MASIGNASUKAv102
1413081431726134975

Ya Alloh, Aku Jatuh Cinta

Ya Alloh, Aku Jatuh Cinta
Add Comments
Kamis, 13 Juni 2013
( ini adalah penuturan dari sumber lain dan tidak mencoba untuk bersinggungan dengan siapapun atau apapun. ini hasil seminar, bukan hasil pemikiran. tenin...)


“Ya Alloh, Aku Jatuh Cinta...”

“Ya Alloh, kenapa cinta harus jatuh? Khan jatuh itu sakit ya Alloh? Kenapa tidak bangun cinta?”

“Ya Alloh, nanti kalau jatuh bisa bisa aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi? Dilanjutkan aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang. Katanya, aku tanpamu (pujaan hati) serupa butiran debu. Padahal nyatanya, baik tanpa pujaan hati atau pun tidak di hadapan-Mu kita tetap hanyalah butiran debu di lembaran gurun sahara maha luas..”

----

Dah, pembukaan katam.

“Mey, kamu mau ikut seminar di STAIN tidak?”, ucap Widha, temanku.

“Seminar apa?”

“Judulnya, Ya Alloh, Aku Jatuh Cinta.”

------------
Pagi pagi sekali, pukul 7 tepat aku udah menghijrahkan kakiku ke Salatiga. Berangkat sepagi itu dengan mengantongi satu tujuan. Ikut seminar, “Ya Alloh, Aku Jatuh Cinta.”

Alih alih ingin mendapatkan jawaban dari kalimat ambigu itu, aku menyegerakan langkah untuk bisa sampai sana dengan tidak terlambat.

Kenapa ambigu? Buatku kalimat itu bisa mempunyai dua artian.

1. Ya Alloh, (Maafkan aku), kok aku jatuh cinta gini sama dia Ya Alloh...Ottoukke...

2. Ya Alloh, (Alhamdulillah), hamba semakinn jatuh cinta pada-Mu, dan ingin terus meningkatkan iman hamba untuk bisa semakin dekat pada-Mu..

Sadar akan ketebalan iman yang hanya sebatas ketebalan tubuh saja, aku memutuskan untuk ikut seminar ini.
Dalam perjalanan, setelah aku pikir pikir, ternyata sepanjang hidupku yang lebih dari seperlima abad ini, baru kali ini ikutan seminar rohani seperti ini. Hina sekali..

Dan sampailah kita.

Cinta itu adalah sebuah kecenderungan. Kecenderungan untuk memampukan diri melakukan segalanya demi menyenangkan hati orang yang dicintai. –Ustad Burhan Sodiq

Beliau menambahkan, “Cinta adalah fitrah. Cinta adalah fase kedewasaan seseorang.”

“Cinta sejati akan mendekatkan diri pada Alloh, bukan untuk mendekatkan diri pada kemaksiatan.”, ungkapnya.

Ya, ada dua pembicara di seminar yang berlangsung di BU STAIN, 11 Juni 2013 kemarin.

Yang pertama adalah Ustad Burhan Sodiq yang sudah menelorkan 20 buku berkisah seputar cinta dalam pandangan Islam dan tentang tuntunan dalam berjilbab yang beberapa di antaranya merupakan best-seller.

Yang kedua adalah Ukhti Safitri Dewi, seorang psikolog remaja.

Ada tiga tingkatan manajemen cinta, ungkap mereka. (tolong kalau ternyata salah pelafalannya, tolong dibenarkan, namanya juga sedang belajar...)

1. Latayum

Cinta pada Alloh SWT. Seharusnya kadar cinta terpekat yang harus dimiliki oleh insan di dunia yang fana ini adalah cinta pada Penciptanya.

2. Isyad

Cinta pada Rosulullah, pembawa syafaat dan kabar gembira bagi seluruh keluarga Indonesia dan dunia tentu saja.

3. Mahabbah

Cinta pada sesama. Kepada orang tua, kepada saudara semuanya, dan ini....sensitif ini. 

Kepada.....ehm...lawan jenis.

Dan ternyata pembahasan kali ini adalah point nomor 1 dalam 2 pilihan keambiguan judul itu.

