Bagi kami berlima ;
Casandra, Barbara, Marimar, Esmeralda dan gue sebagai Mercedes, kumpul makan
malam bersama di luar membawa pengaruh yang sangat besar untuk persahabatan
kami. Walau pun kami berbeda suku, toh selera makan kami hampir sama.
Esmeralda, keturunan Sunda dimana seblak tercipta jelas seiring sejalan dengan
Marimar, asli Padang dimana makanan Padang berasal. Mereka gemar menyantap
kudapan pedas. Pun gue peranakan Jawa 100% dimana pecel merajalela. Namun,
agaknya Barbara dan Casandra sedikit berbeda. Mereka nggak begitu suka pedas.
Bahkan, lidah Casandra sangat sensitive terhadap bahan makanan yang mengandung
cabe. Ini bisa dilihat saat kita makan seblak bersama di ruang tamu, asli
bikinan Esmeralda.
Sumpah!! Seblak bikinan Esmeralda pedessssnya kayak ditabok sandal Swallow |
Casandra ngambil seblak satu lapis, minumnya bisa berlapis
lapis. Gue khawatir, bisa bisa selesai makan seblak, bukannya kepedasan
Casandra malah jadi mirip sapi glonggongan. Beda cerita lagi soal Barbara.
Aktivitas Barbara yang sungguh nggak bisa dihilangkan adalah hobinya
mengonsumsi kopi hitam setiap pagi.
Gue : “Bar, kok nggak
kopi sachet aja sih, yang lebih enak gitu...khan sekarang banyak rasa rasanya,
tinggal pilih mau merk apa. Yang ada granulenya juga ada...”
Bar : “Nggak, gue lebih
suka kopi item.”
Gue : “Kenapa?? Khan
pahit?”
Bar : “Justru itu..dari
kopi gue belajar sesuatu...”
Gue : “Minum kopi kok
pake belajar segala. Belajar apa?”
Bar : “Belajar untuk
mampu menikmati kepahitan.............hidup.”
Gue terhenyak, dan gue
merenung sepanjang malam. Hasil dari renungan gue semalam suntuk, ini boleh dicoba. Paginya gue minta kopi itemnya Barbara.
Bar : “Lah, tumben
sekarang kamu mau kopi item?”
Gue : “Iya, gue juga
pingin belajar.”
Bar : “Kenapa??”
Gue : “Siapa tahu setelah
minum kopi ini, gue bisa menikmati setiap cekatan pahit yang melekat di
sanubari karena luka luka menganga di tiap tiap dinding hati..”
Gue liat Barbara geleng
geleng kepala.
Bar : “Waaah...kalau itu
berat...” Akhirnya gue ngemil kopi bubuk milik Barbara. Tapi, aneh. Sepahit
pahitnya kopi bubuk yang gue kecap di lidah tak bisa menggantikan kepahitan
yang berasal dari hati terkeping yang kepingannya di batas lebur, melebihi
bubuk. Namun, sejak saat itu, gue mulai gemar minum kopi hitam sampai sekarang.
Gue mulai meninggalkan kopi Torabika dengan granule. Karena apa? Tak perlu
minum itu pun hati gue udah penuh dengan granule. Granule of dust, butiran
debu. Gue mah gitu orangnya, apa apa jatuhnya baper.
Kopi racikan Barbara menemani gue nulis setiap pagi. |
--
Di kumpul ketiga ini,
sebuah tragedi terjadi. Sore itu sepulang kerja gue dan Marimar pergi ke sebuah
kampus, dimana Barbara bekerja. Biasanya Casandra juga berkumpul bersama kita
dahulu. Namun, karena dia juga harus gathering bersama senior seniornya di sebuah
bank, tempat dia bekerja, Casandra rencananya akan menyusul.
Barbara : “Makan makan
bulan ini, kita di Duren Addict aja, samping Mitra Keluarga situ. Deket, enak,
tempatnya baru dan lumayan murah!!” Barbara memberi saran. Kita berlima memang
pecinta durian sejati. Ahh, bahkan kita juga pernah pesta durian. Saat itu
durian sedang musim musimnya. Banyak penjual dadakan di pinggir jalan yang
menjual durian, salak, dan duku. Harganya pun aman. Durian bisa dibandrol mulai
harga 10ribu sampai 50ribu.
Marimar : “Kita iuran
beli duren yuk! Ada tuh di samping pom bensin sebelum masuk jalan tol dekat
Johnson Mall situ. Muraaaahhh!! Nih gue juga abis beli di situ.” Akhirnya kita iuran
20ribu per orang. Namun, masalah baru muncul. Hari sudah malam dan siapa yang
rela beli keluar?
