MASIGNASUKAv102
1413081431726134975

Perkuliahan "Patah Hati" dari Film Koala Kumal

Perkuliahan "Patah Hati" dari Film Koala Kumal
Add Comments
Rabu, 20 Juli 2016


Berbeda dengan film Sabtu Bersama Bapak yang menceritakan tentang Cakra (Deva Mahendra) yang masih juga menjomblo di usia 30 tahun sebagai awal cerita, film Koala Komal ini dibuka dengan begitu manis. Dika ( Raditya Dika) dan Andrea (Acha Septriasa) sedang dimabuk cinta karena empat tahun sudah mereka berpacaran dan dua bulan lagi akan menikah. Nah, udah bisa nebak kan kalau awal cerita manis begitu maka kelanjutannya apa?

Yak, benar. Pahit.

Mereka Putus. Coba tebak, kenapa mereka putus?

Karena Acha pingin fokus belajar? BUKAN. Itu alasan putus anak SMA.
Karena teryata Dika mengidap kanker stadium 4 dan divonis tiga bulan lagi? TIDAK. Itu Drama Korea.
Karena ternyata mereka tidak cocok? BUKAN JUGA. Itu alasan paling klise segalaksi bima sakti.
Karena Acha selingkuh! Yes, the most common reason of breakup. Karena salah satu hati tertarik dengan hati yang lain dan meninggalkan hati yang selama waktu tertentu saling mengisi.

Nah, dan dari ‘putus’ itulah cerita yang sebenarnya dimulai, kawan.

Sebagai pecinta film komedi romantis, gue nggak pernah melewatkan film film bergenre ini dari mulai film punya Alitt Susanto, Ernest Prakasa yang sekarang si do’i kayaknya selalu ada di film apapun yang gue tonton, dan juga film yang ditulis dan disutradarai Raditya Dika ini.

Kalau film Raditya Dika yang terakhir, “Single” menceritakan tentang kegalauan dia sebagai seorang jomblo dan perjuangan perjuangan dia untuk mendapatkan pasangan, film kali ini tentang patah hati, gaes. Dari judulnya aja udah berasa, “Koala Komal, Sebuah Komedi Patah Hati”. Perih.......

Film Koala Kumal menceritakan tentang Dika (Raditya Dika) yang sedang lemah akibat dampak dari patah hati. Saking lemahnya dia nggak bisa nerusin buku dia selanjutnya yang udah sering ditagih sama agensi penerbitannya. Lalu, tiba tiba hadir sosok Trisna (Sheryl Sheinafia) yang ngebantu Dika buat ‘sembuh’ dari rasa patah hatinya. Move On.


Dik, kita ini punya satu kesamaan. Sama sama pernah ngerasa sakitnya ditinggalin!” kata Trisna, bukan kata gue.

Padahal nyatanya Trisna juga nggak bisa move on. Jadilah keseluruhan film ini menceritakan perjuangan mereka untuk bisa move on plus balas dendam ke mantan.

Mulai dari ;

1. BAKAR SEMUA FOTO MANTAN, KAOS GAMBAR MANTAN, BARANG PEMBERIAN MANTAN, SAMPAI HP BERISI FOTO MANTAN.
2. MEMBUKA HATI. Mereka ikutan ajang pencarian pasangan sampai join aplikasi mencari pacar. Apakah berhasil?
3. NGRECOKIN HIDUP MANTAN


Lalu, apakah akhirnya Dika bisa menyembuhkan patah hatinya? Apa yang menyebabkan Trisna patah hati dan tiba tiba membantu Dika untuk membalas dendam? Apakah pada akhirnya Dika dan Trisna; dua orang yang sama sama tahu sakitnya ditinggalin tidak meninggalkan satu sama lain?

Nah,itu dia.....masih menjadi misteri sampai kalian nonton sendiri. Wehehehehe.....

