah wajah saya memerah. Entah apa yang saya rasakan saat itu. Tapi, apapun yang saya rasakan, satu hal yang langsung tertanam dalam otak saya adalah,

“Allah pasti punya rencana yang indah untuk ini.”

Tapi, karena saya masih belum yakin sepenuhnya, saya minta suami untuk membeli tes pack yang lain.

“Kita nggak usah bilang siapa siapa dulu sampai kita test pack lagi.” Saya mengingatkannya. Kami diam seribu bahasa dan melangkah menuju ruang tamu seperti tidak terjadi apa apa. Padahal hati dan pikiran saya bergulat ; pergulatan batin.

Sore harinya, saya meminta suami untuk membeli testpack lagi. Akhirnya dia membeli test pack termurah dan termahal di apotek terdekat. Dua sekaligus saya celupin, dua garis merah makin ketara.

“Alhamdulillah...” Seolah pace mengajarkan saya untuk mengucapkan kata itu.

“Iya, alhamdulillah.”  Masa depan yang saya dan suami rencanakan akan mengalami pergeseran sekonyong konyongnya. Benar kata pepatah,

“Manusia boleh berencana, Allah yang menentukan.”


Dua garis merah itu juga sekonyong konyongnya telah menaik-turunkan mood saya. Bersyukur, sedih, khawatir, cemas, takut, senang, semuanya berkumpul menjadi satu. 8 Januari 2018 atau tepatnya 15 hari lagi, suami akan berangkat untuk menyelesaikan S2nya di Australia. Dan saya akan mengajar di Jakarta. Itu artinya saya akan hamil seorang diri, tanpa suami dan keluarga yang tinggal di Semarang. Di satu sisi saya merasa teramat bersyukur karena saya ternyata bisa hamil juga.

"Pace, kira kira aku bisa hamil nggak ya?"

"InshaAllah bisa..."

"Coba aku besok Papsmear ya... Biar memastikan kalau punyaku dalam good condition."

"Iya, boleh..."

Saya juga sempat papsmear untuk memastikan kesehatan leher rahim.

Baca juga "Yuk ikut pemeriksaan Papsmear dan SADARI secara Gratis di Lab Kimia Farma"

Alhamdulillah, di detik detik keberangkatan Pace yang berarti adalah kesempatan terakhir kita masih bisa berkumpul di masa subur ternyata membuahkan buntelan cinta. Tapi, di lain sisi saya galau luar biasa. Tinggal sendiri jelas saya sudah ahlinya. Sejak lima tahun yang lalu pun sejak saya lulus kuliah saya udah tinggal sendiri di Jakarta. I'm a free soul!! Tapi ini hal yang sama sekali berbeda!

Ada calon manusia di rahim saya. Saya akan mengalami banyak perubahan secara fisik dan mental. Dan saya akan menjalani tiap tiap perubahan itu seorang diri.

"Berarti nanti Pace pulang lagi kapan?"

"Pas libur semester to Mace, InshaAllah."

"Itu kapan terjadinya?"

"Juni atau Juli."

"Alamak..."

"Wes rasah nggembeng....." *Udah nggak usah nangis...

Air mata makin membanjiri pipi sampai ke leher leher.

"Apa Pace nggak usah berangkat aja?" Pace menggumamkan pertanyaan retoris.

"Ya jangan, khan demi masa depan yang lebih baik e..."

"Tuh tahu..."

"Tapi tapi......hiks..."

Nangis lagi...

 Apa saya bisa?

“Kalau belum siap, kenapa tidak melakukan penundaan?”

Pertanyaan yang bagus, kawan!

Awalnya kami ingin menunda. Kami menikah tanpa mengalami fase pacaran, alias hanya bermodalkan basmallah dan keyakinan bahwa Allah akan menjodohkan wanita baik untuk pria baik, dan pria baik untuk wanita baik. Walau pun saya ngerasa saya nggak baik baik amat, tapi saya berpikiran positif aja kalau saya ini tergolong wanita baik baik.

“Bukankah Allah adalah menurut prasangka hamba-Nya?”

Kami masih ingin menjalani masa berpacaran setelah menikah dan ada beberapa rencana yang kami set up untuk ke depan.

Tapi, banyak juga yang menganjurkan untuk jangan menunda rejeki yang diberikan Allah. Lihat sekeliling kita dan buatlah keputusan terbaik yang nantinya tidak akan kita sesali. Dan akhirnya di suatu pagi saya mendapatkan suatu hidayah,

“Saya ini sok sok mau menunda nunda, songong dan GR amat kalau Allah sudah pasti memberikan keturunan buat saya. Anugerah anak adalah rejeki terbesar pasangan suami istri.  Bahkan berjuta juta pasangan suami istri sampai melakukan banyak cara demi bisa bertemu dengan buah hati mereka. Lalu saya? Saya dengan sombongnya menunda rejeki yang belum tentu juga bisa saya dapatkan di kemudian hari. Saya dengan sombongnya buang buang para pejuang gesit yang berlomba lomba mencapai garis finish dan menembus membran tebal untuk kemudian berproses menjadi manusia soleh solehah InshaAllah,

“Pace sudah pingin punya dedek?”

