"Ih, jangan mau divaksin. Itu mengandung kera, tau. Haram! Naudzubillah. Kemarin aku baca judul di FB kek gitu. Serem nggak sih."
"Halah hidung suntikan aja kok dibangga banggain mbaknya ya. Mentang mentang artis apa apa dipamerin."
"Eh, aku punya video yang 39 detik punya Gingsul, lho. Mau nggak?"
Pernah nggak sih teman teman baca status orang, atau komentar salah satu feed artis atau bahkan denger sendiri omongan orang kayak yang di atas gitu? Atau jangan jangan kita sendiri menjadi salah satu dari golongan mereka? Duh, jangan sampai ya, Mans. Walaupun kata dunia, Indonesia ini darurat membaca alias tingkat minat baca orang orangnya rendah, tapi jangan sampai kita juga ikut ikutan nyebar berita hoax dan fitnah, bully orang walau online, atau bahkan justru memberikan statement yang bikin orang sakit hati atau bahkan meresahkan banyak orang.
Nah, kalau teman teman pernah baca atau ngalamin hal hal di atas, lalu teman teman pernah denger yang namanya literasi digital belum? Karena ternyata dua hal itu sangat terkait erat. Bahkan, baru baru ini juga Presiden Jokowi dalam pidatonya menyatakan perlunya meningkatkan literasi digital untuk masyarakat. Tidak hanya penting dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0, tetapi juga sebagai tameng dalam melawan informasi palsu atau hoax yang marak di masyarakat.
FYI, sebanyak 65% dari 132 juta pengguna internet cenderung langsung percaya dengan kebenaran informasi dari dunia maya tanpa melakukan kroscek terlebih dahulu. Bahaya banget, man. Misal dari satu informasi hoax tentang vaksin yang mengandung sel kera. Bayangkan jika masyarakat memiliki literasi digital yang rendah lalu serta merta langsung percaya, bahkan langsung pencet tombol 'share', akibatnya banyak orang menolak vaksin, virus corona makin menjadi menyebar tak terkendali, dan kehidupan sosial, ekonomi, semuanya juga akan porak poranda. Sebegitu dahsyatnya akibat dari berita hoax, akibat dari rendahnya literasi digital masyarakat kita.
Tapi, dari tadi bilang literasi digital terus, sebenarnya literasi digital itu apa sih?
Baca ini juga, yuk!
8 Alasan Nulis Blog Versi Meykkesantoso.com
Belajar SEO On Page Mudah dan Anti Ribet
Enggak Tahu Coding? Ini 7 Cara Bikin Website yang Bisa Kamu Coba
ARTI LITERASI DIGITAL
Menurut Wikipedia, Literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari.
Singkatnya, literasi digital adalah kemampuan dalam menggunakan teknologi, juga kemampuan dalam menganalisis, berpikir kritis, sampai dengan kontrol dari penggunaannya yang adiktif. Jadi, cakupan artinya luas ya, Mans.
AKIBAT RENDAHNYA LITERASI DIGITAL
Lalu, sekarang apa saja sih dampak atau akibat yang bisa timbul jika kita memiliki literasi digital yang rendah? Banyak! Dan bahkan akibatnya bisa sangat fatal!
1. Termakan berita hoax, bahkan ikut menyebarkannya.
Duh! Udah deh, kalau urusannya sama berita hoax, masyarakat Indonesia ini masih buanyak yang jadi korbannya. Cuma lihat headline atau judul sekilas di FB yang keliatannya mengundang kontra atau sensasional, langsung ikutan nge-share. Padahal kadang diklik tautannya dan dibaca pun nggak. Udah, asal share aja.
Apalagi kemarin ini saat pemilihan Presiden dan Wakil Presiden ini, banyak sekali berita hoax berseliweran dan walaupun dari sumber yang bahkan menggunakan domain masih blogspot alias gratisan dan nggak ada kredibilitasnya sama sekalipun dipercayain. Ikutan nyebarin. Sedih, ya.
