Meykke Santoso
Tabuhan
bertalu talu tanpa kendali
Lari
mobat mabit, lalu menjatuhkan diri
Menggelinjang
di tanah dengan sorot mata liar
Berlari lagi, menyeruduk bak kerbau gila
Serupa penyakit menular, sekejab bertabrakan badan
Lihat! Mereka kembali menggelinjang dengan rona merah penuh amarah
Gendang kembali memekik memecah belah
Banyak pasang mata menjadi saksi
Banyak pasang jiwa berbagi posisi
Kata orang, mereka sedang mengidap setan!
Langit sore menguning, tabuh gendang semakin nyaring
Banyak senja kami berkelakar bersama
Kami menyemut tanpa hati senut senut
Cetarrr!!! Pecut seakan membelah bumi pertiwi
Para ‘punggawa’ mendelik, lari terbirit birit
Satu per satu tumbang, meraung raung
Merintih perih dengan isi perut meruah ruah
Lalu lemas, habis.
Inilah kami, kelompok berkuda bambu
Inilah kami, gendang yang terus bertalu talu
Inilah kami, air penuh mawar merah merekah
Inilah kami, kepanjangan tangan nenek moyang
Sungguh, bukannya kami tak ada kerjaan
Kami, abdi budaya Indonesia
Dalam dalam kami berjanji
Reog tak kan bisa pernah mati
comment 0 comments
more_vertTerimakasih sudah mampir ke sini ya... Yuk kita jalin silaturahmi dengan saling meninggalkan jejak di kolom komentar.
Terimakasih .... :)