“Sedikasihnya sama Allah saja Mace...”

“Ya sudah, ayo.”

--

Rumah sakit Bina Kasih, 25 Desember 2017

“Nih sudah ada kantong janinnya ya. Tapi, karena masih dini, jadi janinnya belum kelihatan. Nanti sebulan lagi ke sini biar kita tahu umur janinnya ya.”

Sang dokter menjelaskan sampai menunjuk nunjuk macam balon kecil melayang layang di layar monitor USG. Terharu.

3 bukti nyata dan USG pertama umur 4 mingguan


“Pace, ternyata aku bisa hamil juga ya?”

“Iya, kita harus banyak banyak bersyukur ya, Dek.”

Kita berdua merasa sama sama takjub. Khusus saya, sekaligus bingung dan takut. Terkadang saya merasa kalau saya adalah remaja umur 19 tahun yang terjerebab di badan wanita 26 tahun. Masih banyak yang ingin saya lakukan di masa muda saya ini. Saya suka travelling, saya suka naik roller coaster dan saya belum nyobain bungee jumping. Saya masih mau berenang di lautan bersama para ikan cupang dan nemo. Saya punya banyak ambisi. Saya...... ambisius. Masih banyak tempat yang ingin saya jelajahi, saya masih ingin berkarir menjadi apapun yang saya bisa. Saya ingin mencapai puncak di gunung tertinggi! – not literally.

Dan walau pun kemarin saya bersemangat untuk punya anak, sekarang saya ngerasa macam ;

“My youth ends here, everybody. I’ll be a mom. I have to end all wishes and craziness growing inside me.”

Suami yang lihat saya nangis nangis macam drama cuman bisa bilang “Sabar ya, dek.”

Mungkin suami juga mikir, “Nih istriku kok cengeng amat.” Untung suami cuma mikir doang, nggak sampai bilang.

Liburan selesai, dan saya bersama suami kembali lagi ke Jakarta dengan banyak angan angan dan pikiran. Saya mulai menghitung detik demi detik kayak lagunya Krisdayanti.

"Pace nanti kalau aku pusing pusing terus muntah muntah kayak di sinetron gitu yang mijitin siapa?"

"Kalau aku nggak bisa tidur yang nemenin siapa?"

"Kalau aku nggak doyan makan yang nyuapin siapa?"

"Kalau aku galau yang menghibur siapa?"

"Sabar....."

Kegalauan menyeruak membumbung tinggi di langit langit kamar kos. Pace mengaitkan lengannya erat erat macam balonku ada lima. Kami menghitung jam bersama.

Saya menyiapkan mental dalam menghadapi kenyataan kalau sebentar lagi suami saya akan pergi. Ini perginya bukan kayak Jakarta-Palembang yang kalau kangen tinggal naik pesawat sekitar 2 jam, rindu bisa terobati. Pulang tiap minggu juga bisa kalau niat. Tapi, suami akan pergi ke Australia,  yang walau pun di peta Australia itu terpampang nyata tepat di bawah gugusan pulau Indonesia, tapi kalau di lakoni bisa menghabiskan 9 jam perjalanan naik pesawat menyeberang Samudera Hindia.
Saya makin galau dari hari ke hari.

Dan akhirnya 8 Januari mau tak mau datang juga. Saya pura pura nggak sedih, padahal hati saya teriris iris sampai batas bubuk mesiu. Istilah kata, hati saya : MELEBUR.

Lalu, apa yang terjadi selanjutnya?

Apakah saya bisa bertahan tinggal sendirian di Ibu Kota yang katanya lebih kejam daripada ibu tiri?

Apakah air mata saya sampai bisa buat ngepel kamar kost?




-To be Continued-







Meykke Santoso

I'm a passionate teacher, an excited blogger, a newbie traveler and a grateful wife. Nice to see you here! I write for fun. Please, enjoy!

Assalamualaikum wr wb,

Terimakasih sudah mampir ke sini ya... Yuk kita jalin silaturahmi dengan saling meninggalkan jejak di kolom komentar.

Terimakasih .... :)

  1. Hai Mey, alhamdulillah, selamat, ya. Merinding bacanya. Bersyukur Mey yang baru saya tahu dah jadi pengantin baru kala OL lagi di rumah, dapat kabar tak terduga: calon ibu.
    Syukuri itu, Mey. Meski harus tinggal sendirian, berjuanglah bahwa dirimu dan dede akan baik-baik saja. Masih ada gawai untuk menyambungkan komunikasi dengan Pace-mu. Meski secara fisik kalian berjauhan, namun adanya Dede semoga kian menautkan.
    Jaga dirimu baik-baik. Peluk hangat dari jauh. Allah cuma ngasih kepercayaan pada saya dengan Palung saja meski kadang saya mimpiin gendong bayi. Faktor usia dan ekonomi harus dipertimbangkan. Juga persalinan yang barangkali akan caesar lagi maka akan makan biaya padahal kami tak mampu secara ekonomi. Hidup apa adanya namun disyukuri.
    Saya telat nikah di usia 33 tahun, dan nikahnya Desember. Cuma butuh sebulan saja untuk mens sampai Februari baru tahu hamil. :) Pakai test pack juga, kok. Lalu ke bidan dan tes ulang di sana.
    Jangan lupa ke posyandu atau imunisasi ya. Jangan dekat kucing. Jaga kesehatanmu. Ih, mamah-mamah bawel yang khawatir dan sok perhatian.
    Pokoknya jangan forsir diri. Tetap sehat dan optimis.