2. Data data pribadi terekspos di internet
Maksut hati mau pamer rumah baru, eh nama jalan dan nomor rumahnya terpampang nyata di tembok depan rumahnya. Maksut hati mau pamer tiket ke Bali, eh nama lengkap jadi ketahuan. Maksut hati mau pamer karena habis bikin paspor, eh nomor KTP keliatan. Padahal, data data pribadi seperti alamat rumah, nomor HP, bahkan KTP itu tabu dan haram hukumnya untuk tersebar di media sosial. Salah salah bisa digunakan oleh oknum tak bertanggung jawab. Akibatnya, data kita bisa dipakai oleh orang lain atau bahkan jadi korban penipuan!
So, perlu banget untuk bisa berhati hati saat menyebarkan foto diri, dan jangan sekali kali menyebarkan foto dokumen penting kita di media sosial.
3. Cyber bullying
Terlihat sepele, cuma jempol gerak atas bawah aja, eh bisa bikin orang lain bunuh diri lho. Ingat khan ada salah satu idol Korea yang bunuh kiri karena nggak tahan menerima bully dari media sosialnya? Se-powerful itu lho kalimat kalimat negatif yang bahkan kita ngetiknya aja nggak pakai mikir.
Jangan sampai jangan sampai kita menjadi golongan mereka yang sukanya menghujat, menghakimi, menghina bahkan merendahkan manusia lain walau hanya dalam barisan kata kata. Karena bagaimana pun akibatnya bisa fatal untuk orang itu, atau bahkan kita sendiri. Ya iya, cuma gara gara iseng ngehina anak artis, misalnya. Kita bisa dilaporin, eh masuk penjara. Ngenes banget nggak sih. Ya cuma karena literasi digital rendah, ilmu kurang dan akhlak minus.
4. Phone addiction/ Kecanduan HP
Jangan salah, Mans. Literasi digital bukan hanya soal bagaimana kita menggunakan sosial media dengan bijak, tetapi juga bagaimana kita menggunakan HP/smart phone itu sendiri dengan bijak. Dengan rendahnya literasi digital, kita akan membiarkan diri kita menjadi budak HP. Kemana mana harus bawa HP, scroll up and down media sosial, lalu banding bandingin sama hidup sendiri, lalu sedih dan bad mood.
Kecanduan HP ini juga nggak bisa dipandang remeh karena akibatnya pun bisa fatal. Bahkan, kita bisa terkena nomophobia; ketakutan untuk pergi keluar tanpa membawa HP. Serem ya.
5. Menjadi korban penipuan
Nah, salah salah tanpa ada sikap kritis dalam menerima informasi yang ada, kita juga bisa jadi korban penipuan. Dikabarin dapat mobil Grand Livina udah kegirangan sampai nggak kroscek kalau website yang disuruh ngisi form ternyata abal abal. Disuruh transfer uang untuk jaminan juga langsung ke ATM, transfer. Eh nggak tahunya habis ditransfer websitenya nggak bisa diakses dan nomor pemberi hadiahnya nggak bisa dihubungi. Mau untung, malah buntung.
YUK, JADI BAGIAN DARI PERUBAHAN
Lalu, apa ya yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan literasi digital, baik untuk diri sendiri maupun orang lain? Karena dengan semakin meningkatnya pengguna internet, literasi digital pun sudah seharusnya semakin digaungkan.
1. Menulis Informasi yang Real, Bermanfaat dan Nggak Mengandung SARA
Sebagai seorang blogger sekaligus guru, saat ingin menulis konten di blog, Facebook, Instagram ataupun video di Youtube, aku selalu menanyakan beberapa pertanyaan ini dulu.
"Mengandung SARA nggak sih?"
"Informasi ini bermanfaat nggak sih?"
"Bisa menyebabkan pro-kontra nggak sih?"
"Beneran nggak sih?"
