MASIGNASUKAv102
1413081431726134975

Menyaksikan Tugu 0 Km Merauke-Sabang di Sota, Merauke

Menyaksikan Tugu 0 Km Merauke-Sabang di Sota, Merauke
Add Comments
Selasa, 04 Februari 2020




“Dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau pulau. Sambung menyambung menjadi satu.  Itulah Indonesia.”

Sejak SD dulu kita semua pasti sudah tahu. Indonesia itu ada dan terbentang dari Sabang sampai Merauke. Etapi belum semua orang Indonesia tahu penampakan perbatasan Indonesia paling timur ini seperti apa. Nah, kalau teman teman ingin tahu Merauke itu seperti apa, yuk kita eksplorasi!

Kali ini keluarga Om Bambang dan Tante Dede; saudara suami yang tinggal di Merauke, mengajak kami menyaksikan sebuah distrik kecil maha penting yang ada di ujung timur Indonesia ; Distrik SOTA! Di distrik inilah kita bisa mengunjungi tugu 0 km Merauke-Sabang yang menjadi perbatasan paling timur antara Indonesia dan Papua Nugini. 

Yang menarik adalah Distrik Sota dan tugu perbatasan yang ala kadarnya ini telah disulap menjadi Pos Lintas Batas Negara (PLBN) yang cantik dan indah lengkap dengan icon 0 km plus patung Bung Karno dan patung Garuda. Wah, jadi nggak sabar pingin ke sana!

Baca juga :


Perjalanan kami menuju ke distrik Sota ini dihiasi dengan rawa rawa lengkap dengan bush/semak belukar, pohon gambut dan pohon lainnya di kanan dan kirinya. Kami sempat khawatir tentang situasi jalan yang rusak dan berlumpur. Etapi sekarang ternyata jalan aspal menuju Sota sudah diperbaiki dan kita bisa menempuh perjalanan dari Mopah menuju Sota selama kira kira 1,5 jam saja. Nah hutan hutan sepanjang perjalanan ini termasuk dalam Taman Nasional Wasur yang dilindungi lho. 


Source : Nusa Travel Guide. Pemandangan kanan dan kiri kami menuju ke Sota. 

Yang bikin saya takjub adalah rumah rumah semut yang tumbuh menyerupai bebatuan berwarna coklat dan menjulang tinggi bahkan lebih tinggi daripada tinggi manusia rata rata. Dan ada namanya, teman teman. MUSAMUS ; rumah semut di Merauke. Tapi ada juga yang mengatakan kalau musamus itu sarang rayap. Tapi yang pasti musamus menjadi karya filosofi alam yang hanya bisa kita lihat di tanah Merauke. Nanti deh aku liatin Musamusnya.

Begitu sampai di destinasi, kami harus melapor terlebih dahulu di pos penjagaan sebelum akhirnya masuk ke area PLBN. Aih, tapi sayang sekali. Ternyata PLBN dan tugu 0 km masih dalam tahap perbaikan dan ditutup untuk umum. 


Yah cuma bisa lihat dari balik papan pembatas deh

Kami hanya bisa melihat tugu, patung Soekarno dan patung Garuda dari balik pagar pembatas saja. Andai kata PLBN ini dibuka, kita bisa berkeliling dengan berjalan kaki menjelajahi wajah baru PLBN ini. FYI, perbaikan tugu ini dimulai sejak Maret 2019 dan menghabiskan dana sekitar 114 juta rupiah ( Dilansir dari kumparan.com).

Gimana nggak keren ya kan?

Nggak hanya tugu dan taman patung Garuda saja, nantinya di area PLBN ini juga akan dilengkapi dengan fasilitas seperti rumah dinas, area kantin, mushola dan lainnya. 

Walau harapan untuk bisa mengabadikan momen di depan tugu 0 km Merauke-Sabang ini pupus sudah, tapi kami nggak kecewa kecewa amat karena di balik area PLBN ini kami masih bisa menikmati piknik keluarga di antara pepohonan dan bisa berfoto di patok perbatasan Indonesia-Papua Nugini. Plus musamus raksasa yang ketje banget! 



Bisa banget nih kita piknik di sini sambil menikmati suasana. Jadi jangan lupa bawa bekal makanan dan tikar ya. Kali ini piknik bersama keluarga besar Pace, seruuu

Walaupun nggak bisa berfoto di tugu 0 Km, kami masih bisa mengabadikan momen di perbatasan Indonesia dan Papua Nugini ini. Fixed, Kita sudah menginjakkan kaki di batas paling timur Indonesia.

Yes, di belakang PLBN masih ada sebuah area rindang di antara pepohonan yang dimanfaatkan pengunjung untuk menggelar karpet atau berfoto ria di patok perbatasan, musamus raksasa, sampai tugu perbatasan bersejarah. 


