MASIGNASUKAv102
1413081431726134975

Jawaban Atas Pertanyaan "Kapan??" dan "Mana?" saat Lebaran

Jawaban Atas Pertanyaan "Kapan??" dan "Mana?" saat Lebaran
Add Comments
Kamis, 07 Agustus 2014
“Mana?”

“Kapan?”

“Kok nggak diajak?”

Saat bertemu dengan teman masa kecil yang sudah menggendong bayi, bahkan di antaranya sudah berjalan dan sudah beranjak TK, pertanyaan serupa itulah yang lalu sekonyong konyongnya diluncurkan. Atau saat bertemu dengan sanak family yang usianya tidak beda jauh tetapi sudah merasakan dahsyatnya makna SAH yang dikumandangkan seantero udara di satu waktu yang lalu. Bahkan, orang tua sampai orang yang memang paling tua dengan hati hati bertanya tentang pandangan akan masa depan perihal usaha membudidayakan jenis mereka atau menelurkan generasi penerus. Pun banyak teman teman yang kebetulan berada dalam status yang sama hilir mudik memperbaharui status mereka atas pertanyaan “what’s in your mind?” dengan curhatan tentang betapa galaunya hati mereka saat pertanyaan pertanyaan itu serupa biji peluru yang dimuntahkan dari corongnya, bertalu talu.

For me, it was my first time facing such a question. Yang gue tahu di dunia ini ada stage stage pertanyaan yang walau pun tidak dipatenkan tetapi hampir bisa dipastikan akan selalu dilakukan oleh umat wanita.

Saat sekolah/kuliah : “Kapan lulus?”
Saat lulus, lagi pengangguran : “Kapan kerja?”
Saat kerja : “Kapan nikah?”
Saat sudah menikah : “Kapan punya anak?”
Saat sudah punya anak satu : “Kapan ngasih adik lagi ke anaknya? Kasihan lo nggak ada temennya..”
Saat anak anak nya sudah dewasa : “Kapan punya mantu?”
Saat sudah punya mantu : “Kapan punya cucu?”

Dan pertanyaan itu akan terus berekor selama hayat masih dikandung badan.

Dan bagi wanita seusia gue dihadapkan pada pertanyaan di stage 3. Pun kalau dulu percakapan yang in saat bersama teman teman adalah,


“Eh, besok liburan kuliah jalan yuk??”

“Gimana Lee Min Ho udah tamat belum dramanya? Aku minta kalau udah tamat aja biar bisa aku tonton non-stop.”

“Wah, emang paling enak kopi yang ada granulenya begini.”

“Auditionmu udah level berapa?? Aku dong udah mau advance, orang tiap hari aku mainin mulu sampe jariku keriting nih liat. Bengkok bengkok kayak keris Mpu Gandring khan?”

Sekarang semuanya berbeda. Ada pun pokok pembahasan yang sepertinya wajib cenderung fardhu a’in saat bertemu dengan entah teman apa saja adalah soal pelabuhan hati untuk masa depan.

“Gimana? Udah ada?”

“Si anu gimana?”

“Emang kamu maunya umur berapa?”

“Ehh, jangan lama lama, paling bagus tu melahirkan sebelum umur 25 lho, resikonya paling sedikit.”

“Apa mau aku kenalkan sama si anu?”

“Mau punya berapa besok? Empat aja biar rame, hikhikhik.”

Dan gue sadar bahwa gue sekarang mulai ada di zona ‘kapan’. Orang sibuk mencari penghidupan dan orang untuk hidup bersama menjalani kehidupan selanjutnya. At first time, it looks so scary. Adults world is scary! We have to decide and choose one human to live together with for the rest of our life. It would be heaven if we choose the right one. But if not, it will work the other way around. Kata Pak Mario Teguh, menua bersama orang yang salah. Mendengarnya saja gue sudah bergidik ngeri. Untungnya Tuhan menumpas tuntas segala ketakutan dengan memberikan janji serupa orang yang baik akan mendapatkan yang baik pula, dan orang yang buruk pun akan bertemu dengan orang yang serupa. Intinya, jodoh adalah refleksi diri, cerminan akhlak. 

Dan bahkan katanya kata kata bijak, butuh waktu seumur hidup untuk bisa mengerti orang lain. Dicermati saja sudah begitu njlimet.

Bagi wanita, kita ini sedang berjalan di sepanjang jalan panjang dengan banyak tikungan, medan jalan, persimpangan, dan juga rintangan. Kadang kita perlu berlari kencang demi mencapai sebuah target, harus sudah sampai di kilometer sekian dengan jangka waktu sekian. Di waktu lain kita juga harus berjalan santay saja kayak di pantayyy dan menikmati pemandangan sekitar. Lihatt!! Gundukan raksasa bernama gunung berselimutkan permadani hidup berwarna hijau nampak gagah di seberang jalan. Terkadang kita sampai di sebuah pantai dan melepas penat dengan tiduran di pasirnya yang bersih sambil menikmati sang raja siang yang tengah menguncup cantik. Pun kadang kita harus ikhlas dengan kulit penuh goresan akibat dahan berduri yang harus kita tebas demi melanjutkan sebuah perjalanan yang bernama hidup. Rupa rupa jalan yang memang harus dilalui.  Nah, hingga akhirnya kita berada di persimpangan dengan seseorang pemegang cermin yang juga sedang akan melintas di perjalanannya sendiri. Bila memang kita memegang peta yang sama dengan cara cara yang sefaham, bolehlah kita melanjutkan perjalanan bersama. And I know the reality is not that simple, meeting somebody, talking about vision and mission, then walk together added by the romantic word such as : for the rest of our life, forever, then happy ever after.

