Assalamualaikuuuuuuuum...
Dan Lari saat SD
mengajarkan pada gue kalau satu kekurangan itu tidak akan meruntuhkan dunia
gue. Lari memang bukan keahlian gue, tetapi gue juga ada keahliannya.
Hehehehe...Alhamdulillah
SMP. Karena olahraganya
paling paling lari mengelilingi lapangan Jenderal Sudirman atau dikenal dengan
nama Pangsar, Ambarawa, jadi nggak berat berat amat. Dan waktu SMP, banyak yang
jalan juga jadi gue nggak keliatan belakang sendiri. Pelajaran lainnya itu
berenang yang pada akhirnya menuntun gue pada nilai sempurna itu di akhir kelas
tiga. Berenang adalah salah satu ujian prakteknya. Lalu kelas satu dan dua itu
kebanyakan juga mainan raket mementul mentulkan kok alias bulu tangkis, dan gue
juga suka juga jenis olahraga itu.
SMA. Selain lari setiap
pagi takut telat, gue juga harus lari di pelajaran Penjaskesnya. Lari
mengelilingi Kemiri sebanyak dua kali. Naudzubillah. Cuman karena perkembangan
mental gue udah nggak se menye menye waktu SD, jadi proses itu bisa gue jalani
dengan hati yang tegar. Ha ha ha
Kuliah. Nah, kuliah udah
nggak ada pelajaran Penjaskes. Upacara pun tak ade. Tapi gue harus tetap lari
lari mengejar waktu. Semoga di lain hari gue nggak dikejar ‘waktu’
“Ke...lhek segera
to..umurmu tu udah berapaaaa... mau kapan, itu lho teman temanmu banyak yang sudah...”
Gue harus lari dari rumah
ke jalan raya, lari dari terminal bis mini ke tempat bis SARI ngetem, lari dari
Kemiri ke gedung F (gedung fakultas gue, red). Lari dan lari. Itu salah siapa?
Salah angkot? Salah ilalang yang bergoyang? Atau bahkan salah rumah gue?
NEHI.
80% salah gue, 20%
keberuntungan.
Coba kalau gue nggak
kebanyakan memulaskan apa yang sebenarnya tidak perlu dipulas? Coba kalau gue
bisa lebih pagi menyiapkan diri? Coba kalau gue lebih pagi bangunnya?
Misal gue masuk pukul 7,
karena kebanyakan kelas dulu gue masuk pukul 7 dan itu semacam derita tak
terperi buat gue. Waktu SMA, gue bangun pukul 5. Cuman, waktu kuliah, gue
mengalami degradasi kerajinan. Gue malah semakin nggak rajin. Sampai dari kamar
mandi ke kamar aja gue lari saking sudah telatnya. Makan boro boro.
Dan karena gue ditimpa
banyak kesialan pada akhirnya, gue nggak mau berkubang pada derita menahun yang
sama. Dan pada akhirnya Alloh memberikan pencerahan melalui tangan manusia dan
gue akhirnya bisa bangun pagi. Denger Bruno Mars nyanyi “cause you’re
amazing,”, gue udah buka mata. Ngulet indah. Bangun. Baca do’a. Buka jendela.
Menghirup udara sambil merem melek dan berkata “Selamat pagi Dunia..”. Kayak di
pilem pilem begitu. Kenapa lagunya “Just The way you are”, namanya juga usaha.
Sapa tahu gue suatu hari amazing beneran. Bahahaha..
Kalau kelas pukul 9, gue
mandi pukul 7.30 dan gue bisa siap siap selama 1,5 jam. Bisa berangkat 7.45.
Dan gue bisa melangkah dengan ringan dan indah dengan ujung rok berjuntai
juntai dan ujung jilbab merebak rebak ke udara.
Dan semester
akhir ini gue jarang sekali terlambat. Beda banget sama semester semester
sebelumnya.
Dengan berbekal hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari
besok harus lebih baik dari hari kemarin, gue mencoba untuk bisa menjalani
hidup dengan tidak grusa grusu. Takutnya, waktu sudah kerja juga masih berkutat
dengan masalah yang sama dan tidak bisa move on ke penyelesaian masalah
berikutnya.
