Begitu menuruni tangga yang mengarah ke sungai Torrens berikut dengan lapangan hijau panjang membentang yang mengapit alirannya bernama Elder Park, dimana segala festival digelar di sepanjang tahun, kami langsung disuguhkan dengan banyak truk makanan yang menjual makan dari berbagai negara. Tak lupa, kerumunan orang dan antrian yang mengular dengan beraneka rupa ragam physical appearance tumpah ruah di sana. Dengan mata jeli kami membaca daftar menu di masing masing kedai. Banyak makanan asing yang dari berbagai negara. Eh, di kejauhan lampion beraneka bentuk terlihat mempesona, memancarkan cahayanya masing masing. Yes, itulah Moon Lantern Trail!
Siapa yang pernah ke Taman Pelangi di Museum Jogja Kembali? Kalau 10 tahun aku pernah ke sana dulu jaman masih single dan jomblo, sekarang aku berkesempatan lagi melihat indahnya lampion beraneka rupa dan warna warni indah sekali di Festival Oz Asia, bernama Moon Lantern Trail di Adelaide bersama Julio dan teman kuliah Pace yaitu Mba Fany dan Mba Krisi.
Ada apa aja ya di sana?
FYI, Festival OzAsia adalah festival seni kontemporer terkemuka di Australia yang terlibat dengan Asia. Setiap tahun, festival ini menyajikan jajaran seni kontemporer yang menarik perhatian dan sangat direkomendasikan untuk dikunjungi, gengs.
Berlangsung setiap tahun selama tiga minggu pada musim semi, Festival OzAsia memamerkan pertunjukan teater, tarian, musik, seni visual, literatur, makanan, dan acara budaya terbaik dari seluruh Asia. Programnya yang luas melibatkan seniman dari berbagai belahan dunia, termasuk Jepang, Korea, China, Kamboja, Afghanistan, Denmark, India, Indonesia, Iran, Latvia, Malaysia, Singapura, Suriah, Amerika Serikat, Israel, Thailand, Inggris, Prancis, Filipina, dan Australia. Wow banyak ya!
Jadi, lengkap banget kan! Ada kuliner, pertunjukan, dan lampion lampion indah yang tersebar di beberapa spot. FYI, Penggemar keluarga menyukai Moon Lantern Trail di Festival OzAsia - sebuah acara luar ruangan yang berlangsung selama empat hari dan penuh warna; sementara para pecinta kuliner menyukai Lucky Dumpling Market - pusat ramai dan populer dari Festival OzAsia yang menawarkan makanan lezat yang terinspirasi oleh masakan Asia, bar, dan hiburan gratis sepanjang festival.
Karena kami memang lafar, jadi spot yang pertama kali kami kunjungi adalah festival makanannya. Di sana sudah banyak orang yang mengantri, maupun yang duduk di tempat duduk yang sudah disediakan. Namun, banyak lainnya yang juga duduk di rerumputan, sebagian memang membawa karpet piknik dan lainnya duduk di mana aja. Termasuk kita.
Setelah jalan jalan sebentar, akhirnya aku menentukan pilihanku pada sate ayam tapi penjualnya membawa bendera Malaysia haha. Memang pilih yang paling aman ya bun. Ayamnya gede gede dengan sambal kacangnya. Tapi tetep, lebih enak dan mantap sate madura amang amang yang suka keliling di desa Kelurahan. Nah, sedangkan Mba Fany beli salah satu makanan Korea.
Hari beranjak petang, akhirnya setelah kenyang kami memutuskan untuk naik tangga semen kembali dan meniti jembatan. Nah, di jembatan ini ada lampion naga berwarna oranye menyala yang meliuk liuk panjang. Dari jembatan ini pula kita bisa melayangkan pandang ke kiri dan kanan, menyapu segala pemandangan mulai dari aliran sungai dari ujung ke ujung hingga para skyscraper yang berdiri gagah mengelilingi tempat ini. Bagus deh buat foto dan bikin video. Spot ini juga yang menjadi salah satu spot impianku nanti bikin video pembelajaran untuk @quanta.english.
Nah, di lapangan rumput di seberang sungai itulah lampion bertebaran. Segala warna, berkelip kelip dengan berbagai bentuk. Ada yang kapal kapal, bunga bungaan, hewan hewan hingga berbagai karakter kartun. Bahkan, pohonpun disulap menjadi sangat indah dengan lampu lampu yang bergelantungan di antara creepernya. Wah, spot yang bagus untuk berfoto nih. Akhirnya kami berfoto berempat deh buat kenang kenangan.
Ternyata di sini juga ada berbagai truk makanan yang menyajikan kopi, snack hingga lampion seharga 10 dollar yang bisa kami bawa pulang. Tak ketinggalan, Julio minta dibelikan. Dan anehnya, dari segala bentuk dan warna lampion yang indah, Julio pilih lampion putih polos.
Di sepanjang jalan dia dengan bangga membawa dan menyalakan lampionnya. Ada juga pertunjukan dari suku Aborigin. Oiya, bahkan saat kami di festival lampionnya, musiknya itu musik tradisional Sunda yang sering kita dengarkan saat makan di Restoran Sunda gitu. Menenangkan pisan, jadi kangen Indonesia.
Sayangnya, karena hari semakin malam dan angin semakin kencang, kami juga harus segera pulang nih. Jadilah, kami pulang dengan naik kembali kereta tujuan Flinders sekitar 30 menit perjalanan. Seruuuu!!
comment 0 comments
more_vertTerimakasih sudah mampir ke sini ya... Yuk kita jalin silaturahmi dengan saling meninggalkan jejak di kolom komentar.
Terimakasih .... :)