“Pace, nanti minta dipanggil apa sama anak kita?”
“Kalau Mace apa?”
“Ibu. Pace? Ayah aja ya?”
“Emang kenapa?”
“Biar anak kita bisa nyanyi tiap pagi. Oh Ibu...dan
Ayah...selamat pagi. Ku pergi sekolah sampai kau nanti. Hormati gurumu sayangi
teman...itulah tandanya kau murid budimaaaaan...”
Yes. Kalau ditanya alasan kenapa saya keukeuh untuk
dipanggil Ibu sebenarnya alasannya adalah ya....lagu itu. Saya suka sekali lagu
itu sampai saya bercita cita untuk dipanggil Ibu oleh anak saya, Julio. Mau
anak orang lain manggil mom, mami, bunda, mamah. Saya tetep, IBU. Bahkan, saking cintanya dengan sebutan Ibu, setelah Julio lahir saya langsung mendeklarasikan diri menjadi BUJO alias Ibu Julio. Mantul yaaaa Hehehe
Sebenarnya sesimple itu. Tapi, berhubung artikel kan ya
jangan sependek ini ya, saya kasihlah alasan lain kenapa saya pingin dan sudah
dipanggil IBU oleh Julio.
Alasan itu adalah,
1. TERDENGAR LEBIH NETRAL DAN NASIONALIS
Panggilan Ibu menurut saya panggilan paling netral. Tidak
mengandung artian tertentu dan bersifat umum. Orang orang akan cenderung
menyebut “Ini ada kue untuk Ibu ya...”, “Ibu dimana? Di rumah nggak?” Untuk
orang pada umumnya akan menyebut Ibu daripada mama atau bunda atau sebutan
lainnya.
Saya yang cinta Indonesia juga jelas memilih kata dari
Bahasa Indonesia asli, Ayah dan Ibu. Lah bukannya bunda juga dari kata Bahasa
Indonesia? Iya sih, tapi kayaknya lebih duluan Ibu. Hahaha...
2. LEBIH DALAM MAKNANYA
Alasan macam apa lagi ini, paka lebih dalam maknanya udah
kayak puisi. Tapi iya, saat nanti Julio yang sekarang baru tujuh bulan udah
bisa bilang Ibu dengan kesadaran penuh yang ditujuan pada saya, aduh hati saya
akan kayak semriwing berbunga bunga gitu. Makna dari Ibu sendiri itu menurut
saya lebih sakral, lebih dalam, lebih dapet feelingnya.
Nah, sekarang pun Julio sudah saya ajarkan bilang..”I....BU.
Apa nak? I....BU.” Dan dia seriiiing sekali monyong monyongin mulut lalu
bersuara, jadi “EBU...EBUU...” Entah ini kebetulan atau dia memang sudah bisa
meniru saya, tapi saya pun terharu mendengarnya.
“Now, I’m an IBU, genks!”
3. SAYA PUN MEMANGGIL IBU SAYA DENGAN SEBUTAN IBU
Yes, dari kecil saya juga dibiasakan untuk memanggil Ibu.
Dan saya suka sekali memanggil Ibu saya dengan sebutan Ibu.
“Mey, Ibu mu dimana?”
“Ibu lagi di pasar, mbah...”
“Ke, Ibu ke pasar dulu ya..”
“Iya, hati hati ya Ibu..”
Aduh, rasanya damai tiap kali bilang Ibuuu.... Semoga Julio
juga merasakannya ya, nak.
Itu mengapa saya kekeuh sekali ingin dipanggil Ibu. Untungnya
suami setuju setuju saja tanpa kebanyakan protes. Eh tapi bukan berarti saya
anti dengan panggilan yang lain ya. Saya yakin dan percaya tiap panggilan itu
sama; memiliki arti yang baik dan makna tersendiri. Apapun panggilannya, yang
penting kita bisa menjalani peran itu dengan sebaik baiknya versi kita dan yang
paling penting; dengan BAHAGIA.
Karena Ibu yang bahagia akan melahirkan dan membesarkan anak yang bahagia. Terserah mau Ibu, bunda, mama, mom, mami, emak sekalipun, yang penting bahagia.
Itu sudah.
Lalu, panggilan apa dari anak untuk Ibu Ibu sekalian?
*Postingan ini disertakan dalam Mom Blogger Community #TOBP Maret 2019
Aku manggil ibuku juga ibu, sementara di lingkungan tempat tinggal mayoritas manggil mamak
BalasHapusNah sekarang setelah aku punya anak aku pinginnnya dipanggil mamah ahhaha
Ibu, mama, bunda, semuanya terasa spesial ya klo anak kita yang panggil
Iya mbak apapun manggilnya pasti terasa spesial kalau dipanggil sama anak sendiri ya
Hapus