Nah, jika konten yang aku tulis ini ternyata beneran/real, bebas dari SARA, nggak menyebabkan pro-kontra dan bisa menjadi manfaat bagi orang lain, baru deh aku tulis dan sebarkan. Karena bagaimanapun apapun yang kita tulis nantinya juga akan kita pertanggung jawabkan di akhirat. Apalagi jaman sekarang, hal apapun bisa viral, termasuk sebuah tulisan atau cerita. Lebih baik jika tulisan itu viral menginspirasi daripada viral tapi meresahkan.
2. Ikut Mensosialisasikan Literasi Digital
Senang banget bisa dapat tugas tentang literasi digital ini. Waitt, tugas apakah itu? Yup, kayak yang teman teman lihat di sidebar sebelah kanan, Alhamdulillah aku terpilih menjadi salah satu peserta kelas Growthingnya Coach irwin dan Coach Pewe. Dan materi pertama kemarin adalah tentang Teknik Menulis dan Editing Blogspot. Bangga juga karena pengisi materinya adalah teman lamaaaa dulu yang sekarang sudah keren luarrrr biasa, Gemaulani.
Materi yang dibawakan Gemaulani juga bener bener bermanfaat untuk bisa menulis dengan kaidah yang baik dan benar, plus metode editing biar tulisan kita bisa shining like a diamond. Enak dibaca dan dicerna. Keren banget deh Gemaulani!
Kembali ke laptop, kita bisa banget menjadi bagian dari agen perubahan ( bahasanya berat ya, Mans) dengan terus menggaungkan akan pentingnya literasi digital. Bisa lewat artikel macam ini, status di Instagram, Facebook, dan Whatsapp. Biar semua orang sadar bahwa bersosial media pun ada aturannya.
3. Bijak Bersosial Media
Nah, ini dia yang masih menjadi PR banget untuk masyarakat Indonesia. Hasrat untuk langsung share tanpa mengecek ulang berita tertentu, hasrat menghujat dan menghakimi tanpa tahu pokok permasalahan yang sebenarnya, hasrat membuat berita yang malah meresahkan banyak orang masih sangat tinggi.
Literasi Digital ini harus benar benar diterapkan mulai dari diri kita sendiri, dengan cara bijak menggunakan sosial media. Pikir dua kali saat ingin berkomentar negatif dan kroscek lebih dulu saat ingin menyebarkan sebuah berita. Dengan lebih bijak bersosial media, semua orang bisa lebih happy. Nggak ada yang resah, nggak ada yang dibully, atau pun merasa tersinggung satu sama lain. Damai terus deh jadinya. Bijak bersosial media juga berarti bijak dalam berbagi informasi diri sendiri, seperti nama lengkap, alamat rumah, bahkan nomor KTP.
Nah, sekarang teman teman sudah lebih paham tentang literasi digital ya. Yuk, bersama sama kita lebih bijak dan menanamkan literasi digital demi lingkungan internet yang lebih sehat!
Teman teman sendiri sejauh ini udah melakukan apa untuk bisa meningkatkan literasi digital?
Salam Literasi,
Literasi digital memang sangat penting ya kak, sebagai proktective agar kita tidak mudah termakan hoaks, dan lebih cerdas dalam bermedia.
BalasHapuswah iya literasi digital itu emang penting bgt ya mbak
BalasHapusg cuma buat tangkal hoax saja tapi juga agar mencegah kita menjadi korban penipuan, marak skali cyber crime akhir akhir ini
Yappp, Masih banyak yang perlu dipelajari mengenai literasi digital.
BalasHapusPara ortu juga harus berperan aktif untuk mendidik anak, termasuk dalam hal literasi digital
Semangattt buat kita semuaaa!
Untung saja sejak dulu saya itu nggak pernah umbar nama lengkap. Hehehe
BalasHapusBiarlah nama Putri Santoso yang dikelan orang. Karena kadang kita nggak sadar bahwa kitalah yang membuka akses pencurian data.
