MASIGNASUKAv102
1413081431726134975

WHAT'S INSIDE THE CLASS Chapter 3 (Pencil! Book! Lunch Box!!)

WHAT'S INSIDE THE CLASS Chapter 3 (Pencil! Book! Lunch Box!!)
Add Comments
Jumat, 21 November 2014

Ngajarin anak kecil itu rentan hal hal tak terduga. Gue masih inget saat kali pertama gue ngajar anak kecil. Walau pun skripsi gue juga mengamati kegiatan belajar mengajar anak anak TK di deket kampus sebanyak 20 kali, tapi ternyata ngeliat orang ngajar anak kecil sama ngajar anak kecil itu bedanya luar biasa. Dulu saat skripsi gue cuman duduk di pojokan sambil –makancattembok- megangin si Konhi*. Saat istirahat juga gue cuman ngeliatin mereka main tanpa berani menyentuhnya. Takut nangisin. Anak orang.

Lalu, tiba saatnya gue harus menghadapi kehidupan. Saat itu adalah kali pertama gue ngajar anak kecil. Dan apa yang terjadi?? Anak pertama merem melek sambil tiduran di karpet dan anak kedua berkaca dengan bibir bergetar seakan berkata, “Pulangkan aku pada mamaku.”

Dari situ setiap hari gue terus belajar tentang bagaimana meluluhkan hati anak anak. Sekarang, saat gue sedang labil kayak anak SMP, begitu gue ngajar mereka, gue jadi stabil lagi. Saat gue kangen adik gue di rumah, begitu gue ngajarin mereka lalu joget bareng atau mainan tembak tembakan, kangen gue akan sedikit terobati.

Beberapa bulan yang lalu saat gue belum begitu mahir menangani anak kecil yang suka susah dimengerti kayak hati, ada anak yang entah kenapa tiba tiba dia nglemparin mainan ke tembok. Gue kalang kabut. Gue mengatakan kata kata mujarab serupa “Heyyy, don’t do that. I will not give you stamp yaaaaa....” Jadi, setiap anak akan dikasih stamp setiap habis kelas dan saat stamp sudah mencapai jumlah tertantu, stamp itu bisa ditukar mainan. Lah ini, begitu gue bilang gitu, bukannya mereda, dia malah menggelepar gelepar di karpet sambil ngusap ngusap mata yang mulai ada airnya. Gue makin tidak mengerti akan hidup ini. Gue bingung. Gue kehilangan arah hidup. Rasanya gue juga pingin ikutan gelesot sambil meres mata, tapi gue takut nggak dibayar.

Tapi kemudian gue mengerti kalo ngajar anak itu nggak cuman pake otak, tapi pake hati.

Anak itu bernama Marvel. Sekarang dia kelas 1 SD dan sudah mahir menulis kata kata, tapi dalam bahasa Indonesia.

Miss : “Write down eraser (baca : ireser), please...”

Marvel : “Tulisannya gimana?”

Miss : “e-ra-ser.”

Lalu, dia akan menulis eraser dengan benar. Dia juga bisa menulis book, pen dan pencil. Hobi Marvel itu mainan lego. Pilihannya adalah tiga, kalau nggak bikin senjata/pistol, rumah atau pesawat tempur. Saat membuat pistol, dia pasti akan membuat gun dua.

“This is for Miss Meykke.”

Lalu, kita akan main tembak tembakan. Tebak gue jadi apa?? Monster!! Tiap kali Marvel dan teman temannya selesai bikin gun, gue juga akan diberi gun satu dan serta merta gue akan berdiri sok gagah, lalu jalan kayak monster yang setelah gue pikir pikir gue lebih mirip Genderuwo nggak makan 5 hari.



Marvel dkk : “Shoooot Miss Meykkeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee!”


Mereka langsung berhamburan di segala penjuru dan mengunci posisi gue yang sedang berdiri di tengah kelas. Lalu, saat bang berkumandang gue akan pura pura ketembak, lalu siap untuk menggelepar gelepar di lantai.

Marvell : “Miss...belum mati. Matinya nanti...”

Miss : “Owh? Not yet?? Oke oke...” Lalu dengan kekuatan bulan gue nggak jadi mati dan kembali jalan kayak monster cenderung genderuwo nggak makan seminggu.

Setelah bang beberapa kali, gue akhirnya jadi menggelepar di lantai dan mati. TAMAT.

Miss : “Oke now please tidy up your toys. We are going to study now.”  

Marvel dan teman temannya ini les setiap hari Selasa dan Kamis jam 3 sore. Setelah bermain, kita akan belajar tentang benda benda yang kerap mereka jumpai di dunia yang fana ini. Mereka juga belajar menulis dan membaca.

Marvel adalah salah satu yang sudah bisa membaca dibandingkan dengan anak seusianya. Daya tangkapnya cepat dan rajinnya nggak ketulungan. Bahkan pernah saat itu dia lagi sakit mata, tapi tetep berangkat les. Dia juga calon sosok yang perfeksionis. Siapa saja yang menulis namanya hanya dengan satu ‘l’ akan diprotes.

“Miss, Marvell itu ‘l’nya dua.”

Marvel dan Vicco, temannya juga sudah bisa memberi intruksi atau bicara dalam bahasa Inggris serupa,

“What are you doing??”

“What is that?”

“This is my pencil”

“Where is my pencil?”

“Don’t do that!”

“I want to play first.”

“I don’t know.”

“I don’t want.”

Dan masih banyak lagi.

Pelajaran terakhir Kamis kemarin adalah perihal “Back To School” dengan banyak kosakata bahasa Inggris seputar barang barang sekolah. Berhubung kemarin yang berangkat cuman Marvell, jadilah gue dan Marvell belajar berdua. Lagi lagi bersama Konhi*, gue bisa mengabadikan momen ini.