Tugu perbatasan Indonesia dan Papua Nugini yang bersejarah. 



Ini dia Musamus atau rumah semut yang hanya ada di Merauke saja. Musamus ini menjulang tinggi hingga 4 meteran lho. Musamus ini jika dipegang pun keras macam batu begitu. Katanya semut semut membangun dan merekatkan tiap tiap materialnya menggunakan air liur mereka. MasyaAllah! 

Di area ini juga ada beberapa penjual kerajinan noken dan pernik pernik khas Papua lainnya. FYI, noken adalah tas khas Papua yang dibuat dari kulit pohon genemo. Ada beberapa jenis noken di Papua lho ternyata. Ada noken yang dihiasi bulu kasuari, noken jaring dan noken anyaman. Nggak hanya itu, mama Papua ini juga menjual kasuari ( yang sudah mati dan diawetkan), gelang dan kalung dari biji genetri atau sering disebut biji kasuari karena termasuk biji kesukaan burung Kasuari. 

Akhirnya kami membeli noken anyaman ini seharga 50ribu. Kasuari sendiri dihargai 1,2 juta. Biasanya kasuari digunakan untuk hiasan topi tradisional Papua yang dipakai saat menari adat. Tapi, sebenarnya sekarang perburuan kasuari sudah dilarang oleh pemerintah karena populasi kasuari yang semakin menipis. 

Salah satu Lapak jualan mama mama Papua berupa aksesoris dari biji genetri, noken/tas khas papua seperti tas rajutan dan tas dengan hiasan bulu Kasuari dan lain lain. 

Noken pilihan pace seharga 50ribu. 

Kasuari hasil buruan yang sudah diawetkan. Semoga nggak ada lagi perburuan Kasuari karena memang sebenarnya sudah dilarang oleh pemerintah. 

Selama saya ada di Merauke, hawa di sini memang lebih panas dari Solo, Salatiga atau Jogja tapi menurut saya sama sama panas seperti di Jakarta. Hanya saja Merauke ini walaupun panas terik membara tapi anginnya kenceng. Nah, karena di area belakang PLBN ini rindang, piknik di sana pun enak karena udara sejuk dan terhindar dari matahari walau kami sampai di sana sekitar pukul 1 WIT. 

Oiya, jangan lupa membawa bekal sendiri sebelum sampai ke sini ya karena lapak lapak tradisional dari warga sekitar hanya menjual minuman dingin dan itu pun mahal. Kami sendiri membeli nasi ayam dan nasi ikan bungkus di lapak lapak sebelum pintu masuk PLBN.

Puas makan bersama, bercengkerama dan berfoto akhirnya kami memutuskan untuk keluar dari PLBN dan menghabiskan sore bersama di pantai Mopah. Oiya, sebelumnya kami sempat mampir ke Bomisai; Taman Nasional Wasur juga.

Seru banget!

Tunggu cerita kami selanjutnya mampir di Taman Nasional Wasur dan menghabiskan senja di Pantai Lampu Satu, Mopah Merauke yaaa..

-Bersambung-

Galeri Perjalanan Kami

Julio dan Om Dar di depan musamus

Bersama kak Putri, kak Kirei, Kirani dan Om Dar

KK Kinnara berpose di depan aksesoris milik mama mama Papua

Harus banget mengabadikan momen di depan datang semut raksasa



Nah, kebayang khan tingginya seapa?










Meykke Santoso

I'm a passionate teacher, an excited blogger, a newbie traveler and a grateful wife. Nice to see you here! I write for fun. Please, enjoy!

Assalamualaikum wr wb,

Terimakasih sudah mampir ke sini ya... Yuk kita jalin silaturahmi dengan saling meninggalkan jejak di kolom komentar.

Terimakasih .... :)

  1. Di Merauke juga ada perbatasannya dengan papua nugini ya, hehe saya baru tahu. Rumah semutnya itu bisa sampai setinggi itu ya, unik sekali. Btw masih ada juga ya orang yang berburu burung Cendrawasih lalu diawetkan seperti itu padahal burung tsb sekarang emang termasuk burung khas Papua yang sudah langka dan dilindungi.

    BalasHapus
  2. sebelum masuk harus melapor terlebih dahulu di pos penjagaan ya? seru banget nih pasti, datangnya rame2. aku penasaran deh, Musamus nya aja setinggi itu, semutnya se berapa ya hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. hebatnya lagi musamus dibangun dg perekat air liur semut. wih... semutnya di sana seberapa sih, kok bs yaaa. Kuasa Allah... tingginya sampai melebihi tinggi kita loh.