Makasih ya kak sharingnya. Bagus banget tulisannya
Salam kenal dari klan Santoso. Hehehehe
Selalu sedih jika membaca pengalaman teman-teman yang mengalami penipuan, karenanya memang kita kudu lebih cerdik dari penipu ya, salah satunya dengan tidak menyebarkan data diri.
BalasHapusMaksudnya pengen begini, jadinya begitu.
Mungkin bisa dengan membatasi beberapa hal pribadi kali ya, misal tampilan menyeluruh tempat tinggal dan data diri, hal-hal begini wajib disebarkan melalui literasi digital :)
Betul Mbak, apalagi yang masih katanya langsung dipercayai. Cuma saya sekarang santuy aja lah, meski sebel kalau yang ngotot tapi belum mau baca gitu hehehe
BalasHapusbuat saya literasi digital itu penting mbak.
BalasHapusbiar kita bisa pilih dan pilah informasi
g kebanjiran informasi plus bebas hoax
Cek n ricek itu penting banget ya mba..termasuk di dunia digital ini. Kita harus selalu waspada ya..
BalasHapusSoal HOAX itu bener banget kak. Banyak banget berita yang lagi booming disebarkan eh ternyata HOAX. makanya sebelum ikut menyebarkan, kalau aku pribadi tahan jempol dulu dan telusuri dulu keabsahan informasi tersebut.
BalasHapusMenjadi agen perubahan di dalam literasi digital? Oke banget nih Kak.... Mulai dari blogging, menambah bahan bacaan, hingga melek penggunaan media digital merupakan cara saya pribadi nih supaya makin bagus literasi digitalnya.
BalasHapusWah klo ada 65% dari 132 juta pengguna internet yg cenderung percaya segala info dari dunia maya jelas memprihatinkan banget ya. Angka itu besar lho. Semoga kehadiran kita sebagai blogger bisa memberi informasi positf dan melakukan perubahan
BalasHapusJadi ingat nasihat ustaz di tempat pengajian nih
BalasHapusKatanya "jangan kalah pinter dengan smartphone"
Gunakan waktu hanya untuk membuka yang bermanfaat
Serta hanya menyebarkan yang menyebarkan
Karena itu butuh banget literasi digital ya?
Hampir banget kena tipu belanja online sampai berjuta2.. untung bisa kembali uangnya..
BalasHapusSepakat. Cakap dan mahir dalam literasi digital bikin seseorang nggak gampang termakan hoax, termasuk terhindar dari bahaya menjadi penyenar hoax karena punya alarm sendiri dalam menyaring informasi.
BalasHapusLiterasi itu memang banyak manfaatnya. Apalagi di jaman serba sosmed seperti sekarang. Kalo gak pandai-pandai menyaring semua info yang datang akan jadi bad impact justru untuk diri kita.
BalasHapusHuhuhu sedih yaa klo ternyata yg suka sebar hoax itu malah keluarga atau orang terdekat, terus gimana ya mengajak mereka agar lebih terliterasi
BalasHapusAku setuju sama artikel ini selain kita yg paham literasi digital, sepatutnya juga menginformasikannya dengan tulisan penting paham literasi digital
BalasHapusMemang ya sekarang rawan pencurian data yang menyebabkna banyak penipuan terjadi. Memang kudu berhati- hati juga dalam berliterasi digital
BalasHapusAhh iyya, kayanya literasi digital perlu dimasukkan ke kurikulum sekolah ya. Karena kadang komentar tak bertanggung jawab itu datang dari anak kecil yang tak paham konsekuensi.
BalasHapus65% jumlah yang banyak ya, aku kadang juga kemakan sama berita hoax sih sampai harus nyari berita serupa biar tahu kebenarannya. memprihatinkan banget memang ya kak banyak banget PRnya tentang literasi digital ini memang
BalasHapusSekarang teknologi sudah canggih, ditambah dengan adanya media sosial, untuk itu bijak dalam bersosmed memang harus diterapkan, apalagi kalo ngelakuin kesalahan duh itu rekam jejak masih ada. Takut jugaaa.