    BalasHapus
    Balasan
    1. komen mbak Rohyati menyumbangkan banyak bubuk mesiu untuk nantinya saya jadikan bahan bakar menghadapi tantangan kali ini biar lebih setrong mbak...
      Harus terus bersyukur dan berdoa supaya Allah SWT selalu menguatkan.
      Makasiiiiiih mbak 😘

      Hapus
  2. Wah selamat! Semoga bisa lahir dengan baik, jadi anak soleh/solehah

    BalasHapus
  3. Ya allah mey...

    Alhamdulillah... alhamdulillah..

    Aku sbg pembaca doang ya ga tau ya rasanya gimana menghadapi kehamilan sendirian.

    Tp aku ikut seneng aja gitu.
    Ikut bahagia.

    Apalagi suami lu ke LN kan buat s2. Bukan buat jalan2.

    Masa depan yg lebih baik terpampang nyata depan mata.

    Mungkin butuh kelapangan dada lebih lebar utk menghadapinya.

    You are strong lah pasti mey.

    Btw ini cerita lama kayaknya yg br di post. Penasaran cerita selanjutnya.


    Ah gw jd pgn nikah jg. Biar pny cerita2 drama pernikahan kayak gini jg d blog. Hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thank you Risaaaah..doakan aku selalu seterooong supaya bisa lulus tantangan dengan baik yaakk..

      Ayo aku mendukungmu!! Cepat cepat mendekati radar dan mendapatkan jodoh. Menikah itu seru sekaliii kok Sah. Hihihi..bisa praktekin drama Korea juga. Hahaha

      Hapus
  4. Rumah sakit Bina Kasih, 25 Desember 2018 ? 2017 beb :-D
    kita sama. hamil tinggal di kosan hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya salah mbak Ina hihihi. Salam bumil seterong!

      Hapus
  5. Ya Allah selamat mbaaa alhamdulillah, saya bacanya ikut deg-degan. Dan ikut membayangkan gimana kalo saya yg ada di posisi mba. Mungkin saya ngerengek mau ikut ke australia sekalian hahaha

    BalasHapus
  6. wahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh, selamat ya miss mey :")
    menggebu-gebu banget tuh pasti, langsung beli 2 testpack sekaligus. ehehehe, langsung beli yang murah + mahal itu taktik yang cukup jenius. Ujian selanjutnya LDR suami-istri memang berat, tapiii nikmati aja. Itu sebuah proses perjuangan yang akan indah kedepannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih Jeff!! Iya, pasti semua indah pada waktunya yekaaaan 😁

      Hapus
  7. Alhamdulillah, selamat mba Mey. Bismillah sehat dan jalani semuanya dengan kuat kuat ya. Sekarang sudah bulan April, makin berat mungkin, tapi tangguhlah mba.

    Oh ya. Soal impian yang masih banyak. Aku juga mengalaminya kemarin. Masih banyak hal yang belum aku lakukan untuk impian impianku, tapi aku kini sudah memiliki bayi kecil. Aku yang kalau masih jalan sendirian, atau berdua suami, suka dikira single ini, alhamdulillah menemukan juga jalanku mba. Impian itu nggak hilang. Malah makin banyak dan membumbung tinggi. Makin semangat juga aku meraihnya. Semangat ya mba Mey.

    Peluk jauh dari nyonya muda yang (kita seumuran lho) sama sama punya banyak impian.

    BalasHapus
  8. Selamat ya atas kehamilannya. Semoga lancar hingga lahiran nanti

    BalasHapus
  9. Mbak Mey, masyaAllahhhhh. Semoga bisa melewati semua rintangan dengan baik yaaa.

    Dijaga benar-benar. Hug.

    BalasHapus
  10. Selamat untuk kehamilannya mba, moga lancar, sehat terus sampai lahiran ya. InsyaAlloh kuat LDM-annya yaa

    BalasHapus
  11. Selamat yaaa mbak atas kehamilannya. InsyaAllah mbaknya kuat menghadapi kehamilan ini dan semoga senantiasa diberikan kesehatan dan kelancaran sampai nanti yaa mbak. ^^

    - dini // sejenakberceloteh.com -

    BalasHapus
  12. Gak biasanya baca cerita nbak Meykke seenosional ini. Biasa tulisannya, identik dengan jalan-jalan. Namun jadi warna yang beda, jadi banyak yang bisa diceritakan. Kisah mbak Meykke mirip2 dengan kisah di Critical Eleven. :D

    BalasHapus
  13. Hallo mba..

    Emang kata Sabar sih yang paling tepat, sabar-sabar ya mba. Akan ada pelangi setelah hujan kok ;)

    BalasHapus