“Mbak, tahun depan aku
pingin jadi mayoret!”
Ujar adikku, seusai jadi
pom pom girl di Kecamatan tahun lalu,
Kala itu, dia masih duduk
di TK kecil setelah mengatamkan bangku PAUDnya yang penuh keindahan.
Ini juga kali pertama dia
tampil melakukan sesuatu di depan publik, orang banyak. Dan sebatas sebagai pom
pom girl saja. Pagi pagi sekali dengan semangat menggebu dia berangkat diantar
Ibu. Perannya sebagai pom pom girl membuatnya senang sekali.
Dan karena pada hari itu
aku libur kuliah, aku menyempatkan diri untuk melihat penampilan Atrid di balai
kecamatan.
Dan karena emang dasar
penyakit telatan susah ilangnya, baru menginjakkan kaki di gapura kecamatan,
pertunjukkannya sudah mendekati klimaks. Si barisan pom pom girl memutari
barisan pemain drumband beserta mayoret dan kemudian menghilang bersama bersama
ke belakang.
Dan akhirnya aku hanya
bisa mengabadikan kebersamaan Astrid bersama teman temannya seusai pertunjukan.
Dan sampai di rumah,
adikku dengan penuh binar berkata tahun depan ingin menjadi mayoret!
Bila dibandingkan dengan
temannya yang lain, tinggi adikku tidak bisa dibilang menjulang, dan tubuhnya
pun agak tidak sintal dan montok. Biasanya, mayoret akan dipilh dengan kriteria
tinggi menjulang dan badan sintal seperti mereka berdua itu.
Lalu, beberapa bulan
kemudian, saat aku pulang ke rumah, dia langsung berceloteh.
“Mbak, aku tahun depan
jadi mayoret mbak!”, ungkapnya dengan bahasa Jawa yang super kental.
“Kok bisa?”, aku pikir
dia sedang berhalusinasi semata.
“Iya mbak, lha semua yang
ditunjuk buat jadi mayoret pada takut semua ok mbak.. Malah do nangis ditunjuk
mayoret, mbak..” dia menggebu gebu.
“La terus pas bu guru
nunjuk aku, aku ya langsung mau. Wong jadi mayoret tu enak kok ya mbak,
didandani ya mbak, sepatune apik.. Elin juga waktu ditunjuk langsung mau. Sama kayak aku”
Elin pun sebelas dua belas dengan Astrid, bahkan dia lebih mungil.
“Emang kamu nggak malu,
takut salah?”
“Ora mbak, aku malah
pingin ok. Aku meh menthel...”
“Errrrrr....”
Dan akhirnya dari pom pom
girl, Astrid dengan tekadnya yang kuat dan keberanian yang tidak diragukan lagi
bisa mencapai level mayoret.
Well, Astrid tidak
dipilih pada awalnya. Hanya saja, temannya yang lain tidak mau mengambil
kesempatan terbentur ketidakberanian atau malu.
Dan kesempatan datang
pada Atrid. Jelas Astrid senang bukan kepayang.
Setiap Sabtu sepulang
sekolah dia latihan di sekolah. Lalu, di rumah kerjaannya maju dua langkah
mundur dua langkah sambil muter muterin gagang sapu lantai dan mulutnya
bersenandung seirama ketukan nada.
“Piye mbak aku mbak?” Dia
minta dipuji.
“Wah, apik tenan..apik..”
Lalu dia semakin menjadi
jadi mundur maju sambil muterin gagang sapu ke segala arah. Aku menyelamatkan
diri.
And finally, her dream
come true!!!!
Sehari sebelum tampil,
aku bertanya padanya,
“Piye Tid? Siap??”
“Wah, siap banget
mbak...jadi mayoret enak ok mbak...besok aku jam 6 udah harus pergi lho mbak,
aku didandani...”
Dan aku nggak perlu
bilang ‘all is well’, adik ku udah lebih daripada sekedar well.
Akhirnya mimpi adikku
setahun lalu terbayar lunas. Sah??? Saaaah....
Dan dari Astrid
terpetiklah pelajaran hidup nomor 87
“It is not the matter of
how you look outside, but how you feel inside.” (bener nggak nih?)
Astrid, yang tingginya
tidak seberapa dibandingkan temannya yang lain, dan juga tidak semontok
temannya yang lain pun bisa naik lepel menjadi mayoret. Why? Because she has
willing, because she dares to take a challenge when others don’t.
Kata tweet, ‘you are not
who you are, but who you wanna be.’ Wohohoho...
Yah, emang selagi kita
mau berusaha dan kita mau mencoba, apa apa yang di awalnya terlihat mustahil,
pada akhirnya pun sangat tidak mustahil.
Tulisan ini aku tulis
khusus untuk adikku yang akan segera mengenakan seragam merah putih,
-tinggaldikerek-.
Jadi kalau pada masanya
nanti Astrid udah besar dan internet belum kiamat serta blog ini masih
menyemarakkan dunia maya, Astrid bisa baca tulisan mbak Ike. Astrid kecil
pemberani yang keren!
Semoga selalu keren, dan
semakin keren seiring bertambahnya usia.
Berani mengambil
kesempatan, dan jangan cengeng karena dunia ini fana. Cemunguth!!!
Ini mbak Ike waktu masih
unyuk kayak kamu...
Sayangnya, dulu nggak ada mayoret mayoret begituan...Drumband belum musim, adanya gosok gini berjamaah berbaris di sepanjang selokan kecil di depan TK.
Wah lucu-lucu... cute-cute... cantiq.. moga mimpinya tercapai ya.. bermimpi menjadi mayoret yang profesional, nggak ada salahnya kok.. itu hebat :))
BalasHapuskeren keren deh adeknya mbak Mey, semoga jadi anak yg tangguh dan berani .
BalasHapuswahh... kereenn... anak kecil aja udah berani bermimpi yaaakkk.....
BalasHapusdari wajahnya juga kelitan kalo dia punya PD yang tinggi.. tangguh dan berani..
calon mayoret masa depan. eaaakkk