Beliau menuturkan kalau jaman sekarang manusia suka terbalik balik. Meluangkan waktu berjam jam untuk berbicara apa saja dengan orang bukan muhrim, tempat dimana hatinya terjatuh saja mampu, nah, waktu sholat baru 2 menit tiba tiba sudah mencapai salam.

Lalu, pembahasan pun merujuk ke makna cinta yang lebih dalam.

Ada 1 inti yang bisa aku ambil dari seminar kali ini,

“ Berpacaran boleh...tapi menikah dulu.”

Ya, tentang menjalin ikatan hati yang dilaksanakan setelah ‘sah’ dikumandangkan.

“Waduh, tapi khan hati itu tidak ada tombol pause, play, stop, apalagi turn on dan turn off? Kalau jatuh cinta ottoukke??”

Lalu, beliau berdua menuturkan,

“Cinta itu fitrah. Cinta itu adalah sesuatu yang sepatutnya disyukuri. Pun cinta adalah tanda pendewasaan. Kita tidak bisa menolak cinta yang hadir di dalam hati. Tetapi, sebagai manusia, kita harus bisa memanagenya, kecuali kalau memang sudah mampu untuk maju selangkah dan menyempurnakan separo agama, menikah. Sebelumnya, dikhitbah terlebih dahulu”

Waduuh, ini pembahasan berat. Aku yang ada di deretan belakang Cuma manggut manggut dan buanyak pertanyaan langsung muncul kayak iklan pop up di web yang jadi publisher iklan dan meraup rupiah dengan mengumpulkan jumlah klik dari visitor.

Soal khitbah sendiri, aku tahu hal itu beberapa bulan yang lalu melalui percakapan dengan seorang teman. Khitbah menurutku sejenis (semoga nggak salah) meminta seorang wanita muslimah untuk menjadi calon istri dari seorang laki laki muslim. Yang aku tahu dari teman muslimahku itu adalah, akan ada teman atau perantara dari laki laki muslim untuk menanyakan tentang kesediaan seorang wanita yang dia suka atau cinta untuk dijadikan istrinya kelak. Jadi, tidak ada pacaran, sekali pun pacaran islami, atau pun ‘ah, nggak papa pacaran, yang penting pacaran secara sehat, nanti tiap pacaran kita jogging muterin lapangan 10 kali sambil minum yakult 2.’

Istilahnya, tidak ada undang undangnya yang berkelakar semacam itu.

“Lho? Why?? Why nggak boleh pacaran dulu? Kan pacaran bisa dibilang orientasi?”

Lalu, dijawab,

“Everything happens for reason. Orientasi bisa dilaksanakan setelah akad nikah selesai. Juga, manusia seperti berpuasa. Kita sedang berpuasa, dan saat sedang menjalani puasa, hendaknya tak perlu mengintip hidangan untuk berbuka nanti. Saat berbuka tiba, dan kita membuka tudung saji, maka efek surprisenya akan lebih dibandingkan yang saat puasa sudah buka buka tudung saji, mengintip hidangan apa yang sekiranya nanti akan dilahap. Apalagi pakai icip icip segala"

"Sebenarnya pacaran itu tidak bisa dikatakan zina. Zina adalah bertemunya alat kelamin laki laki dan alat kelamin perempuan dari dua orang yang bukan muhrim. Hanya saja, pacaran adalah sarana untuk bisa berdekatan dengan zina, karena yang mendekati zina serupa ciuman, rabaan, -gosok gosok berhadiah-, dan lainnya.”

Karena dengan ‘oke, pacaran ya...pacaraaan...sini cium duyu ciniii...peyuk peyuuk..’, maka setan berkuasa di atasnya.

Syariat ada semata mata untuk bisa menjaga jiwa para manusia.

Waktu itu, dengan kecepatan tinggi, jari jari aku mencatat semua pertanyaan yang bergelantung di otakku. Sayangnya, karena hanya ada dua pertanyaan saja yang bisa dijawab dari penanya lain, dan pertanyaan ku sampai sekarang masih teronggok tanpa pencerahan. Dan daripada pertanyaan itu terus bergelayut, aku tulis aja di sini. Siapa tahu ada ustad atau teman bisa menjawab pertanyaan ini dan membantu manusia satu ini.

