MASIGNASUKAv102
1413081431726134975

Mampir Yuk Ke Klenteng Sam Po Kong, Semarang

Mampir Yuk Ke Klenteng Sam Po Kong, Semarang
Add Comments
Minggu, 04 Agustus 2019


Begitu kami masuk, jajaran bangunan megah dengan dominasi warna merah dengan beberapa patung batu langsung menyambut kami. Masuk lebih dalam, sebuah patung Laksamana Cheng Ho langsung terlihat berdiri megah di depan jejeran kelenteng yang ada di sisi kanan. Eh jangan salah, patung ini konon katanya menjadi patung Cheng Ho terbesar di dunia! Dan yang membuat kami makin penasaran adalah ternyata bangunan ini dulunya adalah sebuah masjid yang dibangun oleh Laksamana Cheng Ho yang juga seorang muslim. Kok bisa?

Walau terik, tapi jelas dong nggak membakar semangat kami sekeluarga untuk menilik lebih dalam klenteng yang terletak di Jl. Simongan No.129, Bongsari, Semarang ini.

Bulan Februari kemarin saya dan keluarga berkesempatan untuk mampir ke Klenteng satu ini nih genks. Kenapa kok mampir doang? Karena sebenarnya kami nggak ada rencana untuk ke sini. Tetapi, alhamdulillah proses pembuatan passport untuk Julio yang super cepat, akhirnya kami menyempatkan diri untuk mampir ke sini sebelum pulang. Dengan mengajak kakek, nenek, dan Ibu kami bisa sedikit menjelajah klenteng ini.

Baca cerita piknik kami lainnya :


SEJARAH SINGKAT KLENTENG SAM PO KONG

Source : tribunnews.com

Tak kenal maka tak sayang, demi lebih mengenal tempat wisata ini kami juga sempat search di Google tentang bagaimana sih kok bisa klenteng ini sejatinya dulunya adalah sebuah masjid yang juga dibangun oleh Laksamana Cheng Ho yang juga seorang muslim?

Klenteng Sam Po Kong atau yang dulu bernama Gedung Batu ini sejatinya adalah sebuah petilasan/persinggahan seorang Laksamana Tiongkok yang bernama Zheng He/yang dikenal dengan Cheng Ho, yang ternyata beragama Islam. Kok tahu kalau beliau itu Islam?

Salah satu bukti bahwa Laksamana Cheng Ho bergama Islam karena ditemukannya tulisan yang bila diartikan berbunyi “ Mari kita mengheningkan cipta dengan mendengarkan bacaan Al-Qur’an.” MasyaAllah.

Sejarah mencatat bahwa klenteng Sam Po Kong dulunya merupakan tempat beribadah/masjid untuk Laksamana Cheng Ho dan juga awak kapalnya yang mayoritas beragama Islam. Kok bisa mereka sampai sini ya?

Karena di ekspedisi pertama yang kala itu dilakukan pada abad 15 dan saat itu mereka tengah mengarungi pantai Utara dari Pulau Jawa, wakil dari Laksamana Cheng Ho yakni Wang Cing Hong mendadak sakit keras dan butuh pengobatan. Nah, jadilah mereka berlauh di sana dan mendirikan petilasan.

Konon, setelah Cheng Ho meninggalkan tempat tersebut karena ia harus melanjutkan pelayarannya, banyak awak kapalnya yang tinggal di desa Simongan dan kawin dengan penduduk setempat. Mereka bersawah dan berladang di tempat itu. Zheng He memberikan pelajaran bercocok-tanam serta menyebarkan ajaran-ajaran Islam, di Kelenteng ini juga terdapat Makam Seorang Juru Mudi dari Kapal Laksamana Cheng Ho.

Begitulah ceritanya genks.

OUR IMPRESSION


Berfoto di klenteng besar sisi kiri yang dibuka untuk umum

Terik! Ya jelas terik orang kami sampai di sini pukul 12 teng! Hahaha.. Karena saat itu bukan hari libur, keadaan di Klenteng ini nggak begitu rame, genks. Setelah membayar tiket seharga 8.000/orang, kami siap masuk dan menikmati keunikan bangunan dan gaya arsiktektur yang bernuansa Tiongkok ini.

Oh iya, ada dua jenis tiket lho saat kami mengunjungi Klenteng ini.
Tiket terusan/masuk ke semua klenteng : Rp. 28.000
Tiket biasa/ hanya sampai di lapangan tengah bangunan klenteng plus klenteng besar di sisi kiri : Rp. 8.000

Biasanya yang menggunakan tiket terusan adalah umat Tionghoa yang memang ingin beribadah di jajaran klenteng di sisi kanan. Jadi, karena kami hanya ingin melihat lihat bangunannya saja, kami memilih harga biasa. Etapi, ternyata ada juga sekelompok Ibu Ibu berjilbab yang tertarik masuk ke dalam klenteng untuk melihat lihat. So, semua boleh masuk dan mencoba tiket terusan ya, genks.

Nuansa Tiongkok memang sangat kental ketara begitu kami memasuki kompleks wisata ini. Tempatnya luas, lapangannya juga luas dengan patung Laksamana Cheng Ho yang berdiri megah di sudut lapangan.