Gue : “Udah sana Casandra,
lo aja yang beli. Khan motor lo yang lebih gampang dikeluarin.” Gue lihat motor
gue terhimpit motor Casandra. Dia nggak bisa banyak bergerak.
Casandra : “Ihhh,
maleeeesss... lo aja.”
Marimar : “Ya udah,
kalian berdua aja sana berangkat.”
Gue : “Tapi khan yang tau
tempatnya lo, Mar..Lo aja sama Casandra.”
Casandra : “Lo aja, Mik!”
Gue : “Nggak, pokoknya
lo!”
Casandra : “Looo!!”
Gue :
“Looooooooooooooooooo!!!” Gue udah mulai pasang kuda kuda. Lama lama gue gigit juga nih orang.
Barbara : “Kalau kayak
gini mulu, makan duren kagak, yang ada kalian malah tawuran. Udah, kalian batu
kertas gunting aja. Tapi, Marimar tetep ikut buat jadi penunjuk jalan.”
Akhirnya gue dan Casandra suit. Gue sembunyikan jari jari gue di balik leher.
Mata casandra memicing ke arah gue, seakan ingin membaca pikiran gue. Mata gue
juga gue buat sedramatis mungkin. Bola mata gue gede gedein kayak peran
antagonis di sinetron di scene,
“Akan aku racuni
diaaah!!!” Mata gue yang emang udah gede gue balik balik atas bawah kiri kanan
kayak penari Kecak.
Barbara : “Kalian harus
sportif!! Yang kalah jangan tinggi hati dan yang kalah harus legowo. Bukankah
hidup ini penuh dengan kalah dan menang, berhasil dan gagal??”
Sebelum Barbara
memberikan siraman rohani lebih jauh, gue dan Casandra segera mengibaskan
tangan kanan masing masing ke depan dengan sekali hentakan. Nafas gue tercekat!
Gue : “gunting!!”
Casandra : “ker...ahh!!”
Yesss!! Gue menangggg!!!
Gue segera berdiri dan melakukan selebrasi. Terimakasih ya Rabb!! Akhirnya
dalam naungan awan hitam pekat, Casandra dan Marimar pergi membeli durian. Gue
sempat dadain Casandra dari balik jendela.
“Ati ati bebebb....”
Lima menit kemudian, hujan mengguyur Jakarta.
Mereka kehujanan. Tapi aneh, saat pulang wajah mereka tampak berseri seri.
Senyum lebar dengan mata berkilatan. Mereka pulang membawa lima buah durian!!!
Kita akan pesta poraaaaa!! Kita akan mabuk bersamaaaaah!! Kartini masa sekarang
macam kita jelas bisa buka duren sendiri. Esmeralda segera mengambil tempat
untuk membelah duren duren itu. Dia membolak balik sebuah duren, mencari garis
potong! Lalu, hanya dengan bermodalkan pisau dapur, dia menusuknya, lalu
menyayatnya sedemikian rupa dari ujung ke ujung. Bertumpukan lutut, Esmeralda
menekan dua sisi duren dengan cengkeraman tangannya.
Marimar : “Esmeralda,
FIGHTIIIIINGGG!!!!”
Gue : “Gue yakin lo pasti
bisaaa!!!”
Tubuh tiang lampu monas
kayak kita cuman bisa jadi pemandu sorak. Esmeralda mengumpulkan titik berat
tubuhnya beserta tenaganya di telapak tangannya.
“SATU!!! DUAAAAA!!!
TIGAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!”
KLEEEEEK!! Dalam sekali
hentakan tangan, duren terbuka sempurna.
"ALHAMDULILLAAAAAAAAAAAAAHHH!!!" Bersama kita sujud syukur ke hadirat Alloh SWT karena akhirnya kita (dengan pembagian tugas Esmeralda buka durennya sisanya membantu doa dan dukungan) bisa membelah durian. Yah, maklum kita mah serumah isinya wanita semua. Mau ada kelabang, tikus, angkat angkat kulkas ya kita sendiri yang ngerjain. Pun membelah durian kita harus bisa mengandalkan diri kita sendiri. Itu mengapa kita harus jadi kartini masa kini yang kuat!!
“KITA MULAI PESTA KITAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHH!!”
Esmeralda memberikan komando. Sedetik kemudian kita melumat duren hingga
bersih.
"Ih, enak bangeeeeetttt!!"
