MASIGNASUKAv102
1413081431726134975

Diary Patah Hati Part. 1

Diary Patah Hati Part. 1
Add Comments
Kamis, 04 Agustus 2016
 

Yang gue tahu, move on itu nggak gampang. Dan memang, yang namanya move on di segala bidang itu emang nggak gampang. Mau move on di bidang percintaan, di bidang tempat tinggal, atau pun di bidang pekerjaan. Kayak gue sekarang.Gue habis merasakan patah hati. Ya, perasaan yang menyertai move on adalah perasaan patah hati, bukan?

Gue pikir awalnya gue nggak akan mengatamkan salah satu dream-list gue tahun ini; kerja di sekolah. Tapi, Alloh SWT bekerja dengan cara yang tak terduga. Sekarang, gue duduk manis di lab bahasa Inggris di salah satu sekolah di Jakarta Timur. Ini adalah hari ke-4 gue bekerja menjadi salah satu guru di sini plus menjadi hari hari terberat gue. The first days are never so easy, right? Banyak perubahan yang terjadi dalam rutinitas keseharian gue yang masih selalu gue kangenin, yang minggu lalu juga masih menjadi bagian dalam hidup gue. Dan gue sudah menjalani rutinitas itu selama hampir tiga tahun; bukan waktu yang sebentar.

Sebelumnya gue bekerja di salah satu les bahasa Inggris. Kerjaan gue santai banget, gaes.. Gue baru berangkat kerja pukul 9.30 yang artinya adalah gue nggak perlu bangun pagi. Gue bangun pagi sekedar sholat Subuh lalu gue bisa meneruskan mimpi gue; mimpi bersambung. Lalu, gue masih sempat olahraga dan baca buku, atau mencuci baju. Begitu sampai kantor gue langsung bisa berinteraksi dengan teman teman gue. Kita nyiapin kelas sambil bercanda canda, atau memikirkan tentang game edukatif yang bisa disisipkan di kelas. Tiap siang kita makan bareng di kantor atau mall. Kalau pekerjaan udah beres dan udah capek kita bisa nonton film atau Drama Korea bareng. Lalu, kita akan ngajar bareng bareng. Ngajarnya pun di kelas yang kecil dengan jumlah anak maksimal banget 8 orang. Mudah teratasi. Jam 6 sore kita pulang. Gue nggak pernah kesepian barang sebentar.

Lalu, gue merasa hidup gue harus ada perubahan. Dan akhrinya gue berhasil. 

Di hari pertama gue mengalami semacam 'culture shock', atau bisa dikatakan 'routine shock'. Kenapa?
Karena gue harus bangun jam 5 pagi. Gue harus bergegas karena jam 7 gue harus udah absen di sekolah. Untungnya jarak kost-sekolah cukup dekat; 10 menit sampai. Dan yang paling bikin gue shock banget adalah karena gue guru Lab, yang bisa diartikan sebagai 'penjaga lab Bahasa' yang bisa dimaknai lebih dalam menjadi 'nungguin Lab sendirian'. Di situ hati gue perih. No body I can talk with nor joke with. I have no friends. Gue cuman nungguin anak anak SD berkunjung ke Lab dan gue akan mengajar mereka. 


Ada satu barisan Lab di sini, dan dari semua guru Lab yang ada, gue cewek sendiri. Andaikata partner Lab gue di kelas sebelah adalah cewek, maka betapa bahagianya gue. Tapi, dia cowok. Dan menyendiri di Lab gue rasa adalah keputusan yang lebih baik. Gue nggak bisa ke masjid buat sholat berjamaah atau makan bareng dia, karena perbedaan gender itu. Maksut hidup gue mau jadi pelita untuk bangsa, nanti yang ada gue malah jadi perusak rumah tangga orang. Tidak boleh dibiarkan.

Jumlah muridnya pun meningkat sangat drastis. Kalau biasanya jumlah anak bisa diitung pake jari tangan, ini juga bisa dihitung pake jari; jari tangan dan kaki plus tangan dan kaki guru Lab English sebelah ditambah lagi jari tangan guru Lab Komputer  sebelah. Intinya banyak! Sudah barang pasti cara penanganannya pun berbeda. But thanks God, I can handle that.

Dan dari perbedaan rutinitas yang mencolok itu, gue galau luar biasa. Lebih lebih gue termasuk tipikal orang yang baperan. Lagi PMS, baper. Lagi kangen kampung, baper. Lagi pindah kerja, baper. Lah ini gue pindah kerja di saat gue lagi PMS dan kangen kampung. Baper gue berlipat ganda. 

Hari pertama gue kerja, gue berasa kayak zombie. Harusnya makan di kantin SD, gue pilih makan di kantin SMP karena gue udah punya satu kenalan tapi dia guru SMP. Tapi, atas dasar professionalitas kerja, gue tetep ceria dan mengajar dengan sepenuh hati. Gue berasa jam muternya lama banget. Dan gue pingin cepetan pulang. Gue nggak bisa tidur dan begitu tidur pun gue lagi mimpi duduk di Lab sendirian.