Sebelum area klenteng pun di sisi kanan ada bazaar makanan untuk pengunjung yang juga ingin berkuliner ria. Sayangnya, karena hari itu bukan hari libur jadi hanya beberapa saja yang buka. Dan sayangnya lagi, nggak ada nih makanan berat seperti nasi, soto dkk jadi hanya makanan ringan/snack tradisional saja ya.

Pace sedang mencoba kudapan tradisional Jawa nih.
Kami juga sempat naik ke klenteng paling besar yang dibuka untuk umum di sisi kanan nih. Begitu sampai di atas, kami bisa melayangkan pandang ke jajaran klenteng untuk beribadat yang ada di seberang lapangan. Dari serambi klenteng itu kami bisa bebas melihat seluruh kompleks klenteng sampai patung Cheng Ho juga.

Jajaran klenteng yang bisa diakses dengan tiket terusan, dilihat dari serambi klenteng besar

Di dalam klenteng itu juga instagramable banget lho, genks! Kami bisa berfoto berlatarbelakang pilar pilar besar dengan nuansa Tiongkok yang masih sangat melekat. Banyak juga pengunjung yang berisitirahat di dalam klenteng dengan duduk duduk di lantainya. Beberapa di antaranya juga lagi pacaran sambil lihat pemandangan. Hmmmm... Untuk teman teman yang ingin bisa bebas memandang seluruh kompleks, emang harus banget naik ke klenteng ini ya!

Tetap berpose walau lagi gendong bayi kicik

Kebetulan saat itu pace juga sempat bertemu dengan salah satu sahabatnya yang kini tinggal di Semarang. Nggak Cuma berpiknik ria, Pace juga bisa reuni deh.

Pace dan sahabat lamanya.
Tapi, karena terlalu terik kami nggak sempat menyeberang lapangan di tengah tengah kompleks klenteng dan melihat lebih dekat patung Laksamana Cheng Ho. Maklum, saya harus menggendong Julio yang saat itu masih lima bulan.

Etapi, saya saat single tahun 2012 udah pernah ke sini lho! Nih cerita lengkapnya ada di sini!

Saat masih single bertahun tahun yang lalu.


Dan untuk teman teman Muslim tak perlu risau dan galau saat berkunjung di sini karena di area depan kompleks juga sudah disediakan mushola kecil plus tempat wudhu yang menurut saya cukup memadai sih.

Selain itu, teman teman juga bisa berfoto dengan kostum Cheongsam dan Changsan yang sudah disediakan di salah satu boot. Mau beli baju Imlek pun ada kok. Kami sempat beli dua baju bayi untuk Julio dan Maesya seharga kurang dari 100.000/potong.

Area sebelah kanan adalah tempat untuk foto kostum dan toko souvenir macam baju khas Imlek.
Puas melihat lihat, berfoto dan sempat mencicipi kuliner yang ada di kompleks Klenteng, akhirnya kami pulang deh. Senang sekali rasanya bisa berpiknik dengan mengajak Ibu, kakek, dan nenek. Mumpung mereka masih sehat, genks.

Kalau kalian, punya rencana untuk piknik bersama keluarga?

JADWAL BUKA, HARGA TIKET DAN ALAMAT

Tiket terusan/masuk ke semua klenteng : Rp. 28.000/orang
Tiket biasa/ hanya sampai di lapangan tengah bangunan klenteng plus klenteng besar di sisi kiri : Rp. 8.000/orang

Jadwal buka : 08.00 – 22.00 WIB

Alamat : Jl. Simongan No.129, Bongsari, Kec. Semarang Bar., Kota Semarang, Jawa Tengah 50148

GALERI PIKNIK KAMI


Mbah Kakung tak lupa ikut berpose.

"Nak, lihat itu mau difoto!"


Tak ketinggalan pula, Nenek dan Ibu.

Selfie jangan sampai lupa!





Meykke Santoso

I'm a passionate teacher, an excited blogger, a newbie traveler and a grateful wife. Nice to see you here! I write for fun. Please, enjoy!

Assalamualaikum wr wb,

Terimakasih sudah mampir ke sini ya... Yuk kita jalin silaturahmi dengan saling meninggalkan jejak di kolom komentar.

Terimakasih .... :)

  1. Wah bisa jadi tempat tujuan nih kalau mampir semarang

    BalasHapus
  2. Ini memang jadi list ku klo ke semarang..

    Sayangnya, blm ada waktunya..

    Huhu

    BalasHapus
  3. Kalau aku ke situ, pasti aku beli tiket terusan juga sih, hehe. Kapan lagi bisa liat klenteng Sam Po Kong. Belum tentu kalau aku ke Semarang, bakal ke situ lagi

    BalasHapus
  4. Waaa, sekilas sawa lihat gambar (sebelum saya baca judulnya), vibe nya mirip dengan masjid Cheng Ho yang ada di Pasuruan, wkwkw. Ya miriplah, sama-sama arsitektur ala daratan China.

    Dekat rumah di kampung halaman saya, juga ada kelnteng tuh. Tapi selama 20 tahunan hidup cuma ngintip doang dari luar karena bukan tempat wisata. Sebenarnya penasaran banget, selama ini cuma bisa lihat dari youtube :(

    Yang bikin saya tertarik itu warna merahnya yang terang menyala dan ornamen yang unik.

    BalasHapus
  5. whoaaa klentengnya fotogenik banget nihhh

    BalasHapus