"Nihhh, yang ini lebih enak, lebih pahit dan kuning!!"
"Waaaah, ini yang paling enak nih. SUMPAH, ENAK BANGEEETTTT!!"
Di tengah pesta, Casandra bercerita tentang alasan mengapa dia begitu
bahagia malam itu.
Cas : “Gue bahagia dong
sama Marimar.”
Gue : “Kenapaaa??”
Cas : “Tau nggak, karena
Marimar, kita dikasih bonus satu!! Coba tebak harganya berapa???”
Esmeralda : “Berapaaaa??”
Cas : “25ribu!!!”
Gue : “Buseeet, kenapa
bisa begitu?? Orang kita aja belinya yang 20ribu, kenapa bonusnya 25 ribu???
Terus kalian udah makan 1 buah di sana?? ”
Cas : “Udah dooong!! Ini
semua berkat Marimar.”
Gue mengerti. Di antara
kita, Marimar adalah wanita yang dianugerahi paras paling cantik. Begitu dia
tersenyum, laki laki pasti akan deg degan. Dan begitu Marimar berkedip satu
kali, laki laki pasti akan memberikan bonus 1 duren seharga 25ribu. Super
sekali!!
Malam itu, kita berpesta
pora sampai mabuk. Mabuk durian.
----
Dari sensasi durian yang
masih melekat di lidah itulah, kita memutuskan untuk mencoba olahan durian
ditambah strawberry, bisa ditambah brownis, bisa ditambah keju, macem macem.
Pukul 7 malam tanggal muda di bulan Maret sepulang kerja, gue, Barbara, Marimar dan Esmeralda sudah siap
sedia. Kita sudah duduk manis di kedai yang baru saja dibuka beberapa minggu
yang lalu itu. Kita tinggal menunggu satu bocah absurd, Casandra. Lewat grup
BBM dia memberi kabar.
Cas : “Aku berangkat
sekarang ya. Dari kost. Abis dari Mall Ciputra gue pulang dulu tadi. Ngecharge HP 15 menit."
Gue : “oke.”
Perjalanan naik motor
dari kost kita menuju kedai ini hanya sekitar 5 menit. Bahkan, jalan pun sampai
walau memakan waktu sekitar 15 menit. Namun, 15 menit berlalu kita belum
melihat tanda tanda penampakan Casandra.
Cas : “Dimana sih kedainya?
Aku udah abis nglewatin Mitra nih! Tapi nggak ada apa apa!”
Bar : “Masa sih?? Sebelum
Mitra, Casandraaaa....Kedainya juga gede gini.”
Cas : “Aku putar balik
lagi. Tungguin aku di tepi jalan Bar.”
Bar : “Bentar ya gaes,
gue nungguin Barbara dulu di tepi jalan...” Barbara inisiatif untuk keluar
kedai dan menunggu Casandra di tepi
jalan.
Waktu berlalu sampai 15
menit berikutnya dan gue liat dari kejauhan Barbara masih teronggok di tepi
jalan. Casandra tak kunjung datang. Padahal kita sudah memberikan instruksi
yang sangat jelas. Pertama, kedainya ada tepat sebelum Mitra Keluarga, di sisi
kiri jalan kalau kita berangkat dari kos. Jam sudah menunjukkan pukul 7.30 dan
kita sudah foto bertiga sepuas puasnya.
Akhirnya, Barbara masuk
lagi ke dalam kedai.
Barbara : “Gimana sih
Casandra? Orang dari tadi udah ditungguin juga bilang mulu nggak ada. Masa iya
ga bisa liat gue di situ. Tuh, malah BBM kayak gitu.” Gue mencium gelagat
kurang baik dari Casandra. Gue khawatir dia belum minum AQUA hari ini. Dia mah
gitu orangnya. Kita segera membaca BBM terakhir yang dikirimkan Casandra.
“Gue udh nunggu lama nih
di sbelum Mitra. Adanya cmn bengkel. Apa jangan jangan kalian makannya di kedai dalam bengkel??Gue udh muter 3 kali. Batere gue tgl 5%.
Cpetan dmn!”
"Lah dia pikir kita mau ngemil shock bracker sama busi motor pake kedainya di bengkel segala." Barbara kzl.
Dan begitu gue telpon, HP Casandra udah anfal. Harapan kemunculan
Casandra lenyap dan akhirnya kita menikmati es duren tanpa Casandra. Di foto
pun jelas hanya empat orang.