Hari kedua, begitu sampai Lab; tempat yang masih asing banget buat gue, gue duduk. Lima menit kemudian gue nangis. Kenapa? Karena gue pernah baca dan itu yang gue yakini, bahwa menangis adalah terapi melepaskan beban, stress dan kegalauan yang teramat mujarab. Begitu selesai nangis, murid dan gue ngajar as usual. Dan mulai dari situ gue mulai bisa memaksakan diri untuk membiasakan diri dengan kesendirian. Gue cuman berteman AC, dan koneksi internet. Aku rapopo...

Yang bisa gue pelajari di sini adalah dalam hidup, tantang dirimu! Jangan terlalu lama berdiam diri di zona aman dan nyaman, semisal gue. Zona aman gue tahun 2013 adalah berdiam diri di Ambarawa dan menyelesaikan S1 gue. Dan akhir 2013 gue memutuskan untuk hijrah ke Jakarta. Setiap hari selama seminggu gue mulai bekerja di les Bahasa inggris itu gue nangis. Karena gue merasa sendirian dan kesepian, semua hal yang gue temui terasa asing di Jakarta. Di saat itu gue juga sadar kalau hari hari pertama memang tak pernah mudah. Dan gue harus memaksa diri untuk membiasakan diri. Akhirnya gue bisa melewati hari hari berat itu dan di titik tertentu gue bisa menjadikan itu sebagai kebiasaan dan gue menciptakan zona nyaman dan aman. Tiga tahun berselang, gue ada di tempat yang situasi dan kondisinya berbeda, walau masih tetap di dunia pendidikan. Kembali, gue merasakan perasaan tak nyaman teramat sangat dan gue harus menghadapi itu.

Gue sudah mengalami susahnya move on dari mulai move on dari tanah kelahiran, move on dari mantan, dan move on dari tempat kerja. Dan gue bersyukur karena itu artinya hidup gue bersifat fluktuatif, Life is never flat!! Gue bersyukur karena gue bisa berjalan sejauh ini, melakukan hal sebanyak ini dan memberikan kontribusi untuk orang lain sepanjang ini. Dan hidup masih terus berputar. Gue nggak tahu perubahan ini akan menuntun ke arah mana. Tapi, gue yakin Alloh akan menunjukkan jalan yang lebih baik, walau itu belum tentu menjadi jalan yang lebih mudah. Tapi, bukankah jalan yang penuh rintangan akan membentuk kita mennjadi pribadi yang lebih kuat, gaes??
Meykke Santoso

I'm a passionate teacher, an excited blogger, a newbie traveler and a grateful wife. Nice to see you here! I write for fun. Please, enjoy!

Assalamualaikum wr wb,

Terimakasih sudah mampir ke sini ya... Yuk kita jalin silaturahmi dengan saling meninggalkan jejak di kolom komentar.

Terimakasih .... :)

  1. Uuuuu Meykke pukpukpuk
    Btw selamat ya akhirnya km ngajar di sekolah jg. Bener sih awalnya pasti sulit dan berasa ga punya temen. Tp ya jalani aja. Toh masa iya mau di zona nyaman trs. Pukpukpuk
    Semangat meyk pasti km kuat

    BalasHapus
  2. Habis baca ini kok jadi takut ya, tapi ada satu yg bisa dipetik kalo gak boleh terlalu nyaman sama zona nyaman.

    Gue kayaknya bentar lagi bakal ngalamin masa masa ini deh. Maklum, baru lulus kuliah. Berkat postingan ini jadi dikit tau apa2 yg sepertinya bakal terjadi kalo keluar dari zona nyaman :")

    BalasHapus
  3. Pantesan, kemarin kok aku sempat lihat foto Kak Mey sama murid-murid les bahasa inggris sedang sedih-sedihan, ternyata memang sudah mau pindah kerja ya waktu itu.

    Semangat! Bener banget kok, memang untuk pertama kalinya itu pasti berat. NAnti mungkin bisa terbiasa dengan itu semua Kak. Jalani aja, daripada terus-terusan berada di zona nyaman, mending tantang diri buat beranjak dari zona nyaman tersebut, seperti yang Kak Mey lakuin.

    BalasHapus
  4. Duh, sering banget ngalamin yang kayak gini kak. Culture shcok. Berpindah dari rutinitas yang udah nyaman ke rutinitas baru yang sangat asing. Hal-hal kayak gitu emang nggak enak di awal kak. Mungkin memang benar, kita harus memaksa biar nyaman dengan rutinitas baru itu. Semangat kak, semoga cepet kerasan sama pekerjaan barunya.

    Yo'i, bener banget. Live is never flat, but circle. #apaan

    BalasHapus
  5. Aamiin ya rabbal alamin.

    Btw emang iya sih, awal awalnya bakalan ngerasa jleb dan bedaaaa banget ya, tiap kali move on dari tempat baru. Tapi ya namanya juga adaptasi

    Tetap semangat, Sensei.
    *eh

    BalasHapus
  6. Syemangat kak Mey!!! Namanya juga masih awal, kayaknya semua orang juga pasti pernah ngerasain hal yang sama.

    In syaa Allah pelan pelan pasti bisa beradaptasi dan menciptakan zona nyaman yang baru.

    Semoga betah dengan kerjaan barunya :)

    BalasHapus