MASIGNASUKAv102
1413081431726134975

SURAT CINTA SIMALAKAMA

SURAT CINTA SIMALAKAMA
Add Comments
Kamis, 02 Februari 2017
PS. Ini adalah mantan calon cerita cerita gue yang ingin gue bukukan 2 taun lalu. Namun, karena tiba tiba hiatus melanda dan gue nggak bisa menyelesaikan cerita cerita berikutnya serta hidup gue makin lama makin nggak selucu itu, jadilah buku itu tinggal harapan dan kenangan saja. Jadi, daripada teronggok di folder, mendingan gue post aja di sini ya, gaes. Selamat membaca!!


Image result for love letter

Perihal : Surat Cinta

Dengan cinta,
“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...
Hai...apa kabar?
Kemarin ulangan Matematikanya bisa atau tidak? Aku yang nomor 9 nggak bisa, soalnya aku lupa caranya...semoga kamu bisa ya...
Oh iya, aku mau bilang sesuatu.....”

Itu adalah penggalan awalan surat yang gue tulis saat tubuh jangkung yang cenderung terdiri dari unsur kulit, tulang berkolaborasi dengan kentut ini masih berbalut seragam merah putih. Iye, saat gue SD. Seperti anak Indonesia lainnya, saat saat SD adalah saat dimana hal hal baru bertaburan di hidup gue. Salah satunya adalah tahu kalau monyet itu juga punya cinta, cinta monyet.
Adalah Budi, temen gue sekelas. Kita mulai sekelas saat gue menginjak bangku kelas 4. Tapi, guru gue tiba tiba marah marah,

“Meykkeeee!!! Bangku kok diinjak injak!!!”

Lalu, gue ganti. Kita mulai sekelas saat gue duduk di bangku kelas 4.

“Nahhh, gitu...baru namanya anak sopan....”

Dia lebih tua dua tahun daripada gue, tertampar keadaan kalau dia pernah gagal move on sebanyak dua kali. Gue juga heran, Budi masih kecil tapi move on aja susah. Gue nggak bisa bayangin saat dia beranjak dewasa. Dia pasti nyanyi lumpuhkanlah ingatanku karena dia ngerasa menjadi butiran debu. Tapi, kata buku “Cara Berternak Lele Jumbo” yang pernah gue pinjem di perpustakaan, cinta itu buta. Iye, nggak peduli dia gagal move on dua kali, tak peduli lima kali lima adalah misteri yang belum terpecahkan untuknya, atau pun bacaan en a na es i si adalah bubur, toh jantung gue tetep berdegup kencang tiap kali gue ngintipin dia makan gorengan sambil glesotan. Kadang, gue lihat dia makan gorengan sambil kayang. Tapi, intinya dia mau makan gorengan dengan apapun gayanya, gue yakin minumnya teh Botol Sastro. Dia mau kayak apaaaa aja, gue tetep suka. Nah, itu dia. Itu dia perbedaan anak kecil dan dewasa saat mencintai atau menyukai seseorang.

Selain gagal move on dua kali, Budi juga suka ketiduran di kelas. Bahkan, saking asiknya gue pernah liat dia bikin sungai Amazon mana cabangnya kemana mana. Tiap kali musim pancaroba, hidung Budi berlinangan.

“Buseeet, itu hidung apa air terjun?”

Gue kadang suka bingung saking derasnya. Tapi, Budi emang cowok cool. Sebagai cowok gentleman, dia nggak pernah bawa tissue ataupun sapu tangan. Tinggal dia usap pake punggung tangan, beres semua perkara. Walau pun pada akhirnya gue liat semburat semburat kuning di pipinya. Sisa air terjun yang telah mengering. Tapi, bagaimana pun Budi, di mata gue dia yang terbaek. Apapun yang dia lakukan, dia selalu terlihat ganteng maksimal di mata gue.  Dan kalau saat itu, saat gue kelas 4 SD ditanya perihal,

“Kenapa kamu suka Budi?”


Maka, jawaban yang akan gue sodorkan dengan muka unyuk dan polos di bangku SD saat itu adalah,

“Karena aku suka aja.”

Lalu, beberapa hari yang lalu gue mencoba bertanya kepada beberapa pasangan yang hendak menikah.

Gue : “Kenapa kamu cinta sama pasangan kamu?”

Narasumber 1 : “Ehm...karena...gue pikir dia bisa bahagiain gue. Dia udah mapan, bertanggung jawab, cinta keluarga, arif dan bijaksana, rajin menabung dan tidak sombong. Lalu, apalagi yang gue cari?”