Puas berbincang panjang tentang kehidupan dan
berfoto demi serpihan masa yang terabadikan, akhirnya kita pulang. Di dalam kos, motor Casandra sudah terparkir
malang melintang dengn jumawa. Segera gue sisipkan Sera* di antara motornya dan
tembok.
“Sera, kamu harus kuat
ya...Jangan banyak gerak di sini. See you tomorrow..” Gue mengelus elus kening
Sera yang warnanya mulai sedikit memudar karena tiap hari kepanasan.
“Casandraaaa!!” Gue
memanggil nama Casandra yang kamarnya tepat di depan kamar gue. Namun, tak ada
jawaban. Sejurus kemudian, gue denger Casandra mengobrol pelan di gagang Hpnya.
Ah, mungkin dia marah. Padahal sebenarnya gue pingin tanya.
“Casandra, kamu tadi
emang sampai mana sih? Jangan jangan kamu sampai Jonggol???” Tapi, gue segera
mengurungkan niat gue. Gue takut dia keluar kamar bawa baling baling kipas
angin. Malam itu, Casandra tak lagi keluar kamar. Dan misteri Mitra jelas belum
terpecahkan.
---
Sehari setelahnya, malam
hari....
Malam harinya seperti
biasa kita duduk di ruang tamu sambil nonton TV. Emosi Casandra tampaknya
mulai stabil. Dia juga ikut duduk bersama. Ini saat yang tepat, batin gue.
Barbara : “Ahh, kemarin
enak San..duriannya enak ditambahin keju...”
Gue tau ini akal akalan
Barbara untuk mengarah ke situ. Dia memakai taktik pancingan.
Gue : “Iya, San...enak
banget. Lo kok bisa nggak sampai sebenarnya lo dimana? Jangan jangan lo sampai
Jong...” Barbara buru buru melototin gue. Dia nggak mau ada pertumpahan darah
malam itu.
Casandra : “Huft...tau
nggak sih..gue sampai muterin tiga kali tapi tetep aja nggak nemu kedainya. Lo
tahu mana jalananan macet, batere gue sekarat dan gue capek.”
Marimar : “Tapi kayaknya
nggak ada bengkel deh sebelum Mitra.”
Esmeralda : “Iya khan
sebelum Mitra ya kedai Durian Addict itu..bengkel dimananya ya?”
Gue mencium gelagat
kurang beres. Kayaknya Casandra benar benar belum minum AQUA.
Gue : “Casandra, Mitra
kamu Mitra apa?”
Casandra : “Ya Mitra
Sepuluh lah, depan kantor kamu khan??”
Esmeralda, Barbara,
Marimar, Gue : “WHAAAAAATTTTTTTT???? MITRA SEPULUH????”
Casandra : “Lah, emang
mitra apa??” Wajah Casandra innocent sekali.
Barbara : “Pantesan gue
tungguin sampai uang kos naik juga nggak bakal ketemu kitaa!! Lo mah jauh di
sana, di depan kantornya Miko. Orang ini Mitra Keluarga, ini Rumah Sakiiiiit!!
Mitra Sepuluh mah toko bahan baku bangunaaaaannn!!! Subhanallooooh!!"
Gue buru buru tepok jidat
ngeliat kelakuan Casandra yang nggak sembuh sembuh. Jarak kost ke Mitra Sepuluh
dengan motor sekitar 15 menit kayak tiap hari gue berangkat kerja. Mana dia
muterin Mitra Sepuluh sampai tiga kali malam malam. Mau dia muterin Mitra
sepuluh tujuh kali sambil lempar jumroh juga nggak bakal ketemu yang namanya
Duren Addict! Malam itu sebuah misteri terkuak. Ternyata pemahaman kita tentang
Mitra jauh berbeda.
Dari satu hal bisa
menjadi dua hal di dalam dua otak orang yang berbeda. Mungkin itu sebabnya
sering terjadi kesalahpahaman di dunia ini, karena satu hal yang sama dipandang
dengan kacamata yang berbeda. Seperti halnya Mitra di otak kita versus Mitra di
otak Casandra. Mungkin saat dia membaca BBM, dia mulai lelah hingga Keluarga di
akhir kata Mitra menjadi tak terbaca. Mungkin dia halusinasi. Dia mah gitu orangnya.
Tapi nggak papa, namanya juga manusia. Tempat salah dan lufa. Alhamdulillah sekarang Casandra udah beli AQUA segalon galonnya. Setiap hari kita juga masih berbagi, dari berbagi cerita, kegalauan, garam dapur sampai terasi buat bikin sambal. Dan gue makin betah tinggal bersama. Gue bersyukur ketemu mereka. Tapi, di makan malam selanjutnya gue ngambek.