1. Kalau tanpa pacaran, terus menyamakan misi dan visi ke depan gimana? Juga, menurut buku yang aku baca, menikah itu sangat complicated. Tidak sebatas ‘aku cinta kamu, kamu pun cinta padaku, ayo kita ke KUA saja’. Ada persamaan visi dan misi, persamaan karakter, persamaan prinsip hidup, persamaan pola pikir, dan persamaan lainnya. Entah ini mau membangun rumah tangga atau tempat kursus Bahasa Inggris. Nah, kalau kita belum begitu tahu dan mendalami karakter seseorang terus lalu menikah bagaimana kalau ternyata dia bukan orang yang sejalan dengan kita? Bagaimana kalau serupa mengambil kucing Persia dalam karung? Juga, bagaimana kalau kita menikah dengan seseorang yang belum ada landasan cinta di dalamnya? Ustad menuturkan, beliau belum pernah mendengar ada perceraian dalam pernikahan tanpa pacaran. Mereka berkenalan, lalu dighibah dan menikah. Tapi, Ada yang pacaran sampai bertahun tahun, mencoba mendalami karakter masing masing saja harus berujung pada ‘lue gue end’ yang ternyata tulang rusuk dan tulang punggung tidak sepadan, apalagi kalau menikah tanpa usaha penyatuan misi dan visi terlebih dahulu? Dan juga menikah sebelum rasa cinta mengakar karena minimnya masa pendalaman karakter masing masing? 

2. Dikatakan bahwa ideal menikah bagi laki laki adalah 21-23, sedangkan bagi perempuan adalah 19-21. Aku agak syok. Pasalnya, aku sedikit pun tidak ada bayangan, misalnya di usiaku yang udah melewati ambang usia ideal menikah itu tiba tiba menikah. Pagi pagi yang biasanya sarapan pun masih disiapin Ibu harus menyiapkan sarapan untuk orang lain. Masih yang suka pergi ke sana dan ke sini, ingin pergi kemana mana dan melakukan banyak hal dengan bebas, jadi merasa harus lapor dan tak sebebas merpati karena memang begitu kodratnya. Ini lalu bagaimana?

Itu adalah dua pertanyaan utama yang sampai sekarang pun aku belum menemukan jawabannya, seorang wanita miskin ilmu sepertiku.

Dan memang benar, selain aku sering datang ke acara resepsi karena temanku menikah, juga kalau sudah berkumpul dengan teman SMA atau teman yang sudah menjalin asmara, tema menikah tidak bisa dilewatkan. Target menikah, dan rancangan masa depan lainnnya. Bedanya, kalau berkumpul dengan teman dekat kuliah aku yang semuanya jomblo, yang kita bicarakan adalah perkembangan drama Korea dan K-Pop di pasaran dunia fana. Aku bisa bernafas untuk sementara.

Tapi, seminar seperti ini membuka sedikit demi sedikit tentang ‘ya, sudah saatnya memulai untuk memikirkan hal serupa itu.’ Hanya saja, kalau ditanya tentang target, aku nya juga bingung gimana yang terbaik.

Yang aku tahu, kalau semacam mimpi, karier, dan pencapaian di masa depan, yang penting aku mencoba dengan sungguh sungguh, tawakal, dan ihtiar, insyaAlloh aku bisa mendapatkan apa yang aku mau. Nah, beda cerita kalau sama cinta. Kadang, mau berusaha kayak apa kalau emang bukan jodohnya, ya lewat.

Postingan ini adalah hasil dari seminar yang gue ikutin kemarin. Dan sebagai manusia biasa yang miskin ilmu begini, aku pun juga masih bingung tentang perkara satu ini. Karena masih buanyak hal yang ingin aku lakuin, buanyak tempat yang ingin sambangi, dan banyak sekali mimpi yang ingin aku capai.

Tapi, satu yang aku percaya dan yakini.

Jodoh adalah cerminan diri. InsyaAlloh bila kita terus mengupgrade diri sendiri, semakin ter-upgrade jugalah jodoh kita lusa. InsyaAlloh...Aamiin..








Meykke Santoso

I'm a passionate teacher, an excited blogger, a newbie traveler and a grateful wife. Nice to see you here! I write for fun. Please, enjoy!

Assalamualaikum wr wb,

Terimakasih sudah mampir ke sini ya... Yuk kita jalin silaturahmi dengan saling meninggalkan jejak di kolom komentar.