Ekspektasi gue saat akan ngeliat film ini adalah gue bisa ketawa lepas, gue bisa ngetawain patah hati bareng bareng, dan di akhirnya gue bisa memetik pelajaran hidup. Tapi, menurut gue film ini terlalu mencoba untuk menjejali gue tentang petuah petuah menghalau patah hati. Petuah tentang bagaimana menyembuhkan patah hati yaitu mengosongkannya dan mengisi kembali dengan cinta yang baru, tentang ‘walau kita pernah patah hati, bukan berarti kita menutup hati’, tentang ‘apapun alasan pacar kita meninggalkan kita, yang sepatutnya kita lakukan adalah merelakannya dan mendoakannya’, tentang jodoh yang bukan ditunggu tetapi dicari, dan banyak lagi petuah lainnya. Dan scene yang gue tunggu buat bikin gue tergelak gelak adalah nihil. Gue berasa kayak lagi ikutan seminar “Cara Cara Ampuh Menyembuhkan Patah Hati”. Padahal tanpa mengikuti seminar apapun, kalau soal patah patahan gue udah katam.

Bahkan, ada beberapa poin di film itu yang gue nggak sepenuhnya setuju.

Yang pertama, untuk bisa move on kita harus membakar semua barang yang mengandung kenangan. Dan menurut gue itu sia sia. Karena mau dibakar bagaimana pun, kenangan yang sebenarnya ada di ingatan kita, bukan di benda benda peninggalan itu. Dan kalau dibakar itu sayang...dulu mantan belinya juga pakai uang.

Solusinya adalah, berikanlah barang barang itu kepada yang membutuhkan. Misalnya, dulu kita dikasih tas. Lalu, saat kita memakai tas itu, kita selalu pingin telpon mantan.

“Man, setiap kali ku memakai tas warna hijau hijau tai ayam itu, aku selalu terbayang bayang akan sosokmu. Kau masih ingat? Tas yang kau berikan saat aku menginjak usia 19 tahun itu?”

“Maaf, ini siapa ya?”

“Loh, ini siapa? Bukannya ini nomor Hpnya Firman?”

“Iya, saya pacarnya Firman.”

Daripada itu terjadi dan menyebabkan ledakan hati bertubi tubi, lebih baik berikan. Karena begitu barang itu ada di tangan yang membutuhkan dan berguna untuknya, maka pahala akan mengalir kepada kita sebagai perantara dan kepada mantan sebagai pemberi pada awalnya. Untuk peninggalan berupa foto, bisa banget kita sebar tuh foto di tempat tempat tersembunyi di dapur, gudang, dan atap. InshaAlloh populasi tikus akan menurun. Solusi yang cerdas sekali.

Yang kedua, untuk bisa menyembuhkan patah hati, isi kembali. Bercermin dari pengalaman, mengisi kembali hati yang masih patah di sana sini hanya akan menggiring kita dengan segala ketidakpuasan karena tak bisa berhenti membandingkan.

Kok kamu nggak mau nganter aku pulang (kayak pacar aku dulu)?”

“Kok kamu nggak romantis (kayak pacar aku dulu)?”

“Kok kamu nggak ada tahi lalat di hidung (kayak pacar aku dulu?)”

Dan di titik itu justru kita makin merana karena semakin menginginkan sosok mantan untuk hadir kembali. Padahal kalau beneran balik juga belum tentu dia kembali dengan membawa sifat, kebiasaan, dan hati yang sama. Sia sia juga.

Terakhir, patah hati itu menurut keyakinan gue, bukan untuk disembuhkan. Dia bukan penyakit. Mau kita minum pelemah daya ingat biar nggak inget masa lalu melulu, atau sibuk setengah mati agar fakta kalau hati kita sedang membelah belah terlupakan, atau memancing orang untuk mengisi celah patahan hati yang ada, sampai pergi ke Antartika dengan harapan radar cinta yag tersisa tak terjangkau juga patah hati tetaplah patah hati.

Buat gue patah hati itu justru tinggal dinikmati lalu bersama waktu bisa diikhlaskan dan direlakan. Sampai pada akhirnya kita bisa menerima kenyataan kalau kita patah hati. Sampai pada akhirnya kita menerima fakta kalau dia sudah menjadi mantan. Sampai pada akhirnya kita tidak merasakan perih yang menjalar dari hati naik ke mata saat kita mengenang masa lalu bersamanya. Sampai pada akhirnya apapun yang dia lakukan selanjutnya tidak memperngaruhi keadaan hati kita. Sampai pada akhirnya hati kita seterong.