*tobcontinued
gue baru tahu kopi hitam tu bisa ngilangin sakit hati yang ditinggali oleh mantan yang telah nyakitin kita, kenapa bos di kantor gue marah nggak jelas ya pas minum kopi hitam, Apa mungkin dia lelah hahahahahahah, besok gue cobaah minum kopi item siapa tau aja bos gue nggak di marah-marah nggak jelas lagi. AMIN
BalasHapuswahahahha filosofi kopinya dapet. mulai besok, gue juga mau coba minum kopi pahit, manatau paitnya kopi bisa menandingi pahitnya hidup gue. hoho
BalasHapuscoba aja dari dulu kalian minum AQUA, pasti ga bakaln kayak gini ceritanya...
Udah panik padahal Cassandra ngilang ke mana.. ahahaha...
BalasHapusternyata dalam semua kehidupan kita dapat mempelajari sesuatu walaupun simple kopi pahit adalah filosofi yang baru w tau dari orang galau kaya km ni
BalasHapushaha
Kak, di atas ada tulisan yang typo, sengaja atau gimana? Kalimatnya ini "Barbara : “Kalian harus sportif!! Yang kalah jangan tinggi hati dan yang kalah harus legowo.."
BalasHapusAku sering banget ngomong tentang kopi itam ke pacar, tapi doi tetap aja gak mengerti dan selalu bilang "HIH!!" kalo aku berbicara tentang pembelajaran kehidupan dari pahitnya segelas kopi. Kesalahpahaman memang sering terjadi, ditambah nama tempat yang mirip - mirip.
Ah, sepertinya cerita berikutnya bakal menarik. Apa kak Meykke yang lupa minum Aqua jadi harus ngambek? Ntahlah, kita tunggu saja :D
Filosofi kopi tentang kehidupan dari berbabra mantep juga ya. minum kopi pait belajar untuk membiasakan merasakan kepaitan dalam hidup ini. :D
BalasHapusCasandra casandra... ada aja ya nih tingkah anak ini, kayanya bener si casandra gagal fokus gara-gara belum aqua. suruh dia minum agua aja segalon sama galonnya, biar gak gagal fokus lagi. :D
pesta duren wah kayanya enak bener ya, Ke lima wanita hebat nih, bisa membelah duren sendiri.
Ahahahah
BalasHapusEh by teh way, itu seblak apa kerupuk sih? Kok kayak kerupuk ya? Tapi kok gak digoreng? Gak mekar malah basah gitu. Heran gue
Jadi kopi hitam bisa mengajarkan kita tentang kepahitan hidup? Wih, harus coba nih. Soalnya bisanya gue minumnya yang pahit-pahit mulu. Jadi, yang pahit dibikin pura-pura manis deh. :(
BalasHapusPada suka durian ya? Kalo gue pribadi sih nggak suka. Nyium baunya aja udah enek. Mau muntah. Nggak kebayang eh gimana kalo gue makan.
Haduh, aku gak suka kopi hitam, aku mah sehitam-sehitamnya kopi bakal aku kasih gula biar manis, gak suka yang pahit. Cukup hidup aja yang pahit, jangan ditambah sama minum yang pahit :')
BalasHapusahaha, cewek kalo uda akrab gtu ya. kompak banget. sama2 suka duren lagi. tapi, tetep harus jaga kekompakan. terutama disaat ada tragedi semacam salah paham itu. Mungkin ada baiknya Casandra sering2 minum aqua. kalo perlu jualan aqua. biar selalu punya stock utk dminum jadi konsentrasi gk buyar.
BalasHapusasik bgt pesta durennya. jadi mendadak pengen duren ni . aha
Kak Mei kamu masih ngekos di kosan yang duul, kah? Kenapa sekarang orang-orangnya kok jadi pada baik ya? Apa karena orangnya udah baru? Ah apapun alasannya, syukurlah kamu udah nemunin temen-temen yang baik. Cerita kamu jadi ingetin aku dan temen-temen juga yang penggila durian dan rela nembus ujan demi dapetin segelas es duren beragam topping. Eh kok curhat haha.
BalasHapusAku sempet kesel baca cerita Casandra. Masa udah muterin 3x tapi nggak nemu-nemu sih. Eh taunya dia salah pemahaman. Hahahahaha. Pengen rasanya ikut nepokin jidat temen kamu itu Kak :D