Terimakasih .... :)

  1. seeeppp itu Khitbah apa Ghibah??? Kalo Ghibah itu smcm ngomongin orang kalo Khitbah itu "meminta" seseorang utk dijadikan teman hidup . :p

    buat pertanyaanmu :
    1. buat menyamakan visi dan misi ke depan tanpa pacaran
    = itulah gunanya ta'aruf . hahaha. jadi sebelum nikah itu ya ga cuma asal dikhitbah terus nikah tapi ada prosesnya macam ta'aruf gitu ato pengenalan. Ntar didampingi sama orang ke3 buat tau sebenernya sosok itu siapa sih bla bla bla

    2. Soalnya di umur2 itu cewek itu rentan godaan atopun digoda sep sama lawan jenis. beda sama cowok. jadi untuk menghindari hal - hal yang tidak diinginkan maka disarankan untuk menikah.

    hahahahaha
    sep sep . :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. oalaaaah, udah aku edit ni kisanak, makasih pembenarannya...hehehe..namnay juga sedang be to the la to the jar.

      oh beginceee..oke oke i seeee...

      owh, begindang ya seeeph, iya aku tau perasaannya mbak mbak itu. *lho??

      tapi kan tapi seeeph...hehehe...

      terimakasih pencerahannya kisanak. Cemunguth!

      Hapus
    2. sama2 kisanak :p

      mbak mbak yang mana?

      tapi apa sep?

      cemungud jugak!

      Hapus
    3. ahahahaha..

      mbak mbak kayak kita yang emang sudah diuji sekarang ini sep. Ah, imanku belum setinggi itu Sep. aku masih rapuuuh..hahaha

      tapi nya aku punya banyak kalo kita ketemu aku mauk konseling. hahaha

      Hapus
  2. masyaallah,,,seminarnya luar biasa....

    emang pandangan soal asmara itu sangat beragam
    dan hukum2 pun digagas untuk membentengi hal yang tidak di inginkan

    kalau dalam Al-Qur'an
    yang banyak malah jangan mendekati zina
    bukan jangan zina...
    ehehehe

    jaga diri saja...semoga Allah melimpahkan rahmatnya kepada kita semua

    amiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. oh gitu ya Mot..hehehe, ya maklum aku masih belum begitu faham beginian..hehehehe..

      iya, aamiin ya Robbal Alamien..:)

      Hapus
  3. Alhamdulillah....
    Siip pacaran itu abis nikah aja.. :)
    Mengandung pahala :)

    BalasHapus
  4. Semoga bisa menjaga kehalalan hingga waktu itu tiba. Jazakallah share ilmunya, Meyke :)

    BalasHapus
  5. tunggu dulu jadi kalo pacaran itu sah tapi nikah dulu..
    masa asal nikah?? nantikan gak tau karakteristik 1 sama lain dong? jadi nanti kalo nikahnya sembarangan siapa tau yang kita nikahin pecinta sesama jenis? atau pembunuh berantai? atau anu anu dan anu #looohhh #wkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. ah, belum dibaca sampai selesai nih kamu niiih -__-

      Hapus
  6. Iyaaah ukhti. Terima kasih ilmunya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaa sama sama, aku juga lagi belajar..hehehehe

      Hapus
  7. aaaa ayo kita bikin persatuan single syariah. jangan pacaran tapi langsung nikah :D

    Jodoh adalah cerminan diri. InsyaAlloh bila kita terus mengupgrade diri sendiri, semakin ter-upgrade jugalah jodoh kita lusa ---> i <3 this quotes

    BalasHapus
    Balasan
    1. ayooo kamu pendirinya ya cc Dian. hehehehe...

      hehe, itu baru aja dapat pencerahan :3

      Hapus
  8. aduh..seminarnya ...
    menikah ideal umur segitu?
    wah kayaknya dah mau lewat
    thn ini 24 nih..

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe..sama kok aku juga udah kelewat..kalo masalah kek gni tu susah diaturnya sih hehehe

      Hapus
  9. nunggu cowok aku sarjana dulu deh baru nikah *ngarep* ahhahaha

    BalasHapus
  10. wah, dapat ilmu lagi :)
    makasih ya mbak....
    wah, brarti usiaku dah idela untuk nikah dong...tapi, masih blum sanggup. blum siap lahir dan batin.

    BalasHapus