Bila hal itu sudah berlalu, maka nggak ada lagi mbak mbak yang nangis nangis di pernikahan mantannya sampai viral di sosial media. 

Karena pada dasarnya, sesuatu yang tidak bisa kita usahakan, sesuatu yang ada di luar kemampuan kita untuk mengubahnya, satu satunya jalan adalah mengikhlaskanya. Dan waktu pasti akan membantu.

Itulah pelajaran hidup nomor 87 dari Film Koala Kumal. 
Meykke Santoso

I'm a passionate teacher, an excited blogger, a newbie traveler and a grateful wife. Nice to see you here! I write for fun. Please, enjoy!

Assalamualaikum wr wb,

Terimakasih sudah mampir ke sini ya... Yuk kita jalin silaturahmi dengan saling meninggalkan jejak di kolom komentar.

Terimakasih .... :)

  1. Cihuuy... udah lama gak dateng ke blog ini ternyata header blognya udah tampilan ngejreeeng.

    Daaan, waktu mau baca post ini dan membaca beberapa kalimat di awal postingan, doaku dalam hati, "Plisss, isinya jangan spoiler, jangan spoilerrr."
    Alhamdulillah, isinya emang gak sepernuhnya spoiler. Tapi lebih ke hikmah yg bisa di ambil dari nonton Koala Kumal. Huftt.. legaaa
    Aku lagi nyari waktu nih buat nonton film ini, soalnya emang penasaran banget tentang ceritanyaa..


    Patah hati bukan membuat kita semakin lemah, tapi menyadarkan kita siapa yang pantas untuk diajak hidup bersama. Dan, yang harus dilakukan itu bukan melupakan, tapi merelakan. Cihuyyy~~

    BalasHapus
  2. Uhhh kena spoiler dikit nih haha. Gue belum nonton dan sepertinya gak akan nonton huhu. Kalo patah hati sih cara paling ampuh buat move on ya ikhlasin, gak perlu bakar2 yg berhubungan sama mantan. Yg susah buat dilupain itu kebiasaan dan kenangannya, cara buat lupain ya ikhlasin huhu

    BalasHapus
  3. asikk udah nonton Koala kumal aja. pertama kali nonton film ini langsung disambut dengan tangisan dari kevin julio haha. dan total menurut gue film keren banget dan renyah bener untuk di nikmati.

    tapi yang paling gue suka di artikel ini kalau si mey bilang kalau Patah hati tidak perlu disembuhkan karna bukan penyakit. its TRUE bangett!!

    BalasHapus
  4. hmm, aku juga udah nonton nih kak dan emang bagus banget. komedi dan bapernya itu pas banget. jadi kadang dibikin ketawa ngakak, kadang dibikin baper buat merenung tentang patah hati. dan lagi kata-kata bijak di film koala kumal ini juga banyak banget yang bisa dijadikan pedoman.

    yaa, patah hati itu menyikapinya kembali ke diri kita masing-masing saja lah. cara paling ampuh ya memang mengosongkan hati untuk menerima cinta yang baru lagi.

    BalasHapus
  5. Yaahh padahal awal ku harap nyeritain filmnya, soale aku belum nonton eehh malah udahan.

    Setuju kalo patah hati tinggal dinikmati di iklhaskan.
    Kalo patah hati gak bisa merelakan mantan.. hmmm.. yang ada bisa berdebu.

    BalasHapus
  6. Beberapa kali nonton filmnya bang Radit tapi nggak sesuai ekspektasi. Jujur banyak kecewanya dibanding puas sama filmnya. Jadi untuk film Koala Kumal, aku memutuskan buat nggak nonton filmnya. Udah baca novelnya, tapi biasanya beda jauh sama novelnya, entah kalo Koala Kumal.

    Bener banget. Kalo mau ngelupain seseorang nggak usah pake bakar-bakaran. Kalo mau bakar-bakaran jangan setengah-setengah, bakar juga orangnya. *jangan tiru adegan ini*

    BalasHapus
  7. Duh jadi pengen nonton juga nih soalnya belum pernah nonton film indonesia.

    BalasHapus
  8. Kebanyakan lucu nya ni film, dan senang juga endingnya gk terlalu mainstream. Cuma, masih kepikiran cerita dari Trisna ._.

    BalasHapus