Narasumber 2 : “Ya karena dia ganteng, sabar, penurut lagi. Tiap aku minta nganterin ke sana, dia nganterin..tiap aku pingin makan apa, dia beliin...tiap aku capek, dia yang mijitin. Terus, dilihat dari bibit bebet bobot bubut, dia bisa menjadi pemimpin yang baik, why not?”

Narasumber 3 : “Eits, emang siapa yang bilang gue cinta sama dia?”
Gue rasa cinta tak bersyarat cuman bisa terjadi di Drama Korea dan cinta anak kecil kepada anak kecil lainnya. Semakin dewasa seseorang, maka akan banyak syarat yang diajukan untuk bisa mencintai pasangannya.

---

“Inikah cinta??”

Saat itu, gue sedang dilanda kegalauan tiada akhir. Gue makan tak enak, tidur tak nyenyak, dan buang air besar tak lancar. Ternyata, gue perlu minum obat pencahar. Tapi sebenarnya gue sedang dirundung rasa suka. Lalu, Gue curhat sambil makan gorengan di kantin sekolah. Sahabat gue, Fita mengangguk penuh takzim.

“Kata kakak gue, cinta itu kalo lo pernah ngomong ‘aku cinta’, gitu...”

“Jadi, harus ngomong ya?” ucap gue.

“Yoi...”

Tiap hari kata kata Fita terngiang di telinga gue, berputar putar. Saat gue belajar matematika pun susunan angka angkanya tiba tiba berayunan dan merangsek paksa membentuk nama Budi.  Gue juga suka noleh ke dia saat pelajaran. Dia selalu duduk di meja paling belakang dan paling pojok. Mukanya selalu datar dari awal sampai akhir pelajaran. Kadang gue buru buru berdo’a,

“Ya Alloh...tolong Andang ya Alloh...tunjukkanlah dia ke jalan yang benar...” Gue buru buru mengamininya, takut dia tiba tiba kerasukan saking mlompongnya. Tiap bu guru nyuruh dia ngerjain soal atau baca paragraf, dia bengong, umbel menganak pinak.

“Budi, coba kamu jawab soal nomor 7. Dibaca saja dari situ.”

Budi diem....

“Budi, kamu denger Ibu nggak? Coba baca nomor 7 sekarang.”

Budi diem... Suasana berubah tegang karena Budi belum juga baca jawaban nomor 7. Lalu, gue liat mata Budi berkaca kaca. Kemudian berkayu kayu. Lima koma lima detik kemudian Budi sesegukan. Sungguh situasi yang anti-klimaks. Dari situ gue tahu kalau hati Budi sangatlah lembut. Dia ternyata mudah terharu. Gue nggak nyangka.

Dari situ, gue kembali inget kata kata Fita. Kata Kakak Fita, cinta adalah saat lo bilang aku cinta kamu di hadapan orang yang lo cinta. Fixed. Gue rasa dengan hati selembut itu, gue nggak bisa nunggu Budi lama lama. Sebagai juara kedua sekelas, gue harus lebih pintar merancang rencana.
Gue akan nembak Budi. Bukan, gue bukan ingin jadi kriminal, gue cuman mabuk bukan kepayang. Kalau ditanya soal alasan pun gue juga nggak tahu kenapa dan sejak kapan. Yang jelas, pose dia yang paling cool adalah saat dia makan gorengan sambil glesotan. Dia cakep banget kayak Nicholas Saputra.

Tapi, gue punya masalah selanjutnya. Masalah selanjutnya adalah bagaimana cara nembak Budi?

Masa iya gue harus ngomong di depannya,

“Budi, kamu akan aku tembak ya. Kamu udah siap?”

Yang ada Budi nangis lagi, dikira gue bawa senapan kayak di film Rambo yang dulu lagi booming abis. Gue pening banget soal ini.

“Kata kakakku, nembak itu bisa pake surat cinta, Mey!!”

Fita kembali membawa pencerahan buat gue.

“Surat Cinta?”

“Iya, surat cinta. Surat yang isinya itu bilang aku suka kamu gitu.”, jawab Fita dengan penuh keyakinan.

“Berapa kali?”

Di dalam bayangan gue, surat cinta itu seperti ini :

Aku suka kamu.
Aku suka kamu.
Aku suka kamu.
Aku suka kamu.
Nilai :
Paraf :

-bersambung, gaes-

Meykke Santoso

I'm a passionate teacher, an excited blogger, a newbie traveler and a grateful wife. Nice to see you here! I write for fun. Please, enjoy!