BalasHapusKasus hoax, cyber bullying, marak beredar di dunia maya. Kalau dipikir-pikir dulu rasanya pernah share berita hoax. Namun, setelah mengerti akan pentingnya literasi digital jadi lebih bijak dalam menggunakan internet dan memanfaatkannya.
BalasHapusperan aku sebagai perempuan masa kini (ceileh..) lebih ke awareness di medsos, tiap kali upload atau posting selalu disertai dengan byk hal seperti tips trik. Trus soal hoax-hoax bertebaran, aplg dgrup2 wa keluarga, sy bntu meluruskan aja sih
BalasHapusZaman sekarang itu semua era keterbukaan. Data nomor ponsel dan nomor KTP kita sudah tersebar di mana-mana. Kadang pelakunya itu juga sering dari PR-PR atau agensi-agensi yang pernah bekerja sama dengan kita. Ya, saya bilang yang melakukan itu adalah oknum.
BalasHapusNgomong-ngomong soal literasi digital, tipikal orang Indonesia yang demen banget sama 'hoax' kayaknya harus dilakukan pendekatan tersendiri. Waktu masih bekerja sebagai jurnalis di Republika dulu, koran saya bahkan pernah bikin edisi khusus yang cover depannya itu sengaja dibikin 'seolah' hoax. Namun, bagi pembaca yang jeli dan mau membaca dengan seksama, itu bakal ketemu dan mengerti bahwa memang itu hoax. Nah, pas tes pembaca. Bertebaran lah itu di Facebook dan media sosial berita-berita hoax ini. Yang menyebar tentunya yang clicking monkey tadi. Padahal jelas-jelas di salah satu sudut koran sudah dijelaskan bahwa edisi khusus ini sengaja diterbitkan untuk meningkatkan literasi pembaca dan meningkatkan awareness masyarakat soal hoax.
Sebagai bloger kita juga punya tanggung jawab besar untuk meliterasi masyarakat kita ya mba. Selamat untuk Mba Meykke.
saya tuh emoh banget ya termakan hoax
BalasHapusmending gak ngeshare apa2 ya
didiemin dulu, nunggu beritanya bener atau enggak
atau ya aku share vibes positif aja
Ternyata banyak juga bahayanya kalao literasi digital rendah ya.. ini berarti menjadi masalah yang serius. Karena dampaknya juga ga main2, apalgi kalau semakin meluas :)
BalasHapusApalagi kita-kita yang kerjanya lebih banyak di ranah digital ya, Mbak, perlu banget untuk memperhatikan pedoman berinteraksi di dunia maya. Ditambah lagi, kita sebagai penulis juga sudah semestinya terus mengkampanyekan literasi digital pada orang-orang terdekat kita.
BalasHapusTulisan-tulisan seperti ini seharusnya bisa tersosialisasikan dengan lebih luas lagi. Menyadarkan seluruh masyarakat digital agar paham akan berbagai sisi positif dari dunia literasi yang harus lebih menguat ketimbang efek-efek negatifnya.
BalasHapusMakjleb banget tuh yang bagian diperbudak hape ehehehe... Jaman now gini orang emang lebih parno hp ketinggalan daripada gak bawa uang ya. Uang elektronik mah selalu ready di ponsel soalnya
BalasHapusSangat berguna kak, aku sebagai anak remaja juga mau ikutan literasi digital biar pinter berselancar di dunia maya
BalasHapusDi zaman sekarang yang smartphone selalu ada di tangan, literasi digital memang penting banget.. dapat berita melalui internet dan pencet tombol share semudah itu, sangat berbahaya jika si pengguna sosial media ga memiliki literasi digital yang baik,
BalasHapusBisa menyebar hoax hingga toxic ke orang lain.
