Assalamualaikum...
Yak, tulisan ini sambungan dari tulisan sebelumnya, SINI.
Nah, ada lagi dua poin
yang paling gue suka dari buku Oki, uhm...gue pake ‘ukhti’ gitu yak.
Bener sih dari jaman SMP
dulu kalau ditanya, “Idolamu?”
Gue jawabnya “Nabi
Muhammad”. Kalau ditanya kenapa, gue bersilat lidah.
“Karena nabi Muhammad
khan manusia paling baik sedunia. Uhm...khan nabi Muhammad itu katanya pembawa
syafaat untuk umatnya...Uhm..khan semua umat islam emang harus mengidolakan
Nabi Muhammad...”
Dan kalau dihadapkan pada
follow-up question, “Kok bisa begitu? Kenapa? Kok paling baik emang nabi
Muhammad ngapain? Pembawa syafaat emang syafaat itu apa? Owh jadi ikutan
mainstream?”
Blank.
Ini juga ternyata kayak
apa yang dialami oleh ukhti. Kalau ditanya siapa idolamu? Ya serta merta bilang
Rosulullah tanpa ada keyakinan. Bilang cintanya Cuma di bibir saja.
Di buku ini, tak kenal
maka tak sayang.Gue bilang cinta tapi pengetahuan gue setipis tubuh gue soal
nabi Muhammad. Padahal dikatakan akar cinta karena ada pengetahuan tentang
sosok itu. Akhirnya ukhti mulai membaca tentang Rosul, tentang bagaimana orang
orang mencintai Rosul sampai ujung hayatnya.
Rosululloh yang terus
memikirkan umatnya, menghadapai segala penganiayaan, cemohan yang maha dasyat
dan tetap terus berjuang untuk bisa memberikan jalan yang benar untuk umat
umatnya.
Rosululloh yang sampai di
akhir hayatnya, saat merasakan sakaratul maut masih memikirkan umatnya,
“Ya Alloh, dasyat nian
maut ini. Timpakan saja semua maut (rasa sakit) kepadaku, jangan kepada
umatku..”
Rosululloh pernah
menangis dan bersabda, “Aku merindukan saudara saudara seiman.”
Saat para sahabatnya
bertanya, “Bukankah kita saudara seimanmu?”
Rosululloh menjawab,
“Kalian adalah sahabat sahabatku. Saudara seimanku adalah kaum yang hidup
setelahku, mereka beriman kepadaku, padahal mereka belum pernah melihatku.”
Yang paling menggetarkan buat
gue adalah saat Rosul terus menerus meminta keringanan tentang jumlah rakaat
sholat ketika Isra’ Mi’raj menjadi 5 kali sehari saja. Demi apa? Demi umatnya.
Beliau khawatir bila terlampau banyak umatnya tidak sanggup mengamalkannya. Dan
gue jadi mikir, ini dari 50 jadi 5 kali kalau Cuma 5 kali saja masih bolong,
Meykke...Meykke..tipis sekali.
Dari sini gue jadi sadar
kalau kita nggak Cuma harus patuh dan menyembah Alloh, tetapi juga mencintai
penolong kita, pembawa kabar gembira untuk kita, pejuang kita, Nabi Muhammad,
Rosululloh SAW.
Nah, poin lainnya gue
suka banget ini. Hahaha..
Judulnya, Menikah Dini,
Menikah Nanti?
“Wanita yang keji adalah untuk laki laki yang keji, dan laki laki yang keji untuk wanita wanita yang keji (pula). Sedangkan wanita wanita yang baik adalah untuk wanita yang baik, dan laki laki yang baik adalah untuk wanita wanita yang baik (pula)” (QS. Al-Nur (24):26)
Dan juga,
“Seorang wanita dinikahi karena empat perkara, : harta, kecantikan, keturunan, dan agama. Maka, di antaranya pilihlah yang paling baik agamanya, niscaya kamu tidak akan merugi.”
Bagi gue secara objektif,
hal yang paling bisa dilakukan mulai dari sekarang itu yang poin keempat. Kita
hanya modal hati dan iman, dan usaha serta ketekunan untuk selalu mengikuti apa
yang Alloh bilang. Kalau soal harta, gue masih kuliah dan baru akan bekerja..
Kalau kecantikan, ehmm...ya bisa harus rajin facial, creambath, luluran dan
makan yang banyak biar proporsional gitu. dan itu butuh poin nomor 1, uang. Keturunan, bagaimana caranya? Nah,
agama tanpa modal. Siapkan hati yang mantap, niat insun, dan insyaAlloh
predikat solehah dari Alloh akan bisa melekat.
“Sesungguhnya dunia adalah sebuah perhiasan, dan sebaik baik perhiasan adalah wanita solehah.”
