MASIGNASUKAv102
1413081431726134975

SELONG BELANAK BEACH, LET'S MAKE MEMORIES TOGETHER!! (Lombok Island, NTB)

SELONG BELANAK BEACH, LET'S MAKE MEMORIES TOGETHER!! (Lombok Island, NTB)
Add Comments
Kamis, 30 Juli 2015

“Seeeeeeph, pantainya keliataaaaann!!! OH MY GOD! LAUTNYA KELIATAAAANNNN!!” Ucap gue setengah lonjak lonjak saking girangnya sembari megangin setang motor.

“Iya seeph, nah waktu dulu gue foto di atas situ bisa liat lautnya”

“Laaah, kelewatan!! Seph, ya udah kita balik yaaa...” Walau pun jalanan berkelok kelok, tanah campur batu dan terjal naik turun kayak jalan hidup, gue dan Uma tetep balik arah dan naik lagi ke atas. Begitu belok kiri dan sampai di salah satu undakan bukit, lalu kita berdua menoleh ke kiri, Allohuakbar.....jauh di ujung pandang, gradasi warna biru menggenang di antara bukit bukit hijau yang seakan mengitari di sisi kanan dan kiri berujung garis horison yang menyatu dengan langit berwarna biru muda dengan semburat putih semu. Tepat di tengah tengah gradasi, bukit segitiga seakan mengapung sendirian. Tak hanya itu, gradasi warna juga dihiasi oleh titik titik putih yang menyebar acak, perahu nelayan! Bahkan, pertama kali gue ngeliat pemandangan mewah itu, gue hanya berdecak kagum. Di decakan ketiga, gue dan Uma mengambil kamera. Jelas pemandangan maha cantik ini harus diabadikan!!




OMG!! Akhirnya gue bisa ke sini! Emang udah lama banget gue pingin ke Lombok. Bahkan, trip gue ke Lombok ini udah gue masukin ke salah satu daftar resolusi gue di tahun ini plus salah satu bucket list hidup gue. For me, beaches are the best and the most beautiful places in the world!! Dibandingin dengan gunung, air terjun, dan tempat indah lainnya, buat gue pantai adalah tempat yang paling yahud. Itu juga yang menjadi salah satu alasan kenapa gue pingin banget ke Lombok! Alasan selanjutnya gue pingin ke lombok adalah karena sahabat gue, Uma. Dia kerja di sana selama dua tahun ini di Kementerian Kehutanan yang artinya adalah : transportasi plus akomodasi sudah tersedia. Oh indahnya dunia!

Dan akhirnya, 25 Juli 2015 gue bisa sampai di sini berkat Uma. Pantai paling pertama yang gue kunjungi adalah Selong Belanak! Dari Mataram, Selong Belanak berjarak sekitar 49 km dan bisa ditempuh naik motor selama sekitar 1,5 jam. Cuman gue dan Uma berangkat dari rumah dinas Uma di daerah Selong naik motor selama kira kira 2 jam via Praya. Walau 15 km jalan terakhir itu naik turun berliku liku terjal berbatu kayak jalan menuju hatimu, tapi begitu sampai di pantainya..behh..semua lelah letih lesu akan langsung ilang. Cantik bangeeeetttt!! Noooh...

Please abaikan mas mas telanjang dada yang mandi di laut.
Pasirnya halus bak garam beryodium dengan air jernih bergradasi biru muda menuju biru tua di batas pandang. Jilatan ombak membentuk lembaran lembaran putih nan tipis di bibir pantai. Nggak cuman deburan ombak aja, di sisi kanan dan kiri gue juga bisa liat gugusan bukit berbentuk segitiga mengepung kedua sisi pantai. Perpaduan antara biru laut dan hijau daun itulah yang membuat pantai ini menjadi semakin menarik. Sepanjang mata memandang gue disuguhkan oleh dominan warna hijau dan biru yang berkolaborasi maha sempurna ditambah bentangan pasir putih di sepanjang bibir pantai. Karena jarang bangettt liat pantai sejarang bang Toyip pulang ke rumah sampai tiga kali puasa tiga kali lebaran, gue ditemani Uma langsung membidik Selong Belanak dari berbagai sisi lengkap dengan gue dan Uma yang berpose dengan beraneka ragam model. Walau pun cenderung madul, gue bahagia luar biasa.