Demi apapun setiap wanita memang harus melalui fase itu, including me. Dan mulai Lebaran yang baru saja selesai sampai Lebaran berikut dan berikutnya akan terus mengalir pertanyaan senada sampai gue merasakan dashatnya makna SAH yang berdebam di satu waktu tertentu di masa depan. InshaAlloh.

Dan di perjalanan itu gue rasa tidak melulu wanita memakai kemben lalu menumbuk padi sedangkan sang laki laki berburu di hutan dan mencari ikan atau lobster. Bisalah kita menautkan jaring sama sama dengan wanita di ujung satu dan laki laki di ujung satunya demi ikan yang lebih banyak, lobster yang lebih besar. Bisalah kita menumbuk padi bersama demi beras yang lebih halus. Bisalah kita mencudet ikan bersama atau menyembelih hewan buruan bersama.

Dan bisa jadi saat pertanyaan serupa itu menerpa kita, bisa jadi kita menjawabnya dengan cara diplomatis biar kayak artis artis.

“Mana calonnya?”

“Lagi di jalan.”

“Owh, rumahnya dimana?”

“Lagi di jalan menuju pertemuan abadi kita berdua.” *janganmuntah

--
“Kapan nyusul?”

“Besok.”

“Wawww!! Kok aku nggak diundang??”

“Besok saat jodoh yang dipilih Alloh menjemput hatiku.” *janganpingsan

--
“Sudah ada belum calonnya?”

“Sudah.”

“Mana?”

“Sudah dipersiapkan Allah. Tinggal berusaha aja.”

“Subhanalloh.”
--
Good Luck yaaaaa..... :D


Meykke Santoso

I'm a passionate teacher, an excited blogger, a newbie traveler and a grateful wife. Nice to see you here! I write for fun. Please, enjoy!

Assalamualaikum wr wb,

Terimakasih sudah mampir ke sini ya... Yuk kita jalin silaturahmi dengan saling meninggalkan jejak di kolom komentar.

Terimakasih .... :)

  1. Hahaha. Awalnya nyesek, endingnya ngakak.:D

    Bener bener. Akan ada jodoh yang baik untuk wanita yang baik, kaya kita. Kita? Siapa lo? :D

    Semoga Allah mengijabah doa kita ya. Jodoh enggak akan kemana kok. AKan indah pada waktunya #haseeeek

    BalasHapus
  2. abis baca ini aku langsung tarik nafas dalam-dalam.
    Memang kadnag pernikahan itu sesuatu yang "ekstrim" menurutku.
    karena kita akan memilih 1 orang, untuk hidup selamanya.

    Aku banyak ketemu temen2 yg gak pengen nikah (mereka bukan orang indonesia) kaena mereka gak pengen ambil resiko.
    Tapi entahlah, kadang aku meng-iya-kan pendapat mereka karena rasionalitas.

    Tapi secara pribadi, aku berpendapat bahwa aku akan menikah suatu saat. entah kapan.
    Untungnya orang masih ajrang tanya masalah itu.
    Mereka masih lebih sering tanya "kapan pulang?"

    BalasHapus
  3. hahaha
    kayaknya aku masih di stage "kapan lulus?" bosen sih dengernya, padahal aku baru semester 5 aja hahah. ntar kalau udah lulus "kerja dimana?" "udah punya calon?" kepo banget kayak curious george -_-

    meski banyak temen2ku yang udah nikah, aku masih bertahan disini nonton kartun dan ngeblog hihih. sebagian dari mereka lagi hamil, lagi lengket sama suaminya, aku lagi lengket sama laptop. oh my, i have no life hahahahaha

    tapi semua orang punya jalan masing2, mungkin jalanku bakalan ketemu jodoh yang sama2 kayak aku juga. tapi, wanita itu harus memantaskan diri sebelum bertemu jodohnya supaya mendapat jodoh yang pantas pula :D

    ah kepanjangan nih komennya
    btw, blognya sudah aku follow yah. kalau berkenan silakan follback <3

    BalasHapus
  4. wkwk. betul tuh kak meykke. aku masih di stage pertanyaan 'kapan lulus?' pdhal bru sem 3 -_-

    aku jg gmw menua dgn orng yg salah *curcol. baca tulisan ini jadi rada serem juga klo udh masuk k stage pertanyaan yg model 'kapan nikah?'

    bnar tuh laki-laki yg baik hanya untuk permpuan yg baik, mari memantaskan diri :)

    BalasHapus
  5. Pertanyaan kaya gitu tuh cuma buat manas manasin aja, tapi salah juga sih kalo kita mengulur terlalu lama buat cari jodoh
    Yang di maksud "Dijemput Allah" tuh meninggal ato apa nih ??

    BalasHapus
  6. Waduh waduh... Ada satu lagi... "Kapan selesainya?" :D

    Blog udah di follow dan page udah dilike. Ditunggu follback dan like baliknya :)

    BalasHapus
  7. waduh, nyesek juga tuh kalo ditanya kapan nikah -__-
    jodoh memang gak akan kemana dan gak bakal kemana-mana selama kita gak berusaha.

    BalasHapus
  8. waaaooowwwww......... ini isi hati gue banget mey! thanks ya udah nulisin. ahhaaha.....

    sebenernya kalo di bawa enjoy ya gpp sih, mau seribu orang yang bertanya "kapan" yah enjoy aja. seperti yg kamu bilang, jodohnya lagi di jalan. :)

    kalo aku ditanya, siapa calonmu? aku jawab aja.
    namanya johan, jodoh di tangan tuhan. muehehe

    BalasHapus
  9. sepertinya fase ke tiga paling nyesek ya?
    hahaha

    jawabannya itu lo, diplomatis sekali
    ga percaya keluar dari mulut lo sendiri
    pasti ini dari seseorang yang jauh lebih dewasa
    *manggut2

    BalasHapus