MASIGNASUKAv102
1413081431726134975

Menikah

Menikah
Add Comments
Kamis, 10 September 2015
 

“Aku sudah mencoba ikhlas...Aku ikhlas...Tapi kalau kayak gini...” Terpotong. Dia menarik paksa nafasnya yang nyangkut di kerongkongan. Matanya berkubang. Sedetik kemudian wajahnya berlinang. Andaikan dia adalah awan sudah pastilah sekarang angin topan bertiup dan petir menyambar nyambar.

Sore itu salah satu teman gue curhat. Kita hanya terpaut setahun. Beberapa tahun yang lalu dia telah menikah. Pernikahannya semula berjalan tanpa aral hingga akhirnya suaminya mulai bertingkah kasar. Dia memukul! Dia menendang! Bahkan, dia melempar tubuh teman gue.

“Iya, suamiku kasar. Pernah saat kita berantem, aku diangkat dan dilempar. Dia juga melempar barang barang di rumah.” Bulu kuduk gue meremang walau pemandangan serupa itu sebenarnya tak asing lagi.


Teman gue juga mulai menjauh dari keluarganya yang kemudian memancing kecurigaan seluruh keluarganya.

Pernikahannya berakhir di persidangan setelah, masih menurut teman gue, suaminya ketahuan berselingkuh.

“Aku sudah beberapa kali keguguran sebelumnya...” Seolah bola es, masalah terus menggelinding dan mengembang. Semakin besar. Dia kembali menarik paksa nafasnya dan menghembuskannya keras keras, seakan dia mencoba membuang segala gulana yang sekarang menggumpal tak terbendung di dadanya, menembus di hatinya yang masih berlubang.

“Sebenarnya saat itu aku nggak pingin pisah, Mey. Aku udah nerima mau dipukul, mau dilempar. Tapi, dia yang memutuskan untuk bercerai. Pernah aku tanya alasannya. Tapi, dia hanya bilang kalau dia nggak bisa bersama sama lagi.”

Dia kembali menyeka uliran air mata yang berlomba merambat turun.

“Tapi, sekarang aku tahu alasannya. Dia menyukai orang lain.” Hatinya baru saja terbakar begitu dia kepoin mantan suaminya yang berfoto mesra dengan orang yang dulu dia curigai sebagai orang yang memecah keluarga kecilnya.

“Kamu masih mencintainya?” Pertanyaan bodoh macam apa sebenarnya yang gue ajukan? Kalo lo masih nangis saat mantan lo bermesraan dengan cewek lain udah pasti lo gagal move on. Dan gagal move on itu menggambarkan kalau masih ada cinta. Tapi, saat itu gue bingung mau tanya apa. Gue mau peluk dia tapi gue lagi makan roti, mana tangan sama bibir berlepotan. Gue bisa apa?

“Walau pun aku benci, tapi gimana sih Mey..kita dulu pernah tidur bersama, menjalani hari sama sama, seneng bareng....Masih adalah pasti rasa cinta...”

Gue mengangguk takzim. Gue ngerti apa yang dia rasain. Gue baru akan bilang,

“Udahlah...itu masa lalu. Lupakan!”

Tapi kata kata gue nyangkut di ujung lidah saat gue ingat iklan layanan masyarakat, sesama pengendara tidak boleh saling mendahului. Gue pendam kata itu dan gue masih menatapnya lekat lekat menandakan kalau gue masih mendengarkannya. Yang gue tahu, ada kalanya orang curhat ke kita bukan karena butuh saran atau usulan, tetapi sebatas hanya ingin didengarkan. Dengan berbagi cerita kita bisa berbagi beban dan sedikit memberikan ruang untuk hati bernafas.
Sore itu gue hanya bisa bilang,

“Sabar...”

Dan akhirnya gue pulang dengan seribu angan. Satu macam angan dengan seribu kemungkinan. Angan tentang menikah. Ya, menikah.

Satu demi satu teman gue memutuskan untuk menikah. Alasannya pun beraneka ragam kayak varietas bunga bougenville. Ada yang menikah karena disuruh orang tua, ada yang menikah karena hamil duluan, ada yang menikah karena sama sama mencintai, dan ada pula yang menikah karena ingin menyempurnakan separuh agama.

Tapi, menikah sama sekali nggak segampang piknik ke Prambanan. Menikah nggak cuman “kamu cinta aku, aku pun begitu.”

Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan untuk bisa yakin dan mengambil keputusan.

“Oke, ayo menikah.”

