Memangnya peduliku apa tentang kaki yang berlumur darah? Bebatuan jelas tak menghalangiku. Aku terus menjejakkan kakiku secepat kilat di antara bebatuan, lalu menerobos alang alang dan semak belukar. Aku tak mendapati apapun kecuali gelap di segala sisi. Yang ku pikirkan hanyalah lari, dan juga Mas Said.
Oh, bukan. Lariku bukan melarikan diri. Walau aku tahu lusinan polisi dan warga desa dengan kentongan menyalak menyalak di kejauhan. Sesekali sorotan cahaya acak bersebaran. Tapi aku, Marini, jelas tak gentar! Seperti sel kanker, nyaliku terus bermutasi dan menjalar ke segala penjuru.
“Mas, tapi kau akan bertanggung jawab kan?” Aku bertanya lirih dengan sedikit tekanan pada kata tanggung jawab. Karena hanya itu yang aku pinta dari seorang laki laki bertubuh tinggi semampai, bermata jelaga. Dan sebenarnya yang sejak kita masih bermain pelepah kelapa untuk menuruni tebing di sisi kanan sungai besar dulu, aku sudah mendapati selusin kupu kupu berterbangan di dalam perut begitu dia mengajakku menuruni tebing bersama.
“Iya, cuma Marini yang Mas Said inginkan...”
Kelebatan kejadian setelahnya terus bermain acak di pucuk mataku, seakan itu baru terjadi semalam yang lalu, seakan itu akan terjadi semalam sesudahnya.
“Tapi, itu tidak akan terjadi lagi kan?” Aku bertanya pada pohon jati yang aku lewati. Dia sekejab berubah menjadi Mas Said, tapi aku terus berlari. Warga semakin dekat dan aku harus cepat. Mas Said menungguku.
Bayangan Mas Said kembali menemani pelarianku. Bahkan, kini kakiku kebas. Tapi, aku terus berlari sebelum para polisi dan warga yang tak tahu apa apa tentang cinta itu mengadiliku. Aku akan dipasung, lalu dirajam dan diarak keliling desa. Pagi harinya, aku akan binasa. Aku sudah binasa sejak lama. Sejak Mas Said tak berani menatap manik mataku seperti yang dia lakukan di malam malam sebelumnya saat dia merayuku dan menanggalkan satu satu.
“Marini, aku akan menikah. Ini semua kesalahan, Mar. Dan bila aku harus mempertanggung jawabkan, apa yang harus aku pertanggung jawabkan atasmu? Kita melakukannya karena suka dan perutmu tetap rata.”
Pipiku seketika menyengat, bibirku bergetar dan nafasku hanya mampu sampai di kerongkongan. Seakan melon merangsek masuk ke dalam dadaku dan kemudian meledak! Dia tak tahu betapa aku mencintainya hingga aku mampu memberikan segala yang melekat padaku. Dia tak pernah tahu betapa aku memujanya hingga aku membohongi kedua orang tuaku. Demi Mas Said. Demi pernikahan yang aku dambakan sejak lama.
“Marini, kita tak mungkin bersama.” Mulutnya seakan busur dengan anak panah rangkap tiga, tepat mengarah ke dada.
Bulir bulir air mata kini berlomba dengan derap langkahku. Walau gelap mengepungku,tapi aku tahu kemana aku harus berakhir. Karena bagaimanapun, aku harus mengakhirinya. Suara deburan air mengenai tebing batu semakin kencang, begitu pula dengan langkahku.
“Marini, berhenti!!!” Warga desa mengumpul tepat di belakangku dengan membawa parang dan linggis.
“Wanita biadab! Pembunuh!! Serahkan dirimu, Marini.”
“Dia juga membunuh harapan terbesarku, hatiku, cintaku!”
“Tapi, kenapa kau harus lakukan itu, Mar?”
“Karena...kalau kita tidak bisa hidup dan menua bersama, setidaknya kita bisa mengendap di neraka bersama.”
Aku melompat dan menyatu dengan kucuran air terjun yang membentang tepat di depanku. Aku tak akan membiarkan Mas Said seorang diri. Aku menyusulnya.