Walau pun gue masih
jauuuuuuuuuh dari predikat itu, at least setelah membaca buku nya Ukhti, gue
jadi tahu dan sadar sepenuhnya apa yang harus gue lakuin dan betapa berharganya
menjadi wanita solehah dan dikasih banyak ‘jaminan’ dari Alloh. Lihat saja,
wanita baik akan dapat jodoh baik, dan sebaliknya. Logikanya, kalau semakin kita
mengupgrade diri kita, Alloh pun akan mengupgrade jodoh kita.
Wah, jadi semangat.
Hehehehe...
Nah, sekarang tentang
bagusnya menikah dini atau saat sudah matang?
Karena gue belum pernah
menikah, semua pendapat gue gali dari buku ini bahwasanya menikah itu bukan
hanya tentang Aku cinta kamu, kamu cinta aku, cinta kita memuncah muncah serupa
gunung Merapi yang mbledos kemarin. Cintaku tak terbendung lagi, aku pasti akan
mengertimu, mari menikah sayang.
Nehi. Bukan Cuma mencakup
soal cinta, tetapi sangat sangat luas yang harus dibahas. Menyatukan opini
untuk bisa saling melangkah di jalan yang sama, dengan goal yang sama pula.
Kesetiaan yang harus dipupuk walau melintasi waktu dan jarak. Dan segalanya.
Materi, keluarga, kesetiaan, semuanya. Complicated.
Dari ayat di atas, masih
menurut bukunya ukhti, seseorang siap menikah ketika ia telah berusaha
memperbaiki diri, memantaskan dirinya untuk menjadi pendamping bagi pasangannya
kelak.
Kalau masih ababil, masih
belum dewasa lalu dihadapkan pada keharusan untuk menikah, yang jadi apa?
Peluang tercerai berai
terbuka lebar, itu yang gue lihat dari pengalaman pengalaman temen gue yang
menikah di usia sangat muda. Mereka menikah bukan karena ingin, tetapi karena
harus! Karena sudah tiga bulan.
Tetapi juga tidak menunda
nunda untuk menikah. Di usia misal gue gitu ya, “Ah, menikah 25 tahun ah waktu
udah hidup mapan dan mempunyai kebebasa finansial.”
4 tahun kemudian, “Ah
nanti mau lanjut S2 dulu..”
5 tahun sudah berlalu,
“Waduh, nggak kerasa udah tua...menikah ah..”
Lalu ditampar pada
kenyataan yang mempertanyakan “sama siapa?”
Karena sudah 30an dan
mengingat total laki laki hanya sepertiga dari jumlah keseluruhan wanita di
dunia ini, akhirnya,
“Ya sudah, yang mana saja
boyeeeeh..asal menikaaah...”
Naudzubillah jangan sampai.
Dari buku ini pun gue sebagai wanita jadi tahu betapa wanita itu dihargai dan dilindungi. Rosululloh yang bersabda seperti ini,
"Bertakwalah kepada Allah dalam memperlakukan wanita. Sebab kamu mengambilnya dengan amanah Alloh dan kemaluannya menjadi halal bagi kamu dengan kalimat Alloh. (Menjadi) kewajiban kamu untuk memeri rejeki dan pakaiannya dengan cara yang baik." (HR Muslim)
Jadi tugas para lelaki untuk bisa membahagiakan wanita, dan wanita membahagiakan laki lakinya. Saling membahagiakan. Itu kata bukunya.
Nah, mau dini mau nanti bila sudah menganggap diri mampu dalam mengemban tugas sebagai suami dan istri serta calon ayah dan ibu, it's okay to one step ahead. Tapi, kalau menurut gue jangan menyalah artikan,
"Bukan mampu dulu baru menikah, tetapi menikah dulu maka Alloh akan memampukanmu."
Menurut gue, oke lah nikah tapi kalau nggak ada tabungan dan masih kelabu tentang mau makan apa hari esok bersama ya jangan dulu..karena bagaimana pun materi itu perlu untuk dicari dan sipenuhi sebelum menikah mengingat cinta itu mengenyangkan hati tapi tidak mengenyangkan perut.
Hehehe.
Nah, begitu deh..jadi kalau harapan gue, gua pinginnya menikah itu di usia yang sudah matang berkisar antara 24 sampai 26 tahun. *malahcurhat
Yak!! Dan gue akan segera membaca 3 buku lainnya, bagaimana pun caranya!! Ketiga buku itu adalah :
Harus segera bisa membaca ketiga buku ini! Semangat!!
Wassalam
High end rolex replica uk timepieces will be the best folks in the marketplace. Quite a few parts develop a wrist watch a deluxe see. Special individuals have got specific tips in relation to categorizing a wristwatch like a high end fake rolex sale observe. Several people’s opinion regarding high-class observe is bound to be able to a few rolex replica uk brand names. Those that provide timepieces may well deceived the particular customers in a few situations. Top features of the luxurious observe A fantastic tag heuer replica uk wrist watch provides a lot more qualities than simply displaying sufficient time for your person. These kinds of hublot replica uk timepieces increase the total well being with the personal. Many of these timepieces in addition exhibit enough time regarding numerous moment places, independent of the neighborhood moment.
BalasHapus