Penerbit Meta Kata, April 2014 (Indie) - Puisi Nasionalisme
Genre : Inspiratif

Teruntuk sang calon penguasa yang sedang bergulat
merebutkan tahta,
Bila waktunya telah tiba dan bapak bisa duduk di
singgasana termewah negara ini, bila
bapak pada akhirnya mengguratkan sejarah yang akan masuk di buku
pelajaran banyak tahun mendatang, sudilah kiranya bapak mendengarkan lenguh
penuh keluh kami para jelata.
Banyak kali saya mendapati jejeran rumah kumuh beradu
pantat di belakang rumah berharga milyaran di negara gemah ripah loh jinawi ini,
bapak. Banyak kali saya mendengar berita banyak jelata seperti kami tak kuasa
menembus obat dan meregang nyawa di pinggir jalan, bapak. Ah, banyak sekali
anak anak berkaki dekil mengais rejeki dengan krencengan di hiruk pikuk Ibu
Kota pula. Pun bangku sekolah terlihat menjulang tak terjamah, bapak. Kami, para
Indonesia asli bergulat penuh peluh di negara sendiri, mengais bulir demi bulir
demi nafas yang masih menderu di esok hari. Kami, para jelata yang tak banyak
kata, karena memang tak pernah bisa.
Lihat, bapak.. Para tikus berdasi menumpuk uang kami di almari.
Mereka berlenggang memamerkan permata di sekujur badan. Bapak, kami di sini
kelaparan.
Tapi kami memupuk yakin, esok pasti akan lebih baik. Kami
yakin, bapak akan mengantarkan mimpi indah untuk kami, para jelata.
Bapak, kami di sini berdoa dan terus menunggu. Untuk
Indonesia yang lebih baik.
Salam
hormat,
Jelata
masalah yang sulit diatasi. mau pakai lem tikus macam apapun, tikus2 berdasi selalu saja datang memakan uang negara.
BalasHapussemoga pemimpin yang sekarang bisa membuat kondisi negara menjadi lebih baik.
BalasHapus