Photografer : Mas penyedia payung pantai




orangnya buanyak bingiiittt!!!



Sayangnya, karena gue ke sana hari Sabtu dan masih dalam nuansa Lebaran, banyak sekali orang yang menyemut di pantai itu. Bule bule berhidung mancung latian surfing atau membaca sambil berjemur cuman pake segitiga sama lingkaran sepasang. Di sebelahnya anak anak pantai berkulit legam asik kejar kejaran bola di pinggir pantai sambil sesekali guling guling biar dramatis. Tepat di bibir pantai, anak anak dan banyak orang dewasa bermain pasir dan gulungan ombak yang datang bertubi tubi; mereka berlarian terkejar ombak, lalu yang lainnya justru duduk menunggu ombak menyerang badan. Sedangkan yang lainnya menyebar di depan warung warung kecil berupa bedeng bedeng yang berjejeran, memandang pantai sambil menyesap es degan langsung dari kelapanya, sekelapa berdua. Biasanya yang memilih model  menikmati pantai seperti ini adalah pasangan pasangan muda.





 Lalu gue dan Uma ngapain?




Gue benar benar meresapi kalimat,

“Santayyyy...kayak di pantayyy...” Karena kali ini gue santayyyy bangettt...Cukup dengan tiduran di jalinan kayu terlindung payung pantai sambil memandang ombak datang dan pergi gue udah bahagia bangeeeeeettt... Bahkan, andaikata gue harus tiduran begini dari pagi sampai malem pun gue betah! Indah bangeeeettttt!! Gue bisa guling guling di pantai, bikin istana pasir, kejar kejaran sama ombak, atau berenang renang cantik di bibir pantai. Di pantai, masalah kerjaan atau pun masalah ini itu langsung tergulung ombak, habis bersih! Tapi, untuk bisa tidur santai macam begini itu nggak gratis. Untuk sepasang beach chair dengan satu buah beach umbrella macam begini gue dan Uma harus merogoh resleting dompet sedalam 50ribu untuk durasi sewa sepuasnya alias mau nginep di situ juga bisa. Tapi jangan, nanti masuk angin.

Serunya nih, gue dan Uma juga bisa kenalan sama dua mas mas Lombok. Yang satu adalah mas yang nyewain beach chair,

“Mbak, mau nyewa payung ya?” masnya dengan sigap langsung nyamperin kita berdua di detik kelima kita duduk di kursi santai.

“sabaraha??” tanya gue.

“Seph, ini Lombok, bukan Cicaheum!!” Uma bisik bisik. Dia terliat gemes dan kzl.

ADUH!! Gue lupa..selain ‘piro regane?’ gue cuman tau ‘sabaraha’ buat nanyain harga. Maksut gue khan biar akrab sama penduduk lokal, gue berusaha pake bahasa daerah juga.

“Pire??” Wah, nggak sia sia nih Uma udah tinggal hampir 2 tahun udah bisa bahasa Lombok. Emang keren temen gue.

“Seket..sepuasnya” Ucap masnya.

“50ribu??Udah Mas, 25ribu aja...” Ini sewa payung udah kayak sewa losmen di puncak aja. Itu juga bisa kurang lagi jadi 35ribu.

“Nggak bisa mbak, dari bos udah segitu...Kalo saya yang punya sih pasti saya kasihlah...” Masnya ngeles. Tapi apa daya, sebulan sekali juga kagak. Nggak papalah namanya juga menikmati hidup sekali kali. Akhirnya gue dan Uma bayar 50ribu buat bisa leha leha macam turis turis gitu. Sejak saat itu mas masnya juga ikutan duduk duduk manis bareng kita sambil ngobrol soal Lombok.