Assalamualaikum wr wb,

Terimakasih sudah mampir ke sini ya... Yuk kita jalin silaturahmi dengan saling meninggalkan jejak di kolom komentar.

Terimakasih .... :)

  1. Cintanya anak kecil dan orang dewasa emang beda Meyk, sesungguhnya cinta tak bersyarat itu nggak ada hahaha. Realistis sih sekarang zamannya.
    Btw waktu kecil kok aku nggak surat2an kayak km dan Budi gt ya? Hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya makin dewasa kita emang harus lebih realistis ya mbak.
      itu benar benar terjadi lo mbak. tau deh dari kecil udah bakat jadi penulis kali ya *ngeles

      Hapus
  2. Hm, memang cinta itu suatu yang rumit. Ketika kecil tidak ada hal-hal yang mengotori pikiran kita tentang makna cinta. Pokoknya cinta itu suka. Kalau aku suka dia, ya aku cinta dia, udah cukup sampai situ. Tapi makin dewasa, semakin banyak membaca postingan galau, berbagai goals di OA, dan kontaminasi tentang cinta lainnya, bermuncullah berbagai kata untuk mendefinisikan tingkatan cinta mulai dari baper sampai sayang. Ah, pusing emang mikirin cinta xD.

    Tapi penasaran deh sama isi surat cintanya, apa bener bakal ditulis kayak gitu? :x

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, cinta emang begitu ya. Gue juga nggak ngerti deh.

      Penasaran yaaaa??? Tunggu next episode.

      Hapus
  3. cieeeee.......wkwkwkwkwkw :v

    ini benerankan bukan fiksi???? ceritanya sungguh menarik, tapi terlalu bertele-tele.....hehe

    mungkin bisa dibuat surat yang sangat menarik, lalu kirimkan ke budi lewat perantara seseorang.....hihihi

    semoga complete.

    mungkin kakak bisa

    BalasHapus
    Balasan
    1. ini idenya beneran cuman ada banyak improvisasi atau elaborasi demi kepentingan cerita *halah

      Iya, doakan kakak ya haha

      Hapus
    2. waaahhh..........gk ori ini.....hehe

      Hapus
  4. Mungkin ini yang di namanya cinta bunta (?) tapi masalahya mey km sudah cinta buta waku di bangku sekolah dasar. cepettt bangettt

    BalasHapus
  5. Tulisan macam apa ini? Hahaha bahas tentang surat cinta segala, masih SD gak usah cinta-cintaan, lha wong budi cintanya kan cuma sama Ani, wkwkwk ingat kan pelajaran bahasa Indonesia, Budi dan Ani beramgkkat ke sekolah bersama hahaha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. laaah, bukannya Budi dan Ani itu anak Bapak dan Ibu?? Mereka kan bersaudara!! Gimana toh?

      Hapus
  6. Cinta tak bersyarat? Yah itu mungkin emang cuma ada di drama korea yang perfect bgt. Saran aja buat para cewek. Jangan kebanyakan nonton korea. Gak baik buat para jomblo indonesia. Makin banyak jomblo lagi. Wkwkw

    Ah. Ngerasain surat2an zaman kecil? Gue gak pernah nih. Gue aja cupu bgt. Apalagi yang begituan. Mana berani! Hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, makanya gue sekarang berusaha untuk stop nonton Drama Korea...ya setidaknya gue batasi 1 hari 1 episode aja nggak usah banyak banyak.

      Iya gue juga bingung gue kenapa bisa seberani itu. Gue emang wanita pemberani ya

      Hapus
  7. AAARRRGHHHH, lanjutinnnnnn!!! Gua ga tahan, mana mana lanjutannya, pengen bacaaaaa >_<
    Cerita lu bikin gua teringat sama kisah cinta pertama gua sewaktu SD (ada di blog gua dalam bentuk cerbung berjudul First Love). Kisah cinta monyet itu memang so sweet abis, di saat kita mencintai hanya karena cinta, bukan karena bibit bebet bobot. Naif memang, tapi gua rasa itulah bentuk cinta yang paling tulus. Cinta yang tanpa syarat =)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, setelah gue inget inget juga itu kayak cinta paling tulus kali ya. Eh, tapi enggak juga. Sekarang juga gue sedang belajar tulus mencintai seseorang yang InshaAlloh akan mencintai gue juga dengan tulus dan kita akan hidup bersama saling membahagiakan. Ketik "AAMIIN"

      Hapus