See?? Ngeliat Marvel semangatnya berkobar, gue jadi ikutan bersemangat tiada tara. Dia juga suka mengeluarkan statement yang mencengangkan kayak Cak Lontong.

Di suatu siang, gue pake kacamata model cat eyes buat nutupin bawah mata gue yang makin menghitam kayak panda insomnia 5 bulan karena tidurnya cuman kalau pas ketiduran doang. Gue pake kacamata udah kayak anak SMP ababil yang mengalami konspirasi hati kayak gini.



Lalu, saat gue ngajar Marvell, gue sempet tanya sama dia.

Miss : “Marvell, Miss Meykke is beautiful or not wearing the glassess?”

Marvell : “Miss Meykke kalau pake kacamata cantik, tapi kalau nggak pake kacamata cantik banget.”

Rasanya gue pingin ambil hulahup saat itu juga. Tapi gue inget, gue lagi jadi Miss Meykke. Mood gue yang sebelumnya anjlok karena mie ayam di kantin tutup jadi melonjak kembali. Itu semua berkat tingkah polah anak anak yang suka tak terduga kayak nilai tukar mata uang Rupiah.

Dan memang benar, ngajarin anak kecil walau pun jauh lebih susah daripada ngajarin anak gede, tetapi setiap kali mereka bisa melakukan atau mengatakan apa yang kita ajarkan, bahagianya juga berlipat lipat kayak menang lotre.

Kali ini gue mengabadikan momen Marvel ngapalin benda benda sekolah, siapa tahu beberapa tahun kemudian, 10 atau 15 taun, si Marvell dewasa lagi browsing internet dan nemu nih blog. Lalu, saat dia ngeliat empunya blog, dia akan berkata...

“Lahhh, ini khan Miss Meykke yang kalo pake kacamata cantik, tapi kalau nggak pake kacamata cantik banget??” *ngarep

Kalau gini caranya gue jadi pingin melakuka pose maju cantik mundur cantik di depan menara Sutet. Kids make my life colorful and full of story. Orang bijak benar tentang Pelajaran Hidup Nomor 56 :

"Mengajar adalah Belajar. Guru mengajari murid tentang pelajaran. Dalam waktu yang bersamaan guru belajar dari murid tentang kehidupan."


So, when it comes to farewell, when I have to continue my life later, I’m gonna bring all the memories about them along with me. This moment is too worthwhile to forget. Thank you very much.

*konhi : Nikon Hitam
Meykke Santoso

I'm a passionate teacher, an excited blogger, a newbie traveler and a grateful wife. Nice to see you here! I write for fun. Please, enjoy!

Assalamualaikum wr wb,

Terimakasih sudah mampir ke sini ya... Yuk kita jalin silaturahmi dengan saling meninggalkan jejak di kolom komentar.

Terimakasih .... :)

  1. Boleh gak saya bimbingan belajar dgn Kak Meyke Santoso???? butuh kesabaran tingkat dewa ya.... Belajar dan Mengajar sama-sama hal suli, tapi itu sebuah inveastasi masa depan loh.... Makasi banyak ya

    BalasHapus
  2. Aku suka anak kecil, Miss.
    rasanya jadi pengen nyoba ngajar anak-anak. Have fun :D
    Gak semua orang bisa ngajar anak kecil..

    BalasHapus
  3. Miss meykkeee... bener banget tuh... ngajar anak kecil bukanlah hal mudah. Apalagi ngajar anak seusia anak tk ...ampun....!! Ngomong gini soalnya juga pernah ngajar mereka.... hehe.

    Bu guru keren!! bisa juga ya main imajinasi tingkat tinggi, tembak tembakanlah... hehehe. Bu guru emang pantes jadi guru... selamat hari guru ya bu... eh, mbak guru maksudnya hehehe

    BalasHapus
  4. Susah ya ngajar anak kecil? Itu yang kita rasain ketika sudah dewasa. Ngajarin anak orang emang susah-susah gampang sih, kadang kalau kita terlali baik malah ngelunjak, kalau kita marahin, gak enak juga soalnya anak orang lain hahaha

    BalasHapus
  5. Menurut gue, sih. Tingkat kesusahannya terletak di bahasa yang kita pake. Emang gak mudah buat mereka faham sama apa yg kita maksud. Kita harus nyelemin mereka. "Sungai kali, nyelem" :D

    Semangat kak mey.. Jadi guru yg baik ya.

    BalasHapus
  6. mbak mey serubanget sih kayaknya maen maen sama anak TK, anak SD mulu.Kemaren sama akim, sekarang sama marvel. Kalo aku kayaknya gak bakat deh. Habisnya kalo ketemu anak kecil kalo belum nangis sama aku itu kayaknya sesuatu yang gak mungkin :D

    BalasHapus
  7. setelah baca cerita yg kemarin aku jadi suka baca cerita selanjutnya, iihh lucu banget, pasti seru ya main sambil belajar, semoga kita selalu jadi guru yang memahami muridnya, oh btw Miss, Marvell itu ‘l’nya dua !! haha

    BalasHapus
  8. Pelajaran hidup nomor lima puluh enamnya keren... like it... jd ternyata ngajar anak kecil itu lucu bingit yah miss... meski awalnya agak kepayahan ngajarin mereka tp klu udah kebiasaan jadinya malah seru dan asyik

    Penasaran deh sama videonya Marvell 'double ll yya, hehehe video2 yg kemarin jg tp krn bwnya cm lwt hp dengan kuota terbatas jd gak bisa intipin...

    BalasHapus