Sekali ijab terkabulkan, kita harus siap tinggal bersama, menerima kenyataan kalau kita nggak bisa pergi jalan jalan seenak jidat, menerima segala kekurang dan kelebihan, selalu musyawarah untuk mufakat di tiap tiap pilihan yang akan diambil, menyatukan misi dari 2 derap langkah dengan 2 kepala yang berbeda. Dan sekali kita salah memilih, neraka menunggu di depan mata. Atau bila kita kurang saling mensyukuri terhadap pasangan masing masing, maka satu atau dua duanya akan mencari lagi.

Teman gue. Dia sudah menikah dan memiliki satu anak. Dia kerap bercerita tentang tingkah polah suaminya yang tidak dia sukai.

“Gile lo. Masa lo masih chattingan sama mantan lo? Kalau suami lo tahu gimana?”

“Ah, bodo. Tau nggak masa kemarin suami gue bla bla bla bla..Gue pingin nikah lagi aja ah. Cari bule.

Dia juga masih intens video call, telpon atau sekedar chatting dengan laki laki lain. Lalu, pernikahan itu kehidupan macam apa?

Teman gue yang lain. Dia menikah lalu memiliki anak. Tetapi dia harus pergi ke beda kota demi melanjutkan studinya.

“Aku baru saja block BBMnya, SMSnya, dan semuanya. He can’t reach me. Suami teman teman aku keren. Baru aja teman aku diajakin keluar negeri sama suaminya. Tapi suamiku?”

Bahkan, teman gue yang pacaran 9 tahun dan memutuskan menikah pun hanya bisa bertahan setahun!! Bayangkan, SETAHUN!! Dulu gue sempat sedih karena pacaran gue yang memakan waktu 5 tahun putus di tengah jalan. Padahal dulu cita cita gue bisa pacaran lamaaaaaa terus akhirnya menikah biar kayak cerita cerita di FTV SCT*. Kayak kita mengarungi jalan nan panjang dan pada akhirnya kita bisa mencapai tujuan bersama dan derap langkah penuh cinta. Itu khan so sweet. Tapi, di tengah jalan gue dapat zonk.

“Mey, belum tentu banget tau pacaran lamaaaa terus menikah itu bisa bahagia. Cinta bisa aja berubah menjadi kebiasaan. Karena biasa bertemu, biasa makan bareng, biasa nonton bareng. Dan semuanya berubah menjadi sangat biasa. Bukan lagi cinta, tapi karena biasa bersama. Contohnya gue.” Gue mencerna kata katanya. Bisa jadi.

Lalu, pernikahan itu sebenarnya seperti apa?

Pernah nggak sih lo mikir, besok gue nikahnya sama siapa ya?

Gimana ya rasanya menikah?

Besok kalau gue udah menikah, hidup gue kayak apa ya?

Apakah gue bisa lebih bahagia setelah menikah?

Apakah nanti pasangan gue bisa ngertiin gue?

Apakah ini?

Apakah itu??

Jadi, semua ini akan gue jawab setelah gue menikah nanti. Semua yang diceritain teman teman gue yang sekarang sudah menikah akan menjadi pelajaran tersendiri buat gue. Teman gue yang belum move on itu pun bisa memetik hidayah dari apa yang dia alami. Dia mulai berbenah diri, lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, bisa lebih ikhlas menjalani hidup. Sejauh yang gue tahu, dia orang yang baik. Insha Alloh di saat yang tepat dia mendapatkan sosok tepat yang bisa mencintainya secara tepat pula.

Menikah. Yang masih gue yakini saat ini, pasangan adalah cerminan diri. Dan gue masih belum layak untuk menampakkan diri pada cermin.




Meykke Santoso

I'm a passionate teacher, an excited blogger, a newbie traveler and a grateful wife. Nice to see you here! I write for fun. Please, enjoy!

Assalamualaikum wr wb,

Terimakasih sudah mampir ke sini ya... Yuk kita jalin silaturahmi dengan saling meninggalkan jejak di kolom komentar.