Nah, selang beberapa menit datanglah mas mas yang sejak tadi mainan bola sama temen temennya. Namanya mas Ojen. Dia adalah guru surfing atau dia bilang ‘surfing teacher’ buat para bule. Dia baru bekerja sekitar 6 bulan, sedangkan mas penyewanya malah baru sebulan karena dia mantan TKI di Malaysia. Kita ngobrol tentang budaya Lombok yang kaya akan bahasa. Bahkan, Lombok bagian Tengah pun bahasanya udah beda sama Lombok Timur, padahal kan deketan. Beda sama Jawa yang emang luas kalo diliat di atlas.

“Sebenarnya saya juga bosan kerja tiap hari di pantai. Ketemu laut sama langit setiap hari. Tapi bagaimana lagi? Saya butuh buat keperluan beli rokok..”ucap Mas Ojen

“Yaaah...cuman beli rokok mah nggak ada gunaa...buat apa coba kerja keras tapi akhirnya cuman buat beli rokok? ” Uma mulai membangun mimbar di samping kursi rotan.

“Iyaaa...mendingan buat beli yang lain, ditabung Mas...” Gue ikut ikutan jadi asisten Mamah Dedeh.
Kita berempat ngobrol kayak teman lama yang udah lama tak berjumpa. Hal yang gue suka dari pergi ke tempat tempat baru begini adalah ketemu orang orang baru yang memberikan warna tersendiri. Kita bertukar cerita, menggali budaya dan pastinya foto bersama.



Nggak cuman itu aja, gue dan Uma juga mendadak jadi reporter wisata alam dengan narasumber mas Ojen. Berikut siarannya untuk Anda


Walau pun terlihat seperti preman Kampung Rambutan, tetapi mereka baik, ramah dan lucu.

Matahari merangkak naik dan itu berarti gue dan Uma harus melanjutkan perjalanan menuju pantai pantai selanjutnya. Sebenarnya gue masih pingin menetap di sini, ngeliatin laut sama gugusan bukit yang saling menumpuk. Gue masih pingin rebahan sambil merasakan sensasi angin sepoi sepoi yang membelai wajah dengan penuh kasih sayang. Gue masih pingin menikmati irama hembusan angin bercampur gulungan ombak. Tapi santayy..gue akan merasakan sensasi itu bertubi tubi nanti. Jam 11 siang, gue dan Uma mulai siap siap move on. Move on itu emang butuh persiapan karena prosesnya panjang.

“Makasih Mas...” Gue pamit sambil ngembalikin sendok buat makan bekal nasi rendang yang kita bawa dari rumah. Namanya juga piknik ala backpacker. Sebelumnya gue emang menikmati pemandangan sambil makan siang pake rendang hasil olahan mamanya Uma langsung dari Jawa. Sedeppp!!

Gue naik ke atas menjauhi pantai.

“Byeeee...nice to meet you!” Mas Ojen teriak dari salah satu warung.

“Byeee...nice to meet you, too..” ucap gue dan Uma. Jangan salah lho, orang Lombok itu mahir bercakap bahasa Inggris. Dari yang gue denger, mas Ojen bisa bilang,

“Are you ready brother?”

“Pay later..”

“OK, we can start now..”

Dan mereka bisa karena terbiasa. Mereka terbiasa hidup bersama bule bule dan akhirnya bisa berbahasa Inggris dengan menganut sebuah prinsip yang juga gue jadiin PELAJARAN HIDUP NOMOR 43 :

"Learning by doing! Karena guru yang terbaik adalah pengalaman." NOTED!!

Andaikata Mas Ojen suatu saat baca blog gue, gue mau bilang..

“GOOD JOB, BROTHER!! KEEP GOING!! STOP SMOKING!”