Dan juga, di usia gue
ini, kalau gue juga masih lari lari menyelusuri tepian jalan depan pasar Projo,
lari lari sepanjang pertokoan Jalan Diponegoro, gue malu. Malu sama umur.
Gue dulu ngerasa apes
banget. Rumah jauh, harus naik bis pun dua kali, uang saku kemakan banyak di
transportasi bahkan uang buat angkot lebih banyak daripada buat makan. Semacam
perih.
Yang lain masuk jam 9,
jam 8.45 baru keluar dari rumah, memasang helm dan meluncur sesuka kehendak
hati. Guenya sudah berangkat dari sejam yang lalu.
DULU. Setiap hari gue
melakukan perbincangan yang kadang berujung pada perdebatan.
“Duh, aku capek. Pulang
magrib, sampai rumah isya. Masih ngerjain tugas, drama korea belum ketonton,
besoknya pagi pagi udah berangkat lagi. Sorenya masih ngelesin.”
“Lha meh pie?”
“Masih ditambah masalah
lainnya, masalah yang konkret, masalah abstrak. Test, final project, hati
tercacah, what the heaven!!”
“Alah, nggak usah kayak
orang susah gitu to Mek. Udah alhamdulillah bisa sibuk begitu. Dari 28 temenmu
SD yang bisa menjalani hidup serupa kamu berapa orang?”
“Tiga.”
“Sisanya?”
“Membina biduk rumah
tangga.”
“Kenapa kok sudah membina
kayak begituan?”
“Mereka bilang, sudah
tidak ada yang bisa mereka lakukan kecuali mencari pendamping hidup dan
memenuhi kebutuhan sehari hari.”
“kenapa demikian Mek?”
“Karena nggak bisa
meneruskan pendidikan yang lebih tinggi terbentur keadaan ekonomi.”
“Jadi???”
“harus bersyukur Ke..”
“Pinter...”
Di lain hari percakapan
serupa juga terjadi.
“Kata temen temen gue,
gue makin kurus, Ke. Ya iyalah kurus, mau sebanyak apa yang gue makan, menguap
semua di jalan.”
“Sekarang apa lagi?”
“Gue stress Ke. Kadang
gue udah berangkat pagi pun, angkotnya selevel sama budak bercula satu. Di
ambang kepunahan. Kenapa gue nggak kayak si A, si B, si C???itu baru soal
berangkatnya Ke. Ini ada lagi masalah. Bertubi tubi, menggema gema.”
“Kumat.... harusnya tu
bersyukur, semakin berliku liku tu kalau udah sampai destination spotnya,
feelnya tuh semakin dapet!! Kalau Cuma kuliah, pulang, tidur, makan roti,
nonton tipi, buat tugas, dandan, mandi. Nggak seru Mek..itu NGGAK SERU.”
“Iya juga sih, gue jadi
banyak pengalaman mengarungi sedemikian rupa dan hingga perjalanan itu. Gue
jadi pemberani.”
“Meykke pasti bisa...”
“Iyo ya Ke. Alhamdulillah
Alloh Maha Baik telah memberiku kesempatan sampai sejauh ini, di level ini, dan
terus merayap ke atas. Mau 25 km, mau hujan berderai derai , mau jatuh
tengkurap dengkul hati lecet semua, mau subuh atau pun kelewat isya, gue
terjang. Terjang semuaaaaaaaaa....pecahkan saja kacanya biar ramaiiiii!!”
“Jadi?”
“Ini itu semacam asik, Ke.
Aku yakin Alloh mendesign sedemikian hidupku dan Alloh akan terus mendesign
hingga bermuara pada titik yang aku impikan.”
“Aamiin..”
Wassalam
12.04.2013
6:58 AM
owalah itu drimu curhat karo dirimu sendiri to di percakapan akhir2 itu?? wkwkwkw
BalasHapuske ke .. refleksi emang perlu haha
iya Seph, tiap hari kita berdebat Seph...hahahahaha
Hapusngomong dewek ning kamer depan cermin ya kui ke. ciyan yah *pukpuk* :|
BalasHapus-______________-
Hapus