MASIGNASUKAv102
1413081431726134975

Hello Monas, See You Monas!!

Hello Monas, See You Monas!!
Add Comments
Kamis, 27 November 2014
Tiang putih bersih yang menyundul langit dengan kuncup emas yang berkilatan serupa kobaran api abadi beralaskan cawan raksasa, perlambang semangat perjuangan para pahlawan yang berkobar kobar. Orang orang menyemut demi pemandangan Jakarta sepenuhnya dari puncak tiang. Ahh, lihat!! Pedagang layang layang pun tak ingin ketinggalan. Dia menerbangkan layang layang berlapis lapis di udara, lalu di bawahnya pasangan muda mudi menikmati kibaran kertas berekor itu merajai langit Jakarta sambil minum es potong biar ngirit. Namanya juga usaha. Dengan berbagai modus, orang berbondong bondong melingkupi bangunan dan sekitarnya di Minggu menjelang siang itu. Terbakar terik mentari??? Hahaha. Biarkan saja asal hati senang!!



Terdapatlah tiga wanita yang menjadi salah satu pengunjung bermodus yang ikut menjejali tugu. Mereka adalah Umami, Annisa, dan Meykke alias gue. Yapp, minggu itu adalah minggu cerah yang mengantarkan kita bertiga menikmati udara Jakarta dan melalang buana bersama bis TransJakarta yang cuman bayar 3.500 saja.

Malam sebelumnya.....

Jam 8 Umami datang. Dia jauh jauh dari Lombok demi sebuah kesempatan masa depan yang lebih cerah. Yakk, Uma baru aja mengikuti interview di Jeckardah. Tiap kali Uma datang, gue kasian. Gue kasian karena backpacknya itu beeeeuhhhh.....segede rudal. Tinggal dikasih kuncup terus dinyalain, backpack Uma beserta Uma bisa sampai bulan. Sejam sebelumnya gue janjian ketemu Mbak Nisa di mall depan kost. Ini adalah ketiga kalinya gue ketemu mbak Nisa setelah sekitar dua tahun yang lalu saat gue masih ababil gue ketemu mbak Nisa dan menjejaki pantai Sundak bersama di Jogjakarta.

“Jadi kalian tidur bertiga?”

Pertanyaan bagus. Iya. Karena tamu adalah raja, mereka tidur di kasur dan gue tidur di karpet sebelahnya. Namun, tidur nyenyak gue sedikit terganggu karena gue sering diserang secara brutal oleh Uma. Saat gue mimpi ayunan sama mantan misalnya, tiba tiba kepala gue ditimpuk batu. Saat gue terbangun, ternyata tangan Uma. Saat gue mimpi ngobrol sama gebetan, tiba tiba gue sesak napas kayak iklan obat asma scene dililitin tali. Lahh, setelah gue bangun kepala Uma dengan syahdunya mendarat tepat di dada gue.  Berat keleuuusss... Tapi gue nggak papa, ini terjadi mungkin karena dia lelah dan dia mulai lapar.

Paginya, kita bertiga siap siap dan mulai melangkahkan kaki pukul 8 pagi. Lalu, apa yang akan terjadi pada hidup kita bertiga Minggu itu, 10 November 2014??

PELIKNYA PETA TRANSJAKARTA!

Walau pun gue yang tinggal di Jakarta, tetapi masalah rute TransJakarta telah gue mandatkan sepenuhnya kepada Uma. Mengapa? Karena gue nggak bisa baca peta. Sedangkan Uma yang sudah naik turun gunung Rinjani di Lombok sana dengan bermodalkan peta pasti sudah sangatlah mahir level advanced player. Jalan sama Uma gue berasa jalan sama Dora. Kalau Uma adalah Dora, gue Boots dong?? Nasib!
Bahkan, saking semangat dan niat yang berkobar tiada tara, Uma udah siap dengan peta portablenya yang dia unduh dari Google. Jangan salahkan gue karena gue nggak bisa baca peta rute TransJakarta ya karena ini sungguh pelik kayak peta kehidupan. Noooooh!



Gue menatap nanar peta rute yang ada garis warna warni sambung menyambung di mulut shelter, sedangkan Uma dengan lancarnya membacakan garis demi garis yang saling bertumpuk di shelter Sarinah kek, shelter Cawang kek, shelter Istiqlal. Owh come on! Menelisik peta transjakarta aja gue nggak mampu gimana mau  menelisik peta kehidupan gue yang berliku? Di titik ini gue mengalami gamang mendadak. Tapi hidup terus berjalan. Uma itu tak ubahnya bagai pepatah “Sepandai pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga” yang bila diartikan akan menjadi semacam sepandai pandainya anak gunung baca peta pasti akan tersesat juga. Saat kepala gue mulai berayunan dengan mata merem melek, tiba tiba Uma memberi mandat untuk turun di halte selanjutnya yang sudah ada di depan mata. Begitu turun, gue dan Uma langsung keluar shelter. Begitu keluar shelter, gue melihat gelagat kurang baik dari hidung Uma yang kembang kempis.

