MASIGNASUKAv102
1413081431726134975

IBU UNTUK JULIO

IBU UNTUK JULIO
Add Comments
Rabu, 27 Maret 2019


“Pace, nanti minta dipanggil apa sama anak kita?”
“Kalau Mace apa?”
“Ibu. Pace? Ayah aja ya?”
“Emang kenapa?”
“Biar anak kita bisa nyanyi tiap pagi. Oh Ibu...dan Ayah...selamat pagi. Ku pergi sekolah sampai kau nanti. Hormati gurumu sayangi teman...itulah tandanya kau murid budimaaaaan...”

Yes. Kalau ditanya alasan kenapa saya keukeuh untuk dipanggil Ibu sebenarnya alasannya adalah ya....lagu itu. Saya suka sekali lagu itu sampai saya bercita cita untuk dipanggil Ibu oleh anak saya, Julio. Mau anak orang lain manggil mom, mami, bunda, mamah. Saya tetep, IBU. Bahkan, saking cintanya dengan sebutan Ibu, setelah Julio lahir saya langsung mendeklarasikan diri menjadi BUJO alias Ibu Julio. Mantul yaaaa Hehehe


Sebenarnya sesimple itu. Tapi, berhubung artikel kan ya jangan sependek ini ya, saya kasihlah alasan lain kenapa saya pingin dan sudah dipanggil IBU oleh Julio.

Alasan itu adalah,

1. TERDENGAR LEBIH NETRAL DAN NASIONALIS

Panggilan Ibu menurut saya panggilan paling netral. Tidak mengandung artian tertentu dan bersifat umum. Orang orang akan cenderung menyebut “Ini ada kue untuk Ibu ya...”, “Ibu dimana? Di rumah nggak?” Untuk orang pada umumnya akan menyebut Ibu daripada mama atau bunda atau sebutan lainnya.

Saya yang cinta Indonesia juga jelas memilih kata dari Bahasa Indonesia asli, Ayah dan Ibu. Lah bukannya bunda juga dari kata Bahasa Indonesia? Iya sih, tapi kayaknya lebih duluan Ibu. Hahaha...

2.  LEBIH DALAM MAKNANYA

Alasan macam apa lagi ini, paka lebih dalam maknanya udah kayak puisi. Tapi iya, saat nanti Julio yang sekarang baru tujuh bulan udah bisa bilang Ibu dengan kesadaran penuh yang ditujuan pada saya, aduh hati saya akan kayak semriwing berbunga bunga gitu. Makna dari Ibu sendiri itu menurut saya lebih sakral, lebih dalam, lebih dapet feelingnya.

Nah, sekarang pun Julio sudah saya ajarkan bilang..”I....BU. Apa nak? I....BU.” Dan dia seriiiing sekali monyong monyongin mulut lalu bersuara, jadi “EBU...EBUU...” Entah ini kebetulan atau dia memang sudah bisa meniru saya, tapi saya pun terharu mendengarnya.

“Now, I’m an IBU, genks!”

3. SAYA PUN MEMANGGIL IBU SAYA DENGAN SEBUTAN IBU

Yes, dari kecil saya juga dibiasakan untuk memanggil Ibu. Dan saya suka sekali memanggil Ibu saya dengan sebutan Ibu.

“Mey, Ibu mu dimana?”

“Ibu lagi di pasar, mbah...”

“Ke, Ibu ke pasar dulu ya..”

“Iya, hati hati ya Ibu..”

Aduh, rasanya damai tiap kali bilang Ibuuu.... Semoga Julio juga merasakannya ya, nak.

Itu mengapa saya kekeuh sekali ingin dipanggil Ibu. Untungnya suami setuju setuju saja tanpa kebanyakan protes. Eh tapi bukan berarti saya anti dengan panggilan yang lain ya. Saya yakin dan percaya tiap panggilan itu sama; memiliki arti yang baik dan makna tersendiri. Apapun panggilannya, yang penting kita bisa menjalani peran itu dengan sebaik baiknya versi kita dan yang paling penting; dengan BAHAGIA.

Karena Ibu yang bahagia akan melahirkan dan membesarkan anak yang bahagia. Terserah mau Ibu, bunda, mama, mom, mami, emak sekalipun, yang penting bahagia.

Itu sudah.

Lalu, panggilan apa dari anak untuk Ibu Ibu sekalian?

*Postingan ini disertakan dalam Mom Blogger Community #TOBP Maret 2019

Meykke Santoso

I'm a passionate teacher, an excited blogger, a newbie traveler and a grateful wife. Nice to see you here! I write for fun. Please, enjoy!

Assalamualaikum wr wb,

Terimakasih sudah mampir ke sini ya... Yuk kita jalin silaturahmi dengan saling meninggalkan jejak di kolom komentar.

Terimakasih .... :)

  1. Aku manggil ibuku juga ibu, sementara di lingkungan tempat tinggal mayoritas manggil mamak
    Nah sekarang setelah aku punya anak aku pinginnnya dipanggil mamah ahhaha

    Ibu, mama, bunda, semuanya terasa spesial ya klo anak kita yang panggil

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak apapun manggilnya pasti terasa spesial kalau dipanggil sama anak sendiri ya

      Hapus