Terimakasih .... :)

  1. Menikah bukan hanya sekedar bilang "oke ayo nikah"

    menikah itu hal sakral, ngak ada orang yang mau perjalanan cintanya menjadi sebuah duka, ngak ada orang yang mau menikah terus cerai begitu saja. semua hal harus di persiapkan, memilih pasangan yang memiliki visi misi yang sama, jalin hubungan yang harmonis antar sesama. gue di sini emang masih jauh banget kalo ngomong soal menikah, gue masih kuliah, perjalanan gue masih panjang tapi dari ceritamu ini gue banyak ambil pelajaran, yg pacaran lama ajah terus nikah tapi ngak bertahan lama, gue takut itu juga terjadi sama gue. tapi dari post mu ini sekarang gue sadar kalo nikah tuh butuh persiapan, apa lagi gue yang notaben.e bakal jadi pemimpin keluarga :) kasihan juga temen-temenmu itu :(

    BalasHapus
  2. yaampuuun, itu suami apaan sih kak meyk yg tega mukul-nendang-sampai lempar tbuh istrinya -_- jahat bener.
    kirain cuma disinetron aja yg ky bgini adanya -_-

    memang tuh kk meyk, pacaran lama nggk mnjamin bakal awet pas nikah. tampaknya harus persiapan dr skrang yaah. memantaskan diri :))

    BalasHapus
  3. Makin ke sini, kak mey tampaknya begitu mendalam mengenai urusan NIKAH. Kenapa harus bahas nikah sih, kak? Bahas yang lain kek. Soalnya gue juga bingung harus mulai dari mana dulu, ketika menghadapi pernyataan mengenai nikah.

    Sama siapa? Akan seperti apa nantinya? Mungkinkah baik2 saja? Apakah dia betah dengan gaya hidupku? apakah dia sanggup menjadi penguat dengan sejuta masalahku.

    Tapi satu hal kak mey, aku percaya bahwa Menikah yang akan menjawab semuanya. Sakral dalam ikatan yg sebnarnya.

    BalasHapus
  4. Menikah itu memang butuh tanggung jawab yang besar, mental yang kuat...
    bukan cuma janji manis dimulut, bukan hanya soal materi... bukan hanya soal...
    cinta... memang banyak sekali org yg menikah itu cerai, ga tau alasannya apa...

    BalasHapus
  5. ini nulisnya dari hati, gue tau kok
    gue juga ngerasa, kalau banyak yang gampang bilang nikah, tapi konsekuensi dan tanggung jawab ke belakangnya dipertanyakan
    nikah bukan sekedar ego, tapi lebih pada kesiapan dan keinginan masing2 untuk saling melengkapi, memberi, dan mengerti

    BalasHapus
  6. Aduh gimana ya, aku masih kecil masa ngomenin masalah nikah kayak gini

    Jadi gini ya, aku setuju kalo nikah gak cuma modal "aku cinta kamu" kalo kayak gitu gak ada istilah pacaran dong? Menikah itu butuh banyak pertimbangan supaya gak menyesal kemudian

    Kayaknya ini kode kalo yg punya blog udah pingin nikah :p

    BalasHapus
  7. yup, menika itu keputusan yang sulit. karena itu menentunkan separuh jalan hidup yang akan dijalanin.

    saya juga sering mikir, gimana nanti kalau udah nikah, Bahkan temen juga uddah banyak yang bilang cepet nikah. ortu juga. tapi ya, kalau mental belum siap mau gimana lagi.

    kalau nikah sih emang gampang, nah soal jalanin setelah nikah itu yang ribet.

    BalasHapus
  8. ceritanya menyedihkan, sampe dibawa ke persidangan, karena kekerasan dalam rumah tangga. Menurut saya, teman mbak itu sepertinya tidak mendengarkan nasihat orang tua, ia lebih memilih laki-laki tersebut. Tetapi laki-laki tersebut tidak mencintai teman mbak. Kesimpulannya, sebelum menikah, minta pendapat orang tua, terutama ibu

    BalasHapus
  9. Makanya harus pinter-pinter milih calon suami, Mey. Itulah gunanya pacaran, kita belajar menilai kualitas diri lawan jenis, kira-kira bisa bertahan ga nih sampai puluhan tahun ke depan? Ga ada orang yg menikah dengan tujuan mau cerai, gua yakin itu, tapi ya jaman sekarang banyak yg dibutakan oleh cinta, sampai tidak mampu melihat kualitas diri pasangannya dengan mata jernih.

    Mau tau cara menilai apakah seorang cowo itu bener-bener baik atau tidak? Gua dulu pernah nulis panjang lebar di sini : http://claude-c-kenni.blogspot.co.id/2010/11/measure-of-man.html

    Sori ya bukan promo nih. Tapi intinya, cowo itu PASTI baek ke cewe yg dia suka. Makanya waktu masih pdkt atau pacaran biasanya dia so sweet banget, tapi setelah nanti menikah, setelah diterjang aneka ragam badai rumah tangga, cinta itu bakal terkikis dan lama-lama pun bisa menipis. Lah, lantas pasangan yg bisa awet sampe puluhan tahun itu gimana ceritanya? Di kala cinta sudah menipis, yg masih membuat kita bisa tetap setia sama pasangan adalah KOMITMEN. Selama masih ada komitmen, cinta bisa dipupuk ulang, di refresh, diperbaharui. Hati udah mendua kalipun masih bisa rujuk selama dua-duanya masih ada komitmen.