"Tulisan ini diikursertakan dalam Promp #106-Titanium www.mondayflashfiction.com"
Mata gue gagal fokus nih.
BalasHapusItu gambar serem banget yak....
Dari judul-nya ga serem, tapi setelah liat gambar awal begitu juga dengan tulisannya ternyata serem sampai bawa-bawa kematian dan neraka. Btw, meskipun gue cowo, tapi gue juga benci sama cowo brengsek yang ga bertanggung jawab atas perbuatannya.
BalasHapusCeritanya keren, serius, bikin deg-deg gitu. :D
Thankyou Den hehehehe
HapusAduhhh sampai mewek nih. Bikinn jleebbb aaaaaaaa :')
BalasHapusSedikit serem juga sih, ketika mereka dikejar dan harus melompat di derasnya air terjun. Ya itu mungkin udah pilihan bagus, daripada di pasung atau diarak keliling desa.
wua...
BalasHapusceritnya keren...
bener-bener keren kak meyke.. :D
apalagi kata-katanya Marini yang "kalau kita tidak bisa hidup dan menua bersama, setidaknya kita bisa mengendap di neraka bersama"..
wua.. bener2 bkin merinding..
keren banget pokoknya..
semoga menang ya kak..
Makasih Ginty...hehehe ini juga ide dadakan bangun tidur tba tbadpet inspirasi begitu..tapi ini cmn ikut cballenge sih bukan kalah menang hehehe..jdi ketagihan krena baca komen komennya yg nyenengin :)
HapusBagus ceritanya.. Dan g nyangka kalau diakhir cerita si marini membunuh masnya itu. Haduh, sudah dibutakan cinta ternyata
BalasHapusDari cerita ini aku ngambil pelajaran, jadi perempuan itu jangan asal mau kena rayuan laki2. Laki2 yg ampe minta berhubungan badan diluar pernikahan udah jelas2 g baik. Jadi perempuan itu jangan serta merta pake hati doang, tapi harus imbang sama logika, biar g kemakan rayuan gombal lelaki. *jadinya curhat*
Yes, so true :D
HapusMas Saidnya tukang PHP yah, katanya pengen terus bersama sampe nikah, tapi malah dia sendiri yang berkata dia dan Marini gak bisa bersama lagi~
BalasHapusIya, cowok mah gitu
HapusAsyik nih, pas baca langsung kebayang situasibya gimana, ceritanya menantang imajinasi, hehehe..
BalasHapusSuka juga sama alurnya yang nggak linear dan endingnya yang agak nge-twist..
Lanjutkan, kutunggu karyamu yang berikutnya.. :)
Thankyou Augieee...iya, jangan lupa baca karyaku berikutnya yaaa... I will!!
Hapusjadi ini ceritanya seorang perempuan yang dikhianatu begitu yaa kak, terus beliau sudah putus asa dan mencoba bunuh diri saja daripada kena hukuman dari masyarakat. baguus banget nih kak.
BalasHapusuntung cuman fiksi yaa, kalo beneran mah serem banget. tapi budaya dirajam dan sebagainya untuk perempuan yang melakukan zina sekarang kayaknya sudah jarang ya kak. nggak seperti jaman Rasul dulu, yang dimana kalo ada perempuan zina lansung dirajam gitu.
Yoi Zam, tapi dia juga bunuh pacarnya dlu hehehehe...iya, aku juga nemu kata kaga dirajam pas nulis tiba tiba nongol gitu aja..ditulis deh
HapusLiat gambar pertamanya saya kira ceritanya serem-serem gitu, tapi tentang percintaan ya.
BalasHapusSosok atau tokoh Martini ini tak jarang juga dialami cewe2 diluar sana. Perempuan yang sering jadi korban dari rayuan laki-laki sehingga ia sangat mencintai dan mempercayai sampai2 harus berkorban nyawa juga untuknya.
Nggak dapet kayaknya ini, bro. Hehehehe
HapusTapi makasih uda mampir :D
Aku ga dapet ceritanya nih mbak mey :(
BalasHapusTapi aku ngeri pas quote seenggaknya kita bisa mengendap di neraka bersama