Saya juga masih belajar banget untuk terus meningkatkan kemampuan literasi, khususnya literasi digital karena sebagai blogger harus menulis dan memberikan informasi yang real dan dari sumber yang valid.
Nah ini kurangnya literasi digital semestinya data pribadi jangan sampai dipublish apalagi foto keluarga yang ada anak kecilnya
BalasHapuspenting banget mba terutama ya diIndonesia nih dimana masyarakat dan netizennya tuh mudah banget terbuai dan termakan hoaks yaa suka bikin geleng-geleng kepala
BalasHapusSebagai blogger kita tuh agen perubahan lho, agar tulisan kita mengedukasi pembaca. Jangan sampai kita menulis berita hoax dan tidak bermanfaat.
BalasHapusBener banget mba. Kejahatan dunia maya ini kan memang makin intens dan serem ya. Dan susah bgt juga memilah mana berita yg sdh terverifikasi kebenarannya. Makanya urgent bgt buat kita semua menguasai literasi digital
BalasHapuspentingnya membaca artikel secara lengkap sangat dibutuhkan untuk kita sebagai pengguna media sosial, hal tersebut agak kita terhindar dari berita hoax. karena memang judul artikel kadang suka gak nyambung sama isinya
BalasHapusMenulis konten dengan bahasa yang baik dan data yang akurat adalah salah satu caraku berpartisipasi dalam literasi digital sebagai seorang bloger.
BalasHapusOya, menulis komen yg baik di blog teman atau di media sosial juga jadi syarat penting agar kita bisa menjadi agen perubahan. Cemunguddd..
Literasi digital di Indonesia sepertinya masih jauh dari baik ya mbak. Menurutku berbanding lurus sama orang Indonesia yg begitu suka baca jd liat judul aja udh langsung terprovokasi udh gtu asal main share aja jadi lah hoax dimana2. Butuh pendampingan dan sosialisasi terus menerus dr pemerintah n kita2 juga kaki ya sbg blogger
BalasHapusbijak bersosial media itu adalah tugas orang yang terdidik ya
BalasHapusmenggunakan medsos dengan baik, karena medsos adalah corong berbicara yang amat terbuka
apalagi blogger itu juga influencer, yang tanggung jawab literasinya gede, khususnya di kalangan teman2 sendiri
Tugas blogger dan influencer banget nih mensosialisasikan literasi digital buat para pembaca agar lebih melek literasi dan nggak asal share dan percaya berita hoax ya
BalasHapusPadahal dengan adanya internet harusnya lebih mudah mencari sumber literasi ya. Tapi ada aja orang yang salah memaknainya dan suka sebar info hoax. Untunglah sebagai blogger saya terbiasa membaca artikel panjang sehingga kalau ada informasi sepotong-sepotong gitu nggak langsung dipercaya.
BalasHapusliterasi digital membuat kita nggak tersesat dgn badai informasi di dunia maya ya mbak..
BalasHapuskita juga bisa terhindar dari beragam penipuan online yg sedang marak saat ini
Kalo nggak paham literasi digital jadi lebih gampang percaya dan share2 berita yang belum jelas kebenarannya ya mbak. Serem itu mah kalo udah sampe kena hoax yang merugikan banyak orang apalagi sampe cyber bullying.
BalasHapusIya byk ya org yg kdg klu share sesuatu artikel tidak dicek lbh dl.mirisnya kdg org yg berpendidikan tinggi jg ada yg spt itu, kyk bbrp sdr ada yg kyk gitu pdhl pangkat dah jendral atau lainnya. Mmg literasi digital itu kudu ditingkatkan terutama d Indonesia
BalasHapusLiterasi digital ini penting banget yah apalagi dizaman yang serba digital gini, jangan sampai deh kemakan hoax dan share hoax juga
BalasHapusPenting banget memang, literasi digital ini.
BalasHapusManalagi, aktifitas digital sudah sulit dilepaskan dari rutinitas harian kita.