    Gitu deh. Menikah itu emang ribet, gua juga suka pusing kalo ngomongin hal yg satu ini. Kadang suka mikir, pantesan ya, jaman sekarang banyak orang yg memilih hidup tanpa status...

    BalasHapus
  10. Intinya, untuk apa menikah kalo cuman endingnya kayak gini menikah itukan agar kita bsa saling menyayangi suami antar istri~

    BalasHapus
  11. Hah, Kak, serius itu mantan suami temenmu gitu banget? Duh, kok ngeri banget ya. Mana dia rela dikasarin lagi. Huf, secinta-cintanya gak mesti juga kali rela dikasarin. Udah berasa jadi TKW di luar negeri aja.

    Bener tuh aku setuju sama kamu Kak. Pacaran lama belum tentu langgeng di pernikahan. Dan aku juga nggak mau sih feel sayang atau cinta itu berubah karena terbiasa. Kalo udah biasa dan kebiasaan, ya feel "meledak-ledak" itu nggak akan ada lagi. Mungkin, itu yang bikin temen kamu cuma bertahan setahun.

    Emang bener sih beberapa ukhti yang udah nikah bilang, sebaik-baiknya niat nikah itu karena untuk menyempurnakan agama. Dan mencintai dia karena Allah. Karena kalo landasannya agama, insyaAllah serumit apapun masalahnya, Allah selalu kasih jalan untuk keluar. Subhanallah sekali ya postingan ini hahaha.

    BalasHapus
  12. menikah emang sulit. sama halnya menjawab pertanyaan 'kapan nikah?'
    kalo aku belum kepikiran sampe sana, masih menikmati masa masa muda hehe.
    kadang sempet kefikiran aja, kalo putus sama pacar aja sakit hayinya kayak gitu. gimana kalo sampe putus sama suami. udah gitu, ketemu mantan pacar aja rasanya barbar banget. gimana kalo ketemu mantan suami. yg udah serumah segala. hehehe

    BalasHapus
  13. Dan menyenangkan sekali bisa membaca tulisan seperti ini dari sudut pandang mrs meukeu. Haha. Semoga kebaikan atas kita semua~

    BalasHapus
  14. emang menikah itu bukan perkara yang mudah sob,

    BalasHapus
  15. Bacanya jlebbb banget kak. Demi apa ini semacem sindiran keras buat aku yg ngebet nikah wkwk

    Nikah emang gak gampang. Banyak banget yang harus disiapin. Bukan cuma fisik, mental, dan materi. Tapi kita butuh ilmu, karena menikah itu kan ibadah. Dan setiap ibadah harus dilandasi dengan ilmu.

    Intinya sih, mumpung kita masih single, mumpung kita masih banyak kesempatan, jangan pernah bosan buat nuntut ilmu. Belajar untuk memantaskan diri karna seperti yg kak mey bilang, jodoh adalah cerminan diri :)

    Semoga kita dijauhkan dari hal hal buruk seperti cerita di atas. aamiin

    BalasHapus
  16. Pernah ngerasain galau juga saat umur 25 gagal nggak jadi nikah sama mantan tunangan.Tapi rejeki, umur, jodoh memang rahasiaNya. Siapa sangka dulu pernah gagal nggak nikah trus sekarang mendapatkan jodoh tanpa disangka-sangka. Dan sudah menjalaninya selama 11 tahun sekarang.

    BalasHapus
  17. assalamu"alaikum...
    jangan pernah takut untuk menikah. aku pernah gagal pernikahan memang awalnya aku merasa takut gagal lagi menikah. tetapi setalah aku mendapat banyak pencerahan aku jd tak takut untuk menikah kembali. mencintai seseorang memang ada rasa bosannya maka cintailah dulu pencipta cintanya. lantas memantaskan diri, jodoh adalah cerminan diri, jika kamu enggan mendapatkan jodoh yang buruk ahlaknya maka perbaiki akhlakmu dahulu. allah telah mengatur dan telah tertulis di lauhul mahfudz.
    berprasangka baiklah selama kita percaya dengan ketentuan allah in sya allah semua akan baik - baik saja.
    "jangan pernah takut menikah"

    wassalamu'alaikum...

    BalasHapus