Meykke
Santoso
Malam ini udara begitu dingin. Rinau hujan tampak begitu
mesra menyatu dengan tanah basah yang wanginya tercium hingga ke dalam kamar
kostku. Genap setahun sudah aku melalang buana di kota nan asing ini. Iya, aku
yang sudah katam mengenyam bangku perkuliahan memutuskan diri untuk bisa
bekerja di pusat Indonesia. Begitu mendapat tawaran interview, aku langsung
terbang dan menempuh 500 km dari kota kecil itu.
Aku menekan tut HPku dan dengan segera nada sambung terhubung.
Satu detik, dua detik, si empu HP tak juga mengangkatnya. Delapan detik, yeah!
Suara hangat nan renyah itu mengudara melingkupi telinga dan tembus sampai ke
dada. Seketika letupan rindu seakan berhamburan ingin melesat ke sana.
“Halo, yang?” Senyum sumringah tampak jelas tergambar di mukaku.
“Hai
yang..lagi ngapain kok lama banget ngangkatnya?”
Adalah Bayu. Dia adalah salah satu sumber dari segala
sumber. Sudah lima tahun kita membingkai masa bersama. Aku mengenalnya saat
masih duduk di bangku kuliah. Kita teman satu fakultas. Dengan sejalannya
waktu, hati kita berlabuh di rasa yang senada. Sesimple itu kita mengurai masa
dan masih terus berhitung hingga malam ini. Bahkan, dia pula yang mendorongku
untuk bisa mengejar anganku di tanah ini.
“Yang, aku
dapat tawaran kerja di Jakarta..”
Aku menunduk dalam dalam, meresapi setiap sensasi antara senang dan sedih. Saat itu aku sedang dalam dilema. Senang karena selangkah lagi angan yang aku tata akan menjadi nyata, sekaligus
sedih karena empat tahun kita bersama akan semakin dekat dengan ujian.
“Bukannya
emang ini yang kamu inginkan dari lama, yang... Mumpung muda, gapai aja selagi
bisa...”
“Lalu, kita??” Aku menoleh ke arahnya, mengharap untaian dukungan akan
dia ulurkan. Harapku bertepuk sempurna.
“Sayang, khan
masih ada HP, ada facebook, ada skype... Walau pun aku tak bisa mengenggammu
serupa ini, tapi toh mata kita masih bisa beradu..” Dia menjalin erat tanganku malam itu. Karenanya, aku
membulatkan tekadku, bulat sempurna. Bayu di mataku adalah laki laki sempurna,
laki laki yang aku yakini akan menjadi masa depanku bersama dan mengurai masa
sampai ke ujung usia. Dan di sinilah aku sekarang, menginjak tanah yang sama walau di kisaran jarak bermil mil jauhnya. Kembali aku mendengar suaranya di ujung telepon. Rinduku memuncah dan hanya sepenggal suara aku harus merasa puas.
“Iya yang,
sedang di luar...ada rapat malam bareng direksi...” Memang suara di ujung telepon terdengar sangat ramai..
“Yang, nanti
aku telepon lagi ya, nggak papa khan?”
“Iya yank...”
---
Sedetik sebelum aku tutup.
“Siapa yang?”
“Ah bukan,
mama aja cerewet banget nanyain aku pulang jam berapa..”
Cepat cepat aku menekan tombol merah HPku. Dadaku berdesir
hebat dan tanganku gemetaran. Mataku seketika terasa begitu panas dengan bulir
yang seperti tsunami merangsek membanjiri pipi. Aku lantah.
“Sejak kapan
aku jadi mamamu?”
*cerpenku yang ada dalam salah satu buku antologi bertema LDR. This is FICTION only.
Ampuuunnn aku nangis Kakak. Kenapa tiba-tiba aku jadi takut banget ya LDR-an setelah baca cerita kamu ini? Ya meskipun fiksi sih... Tapi twist-nya dapet banget. Hiiiii. Keren! Lama nggak blogging, baca cerita ginian langsung sensitif hahaha
BalasHapusOh LDR nih ceritanya. LDR memang hubungan yang menuntut lebih ya. Harus lebih sabar, lebih sayang, lebih setia, dan lebih pulsa tentunya. Gue juga pernah LDR, tapi...Ahsudahlah :D
BalasHapusNice post :)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusAaaaah mbak meeey ngalir banget ini sungguh. Kok ya kebetulan pas Muter lagu nya Christina Perri yang distance. Jadi gimana gitu.
BalasHapusWah kamu terlalu, Mey. Bikin yang lain takut LDR-an jadinya. Hahahaha. Ceritanya keren tapi. Lanjutkan ! :)
BalasHapusLDR adalah sebuah teori yang sudah bisa gue pecahkan. Pada dsarnya LDR itu hanya sampulnya, tapi kalo kak mey tau isi dibalik LDR, maka bahagia itu deket banget sama kita. Nice post.
BalasHapusPertama-tama kakk Mey, itu pas paragraf pertama ada kata yang typo. Yang "rinau" itu lho. Hehe.
BalasHapusTwist-nya berasa, kak Mey! Kejam banget kalo sampe semua LDR jadi kayak gitu.
Duh, akhirnya jleb banget, itulah kenapa LDR sering dibully sama jomlo, mereka sama - sama gak punya pegangan pas jalan.
BalasHapusItu cowoknya orang India ya? ngomongnya pake 'khan' bukan 'kan'.
Tau gak sih Mey, gue lagi LDRan... jangan bikin takuut -_-
BalasHapus