Oke, sebelum saya
berlanjut menyiapkan materi bahasa Indonesia untuk anak anak les besok, saya
mau nulis ini dulu. Penting banget ini, penting untuk keterusan kesehatan
mental, hati, dan jiwa saya.
Semua ini berkat
percakapan dengan Ellena tadi siang dan sekonyong konyongnya memercikkan
seember air dingin ke muka saya, melepaskan rantai rantai pembelenggu saya, dan
juga membukakan mata saya lebar lebar diteruskan diganjel sama batang korek
api.
Percakapan via SMS itu
besar maknanya untuk saya. Saya sekarang dan saya beberapa jam yang lalu beda.
Sungguh beda. Jadi begini, saya berubah pikiran.
Saya akhir akhir ini
mengalami sedikit peperangan batin otak melawan hati. Akhir akhir ini hati saya
seperti dilalui badai disusul tsunami begitu. Rasanya seperti saat saya naik
bis Sari, tiba tiba waktu sampai di jembatan Tuntang sana, jembatannya rubuh,
lalu seketika saya terlempar di sungai Tuntang yang mengalir tenang itu. Saat
saya mau keluar, ternyata sungainya berlumpur dan saya terlumat hidup hidup.
Dan percakapan tadi siang menyeret saya ke pinggir sungai dan memberi saya
nafas buatan #piyetopiye
Oke, intinya saya berubah
pikiran. Saya tidak akan terus menerus memakai baju berwarna hitam sekujur
tubuh dan memamerkan wajah saya yang dilipat jadi dua belas sepanjang hari. Saya tidak akan menghindari
kenyataan atau ingin cepet cepet minggat dari Salatiga yang memberi saya
penghirupan hampir 7 tahun ini. Oh, tidak.
Saya akui, hati saya
kalau pun bisa memekik, dari Ambarawa sini, pekikan saya bisa mencapai Salatiga
menelusuri Ambarawa kota, terminal Bawen, Tuntang, Sejambu, dan Salatiga sana.
Kalau hati saya bisa berdarah, darahnya bisa disumbangkan ke PMI. Kalau hati
saya bisa terkeping, bisa dijadikan serbuk pupuk biar bunganya subur. Kalau
hati saya meleleh, tidak bersisa, semua leleh. Dan semua itu karena apa??
Karena cinta. Ya, cinta.
Kalau untung, cinta itu
bisa menguatkan, dan kalau memang lagi buntung cinta juga berkemampuan untuk
memporak porandakan.
Dan melemparkan saya pada
kesimpulan bahwa, inilah hidup. Ada cinta, air mata, kesakitan, bahagia, putus
asa, dan juga sense untuk bangkit di dalamnya. Tertendang cinta, dipeluk cinta,
dan dibunuh cinta.
Sampai di sini saja galau
saya. Percakapan bersama sahabat saya itu menampar pipi saya. Sejauh ini saya
pikir saya sudah menghadapinya dengan sangat baik. Tetapi, lalu saya tersadar,
masih ada yang lebih baik lagi. Dan akan saya lakukan.
Bila ditanya lagi, saya
akan bilang saya tidak menyesal. Saya tidak menyesal akhir dari hampir 5 tahun
ini seperti ini. Dan bila saya dikasih pilihan, tetap akan saya pilih jalan
yang ini. Jalan tentang terjadinya _____. Bukan ______ juga
sih..tapi kayak gitu juga termasuk sih..tapi ya apapun itu..sudah saya
putuskan. Yang saya putuskan adalah ‘akan saya hadapi’
Di lain waktu bila
bertemu lagi, akan saya sapa dengan riang hati. Dan saya akan berdoa agar kita
bisa bertemu lagi, agar saya punya kesempatan untuk menyapa nya.
Di lubuk hati saya
terdalam, saya yakin. Saya akan mendapatkan yang lebih baik dan baik lagi dari
dia. Tapi, sebelumnya, saya ingin berada di masa saya tidak mencintai siapa
siapa. Saya akan menyapu bersih dia dari hati saya. Supaya saat saya jatuh
cinta lagi, saya akan mencintainya whole-heartedly !! bukan alih alih pelarian
atau proses berlari atau alat moving on atau semacamnya.
Saya yakin akan tiba
saatnya saya bisa mempraktekkan apa yang saya lihat di Drama Korea. Saya yakin
sekali. Ini bukan suggestion yang beberapa hari kemudian akan saya klarifikasi
semisal ‘no matter what things I do, I remember you still, in my heart’.
Saya adalah type yang
semakin disakiti, semakin kuat keinginan untuk bangkit dan berdiri.
Dan saya hanya bisa
menutup entry ini dengan mengatakan,
"Merdekahh!!!"
09/12/2012 20:50
comment 0 comments
more_vertTerimakasih sudah mampir ke sini ya... Yuk kita jalin silaturahmi dengan saling meninggalkan jejak di kolom komentar.
Terimakasih .... :)