Akhirnya, nice to meet younya mas Ojen menutup kebersamaan gue dan Selong Belanak yang ibarat cewek dia selevel Hyoona SNSD, mulus dan bening!!

naik motor 2 jam terbayar sudaaaaaaahhhhh!!!!




-to be contunued-



Meykke Santoso

I'm a passionate teacher, an excited blogger, a newbie traveler and a grateful wife. Nice to see you here! I write for fun. Please, enjoy!

Assalamualaikum wr wb,

Terimakasih sudah mampir ke sini ya... Yuk kita jalin silaturahmi dengan saling meninggalkan jejak di kolom komentar.

Terimakasih .... :)

  1. Asyiknya di lombok. Mungkin bisa masuk list jalan-jalan. Emang sih indah bnget disana dan bnyak lagi tempat-tempat lain di indo yg ga kaah indahnya juga. Mungkin liburan setaun juga belum selesai tuh jelajahi indonesia hhe

    BalasHapus
  2. pantainya masih bersih dan sepi, kayaknya enak tu liburan di sana.
    tapi sayang kagak punya duit buat ke lombok

    BalasHapus
  3. anjrit hampir dua tahun kagak main ke blog ini. masih suka jalan2 aje ni cewek. Gila sekarang udah sampek NTB aja luuuuu. buruan nikah sana keburu prawan tua. masih di lembaga pendidikan anak2 Depok sis?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya dong perkembangan, kemana aja luuuu...lama ga bacaostingan percakapan antara hp sama gelas kopi. Dihhh jahat amat lu, kayak lu udah nikah aja Neeem...Nem. gue masih 24 taun juga kemarin mei keleeesss...bukan 34. -.-
      masihhhhhh....awet yakk, hahaha

      Hapus
  4. Postingannya membuat saya iri
    yang sedang pusing dengan kerjaan
    ngeliat pantai2 kaya gtu
    kayaknya bakalan bisa ngelepas penatbdi kepala ni

    BalasHapus
  5. Postingannya membuat saya iri
    yang sedang pusing dengan kerjaan
    ngeliat pantai2 kaya gtu
    kayaknya bakalan bisa ngelepas penatbdi kepala ni

    BalasHapus
  6. sebagai orang yang ngidam naik gunung, nilam agak-agak nggak setuju kalau dibilang pantai lebih indah dari gunung :p wkwk
    aduh, kak mey jalan-jalan muluk, 180 derajat sama nilam yang kata temen, "nilam hidupnya kurang jalan-jalan," -______- bikin envy :"

    BalasHapus
  7. Katanya, kalo udah sampe di Lombok. Rasa capek yg jauhnya ilang gitu aja. Karena disuguhi pemandangan yang epik bener. Makanya, tak jarang ada yg merasa capek setelah perjalanan jauh. Kalo dari Riau, keknya capek jugalah. Hehehhe

    Akhirnya resolusi itu, tercapai ya kak Mei Heru ikut seneng bisa liat keindahan yang ada di pantainya. Nice pic juga.

    BalasHapus
  8. dari depok ke NTB doyan banget jalan2 lo mey..
    gue lihat di DP lo ganti sama pemandangan pantai ajah.

    gue ngiler..

    ati-ati mey main-main di pantai ntar item hehe
    Btw, itu rendang nggak basi yah dimasak di jawa sampe Lombok masih awet? :))

    BalasHapus
  9. Asikk lomba emang tempat yang yahut. Saya kemarin ke sini pas ke gili terawangnya. Namun tak renang dan mainin air, cuma lihat ama temen-temen lainnya. Hem kalau ingat itu jadi nyesel kenapa kemarin kagak mainan :D

    BalasHapus
  10. hampir lupa kapan terakhir ke pantai. kalau lombok.. terakhir gue kesitu waktu tk. entahlah, apa kah itu akan menjadi pertama dan terakhir kalinya :"). dari dulu gue selalu pingin naik gunung, sampe ke puncaknya. tapi sampai sekrang belum pernah bisa. kan kampret.

    BalasHapus