Skuy, barengan semangat di barisan terdepan, yang selalu positif di aktifitas literasi digital kita.
Aamiin ya Allah
Kalau kita memiliki ketertarikan akan literasi digital yang tinggi, maka kita nggak akan mudah kemakan hoax. Seenggaknya kita akan mencoba untuk mencari tahu kebenaran berita tersebut sebelum ikut-ikutan menyebarkan.
BalasHapusIstilah cyber bullying ini identik dengan netizen ya. Nyinyi secara gak sadar yang berakhir bullying.
BalasHapusJadi tugas bersama nih agar kita semua makin bagus literasi digitalnya. Hampir semua orang punya smartphone sekarang, tapi masih ada aja yang belum paham bagaimana melindungi dirinya dari efek ekspos data-data pribadi. Alih-alih ingin memamerkan diri, eh malah jadinya data-datanya dipakai oleh orang lain. Duuuhh... jangan sampai terulang lagi ya yang kayak gini. Penting banget bagi semua orang untuk melek literasi digital.
BalasHapusPenting banget literasi digital di era sekarang. Apalagi masih ada aja yang beranggapan semua informasi yang tersebar di internet pasti bener. Duh.
BalasHapusJadi keinget pernah dapat hadiah mobil dari tora bika. Udah seneng banget sampe gemetaran. Penelpon-nya meyakinkan banget soalnya. Hampir aja transfer uang yang katanya buat pajak undian. Untung masih sadar buat browsing, beneran ada nggak ada hadiah langsung tora bika lewat kupon. Ternyata bener penipuan.
BalasHapusTidak ada hadiah langsung, melainkan yang benar adalah pembagian hadiah mobil melalui undian yang disiarin langsung di televisi nasional beberapa bulan yang sudah lewat. Wkwk...
Apa itu sudah bisa dibilang melek literasi? Hihi...
Masalah terbesar bagi kita sekarang adalah memberikan literasi digital bukan pada anak-anak saja, namun juga priyayi sepuh yang semangat banget share sesuatu tanpa menyaring dulu
BalasHapusDi jaman yg serba digital ini, emang kita harus selektif menerima informasi ya mbak. Tapi memang nggak sedikit juga, orang2 yang gampang banget percaya sama informasi2 yg viral, mungkin karena udah terlalu lama main hp, kali ya? Hehehe
BalasHapusItulah peran kita blogger memberi pencerahan dan literasi yang benar kepada pembaca untuk mengcounter informasi yang tidak benar di luar sana
BalasHapusDi era digita seperti ini, tentu butuh literasi digital juga. Semakin deras arus informasi maka baiknya semakin kuat juga pertahanan kita agar terhindar dari hoax.
BalasHapusPenting sekali, Kak
BalasHapusBiar ga jadi sumber dari segala jenis hoax yang beredar dan sangat mengganggu
Literasi digital juga banyak ya cabangnya
Efek dari termakan hoax dan ikut menyebarkan nya itu loh yang bikin malu kak..
BalasHapusAku tuh kalo di grup wa gak malu-malu mengingatkan kalo ada yang menyebarkan berita bohong atau hoax. Tapi dengan data yang valid. Bukan sekedar dikasih tau aja. Karena kalo gak didukung data, masih aja sih suka ngeyel.
Aku pro banget sama literasi digital. Soalnya baru tau dampaknya kalau masyarakat sudah sadar literasi digital. Pasti cyber crime dan berita hoax mulai hilang di muka bumi ini.
BalasHapusDuh sedih banget deh kalau Orang-orang lebih percaya hoax, daripada berita yang aslinya. Makanya kita harus menyaring dulu sebelum di-sharing
BalasHapusSemoga dengan banyaknya orang (termasuk kita) yang mencoba untuk mengenalkan literasi digital atau literasi secara umum bisa menaikan rating literasi Indonesia, karena faktanya tingkat literasi kita masih rendah
BalasHapus