      Hapus
  3. Saya langsung absen, Mbak Meykke. Saya termasuk yang sampai saat ini hanya tahu soal Merauke termasuk tugu 0 KM, dari bacaan atau televisi.
    Dan pas lihat ini, jadi pengin ke sana sana, Mbak. Apalagi saya takjub dengan musamus setinggi 4 meter yang dibangun dengan air liur semut. Masya Allah.

    BalasHapus
  4. Jauh ya merauke :D penasaran pengen bisa main kesana juga. Sayang ya mba pas lagi ditutup disana, kalau dibuka saya pengen lihat foto-foto suasana disana hehe

    BalasHapus
  5. Seru banget euy. Aku selalu beranggapan Papua itu tempat yang eksotis. Liat dan baca ini jadi pengin ke sana. T.T

    BalasHapus
  6. Takjub lihat musamusnya. Sampai segede itu ya. Berarti di dalamnya banyak semutnya itu mbak?

    Perbatasan dengan Papua Nugini.. itu melangkah sedikit udah masuk wilayah negara orang ya.. hehe.

    BalasHapus
  7. Merauke ternyata indah ya mbak. Hampir 8 tahun saya menetap di Jayapura tapi belum pernah ke Merauke.... rasanya jadi ingin suatu saat nanti bisa kembali kesana untuk sekedar jalan-jalan dan mengenang masa lalu....ingat noken jadi ingat perjuangan kala dulu hihihi..... terimakasih telah berbagi cerita mbak....bisa jadi pengobat rindu akan indahnya Papua....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kurang lebih sama Mbak. Saya belasan tahun tinggal di Papua tapi berlum pernah juga injak Merauke. Cuma pernah ketemu dengan teman orang Merauke di Jayapura waktu ikut MTQ dan katanya di Merauke itu nggak ada gunung, perbukitan aja kalau nggak salah trus di sana banyak rusanya. Benar nggak Mbak Meykke?

      Hapus
  8. Trip paket komplit.
    Ulasan destinasinya lengkap, spot-spot ikonik juga, termasuk list oleh-oleh.
    Jadi pengen segera ke Merauke juga ^^

    BalasHapus
  9. Keren.. ternyata tempat wisata yang bagus tidak hanya ada di Indonesia barat saja ya. Tetapi juga ada di Indonesia Timur..

    BalasHapus
  10. Wah memang indah banget ya ujung timur Indonesia? selama ini hanya denger cerita-cerita tentang Indonesia bagian timur dari seorang temen yang baru pindah ke jawa.. kapan saya bisa berkunjung ke sana ya?

    BalasHapus
  11. Perhatianku langsung teralihkan dengan nokennya yang lucu. Pengen punya. Dulu waktu SMP aku pernah punya sahabat pena orang Papua lho, dan dia suka kirimin aku karya-karya buatan tangan gitu untukku. Trus yang semut raksasa itu, beneran ada semutnya itu?

    BalasHapus
  12. Ya ampun lucu banget itu tas nya, enaknya bisa jalan-jalan sampai ke marauke

    BalasHapus
  13. Liburan keluarga sampai ke Merauke, pasti seru banget ini ya.Saya penasaran banget ingin melihat tugu O km disini secara langsung.. baru lihat gambar-gambar dan pengalaman teman soalnya

    BalasHapus
  14. Sayang banget ya mbak nggak bisa foto di tugu 0nya.. Saya juga agak menyesal pas datang ke bukit tinggi tapi ga bisa foto sama Jam Gadang karena lagi direnovasi :( Padahal datang bukan pas low season. Semoga pemerintah bisa lebih cakap lagi memilih waktu renovasi biar turis yang sudah datang tidak kecewa

    BalasHapus
  15. Seru sekaliii lebih mengenal Indonesiaaa di perbatasan. Hmm musamus sepertinya aku jd keinget di mana gt luar negeri yg ada semacam sarang semut itu, jenis tanahnya jg hampir sama. Ternyata di Indonesia ada juga ya

    BalasHapus
  16. salah satu hal yang pengen banget ini mb. masuk list . kali-kali kan kesampean beneran buat kesana. semoga ya. biar nggak cuma bisa liat di media sosial aj. pasti lebih keren kalo bisa liat langsung

    BalasHapus
  17. widih sedap banget kak pengen benar aku kesana untuk melihat 0 km di pulah Aceh,, semoga aku bisa kesana deh langsung melihat situs" budaya dan alam di sana

    BalasHapus
  18. Berfoto di depan Musamus ini terasa seperti berfoto di padang rumput Afrika saat musim kemarau euy. Semoga suatu saat bisa mendapat kesempatan mengunjungi daerah paling timur Indonesia ini.

    BalasHapus