Gue  :“Bukan ini Seph shelternya?”

Uma : “Owh, bukan. Ternyata kita tersesat.”

Gue : “Butiran debu nggak?”

 Uma : “Lu pikir ini lutchu?”

Gue : “Yaelah serius amat, orang tersesat naik busway ini, nggak kesasar di gunung Rinjani.”

Mbak Nisa : “InshaAlloh ketemu jalannya. Semua pasti ada hikmahnya. Jamaah oooooooooooohhhh Jamaaaaaaah!”

Dan ternyata kita nggak jadi kesasar karena masih ada beberapa shelter ke depan untuk bisa sampai di tujuan. Jadilah kita masuk lagi ke shelter. Untung Uma udah beli kartu Indomaret karena sekarang sudah banyak halte yang tidak memakai cash. Kita nunggu bis lagi dan akhirnya walau kali ini nggak dapet tempat duduk, tapi gue yakin Uma akan membawa gue ke jalan yang benar. Di sini gue sadar tentang pelajaran hidup nomor 78 :

“Jalan sesulit dan sepanjang apapun tak akan terasa sulit dan panjang, asal dijalani bersama teman teman.”

KEGAGALAN ADALAH KESUKSESAN YANG TERTUNDA, WALAU KAPAN KAPAN.

Sekitar jam 10.30 kita bertiga akhirnya berhasil menjejakkan langkah dan menyaksikan megahnya tiang paling tinggi se-Indonesia dengan ujung emas yang masih kuncup. Terakhir kali gue ke sini adalah saat gue study tour jaman SMP dulu. Itu pun hanya memutari monas dua kali naik bis dan pergi lagi. Dan sekarang keinginan terbesar kita adalah mencapai puncak kobaran emas abadi dan menelan pengalaman menatap Jeckardah dari ujung ke ujung. Kita akan masuk monumen dan naik sampai atas, lalu keluar sebentar di cawan raksasanya dan berfoto ria di sana. Mumpung muda!

Monumen Nasional atau yang populer disingkat dengan Monas atau Tugu Monas adalah monumen peringatan setinggi 132 meter (433 kaki) yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Hindia Belanda

Begitu sampai, jangan lupa foto foto!!

suasana para muda mudi yang dimabuk asmara.

Jalan menuju lorong bawah tanah yang mengarah ke pintu masuk monumen.
Setelah foto foto, kita kemudian mencari jalan masuk menuju monumen. Ternyata mencari jalan masuk ke Monasnya pun sangat pelik. Gue udah muterin pagar Monas tapi nggak juga ketemu. Lah ini tinggal pake baju ihram udah kayak umroh. Mana panasnya kebangetan. Dan ternyata setelah tanya bapak penjual cendol, pintu masuk area monumen ternyata di jauuuuh sana, di balik patung dan turun ke jalan bawah tanah!!! Iyess, gue juga baru tahu kalo masuk ke museum yang di dalam Monasnya, gue harus jalan di jalan bawah tanah dulu. Segeralah kita ke sana dan apa yang kita dapati???

“Yang beli tiket sekarang, nanti naiknya lagi jam 3 yaaaa...” Pak satpam merobek robek harapan gue.

Padahal gue sampe kebawa mimpi bisa naik sampai atas terus bungee jumping dari atas biar kayak di Macao Tower. Tapi, kalo di Monas yang ada gue kebentur pinggiran cawan. Padahal gue masih pingin punya dedek lucu lima biji. Dan sekarang, apa yang harus kita lakukan?? Kita sudah datang jauh jauh dari pinggiran Jakarta Timur. Kita sudah naik angkot, naik bis trans Jakarta yang desek desekan, kesasar, jalan puanjang membentang, mana muterin Monas dulu, dan sekarang?? Apa yang gue dapet??

Sebenarnya gue pingin menawarkan sesuatu.

Gue : “Gimana kalau...”

Uma : “Nehi, Seph. Lu khan tau besok gue jadwal interview. Gue nggak mau pulang malam.”

Mbak Nisa : “Iya dek. Kamu khan tau Bekasi jauuuuuuh.”

Pupuslah sudah harapan gue.

suasana di bibir lorong.
Dafter harga tiket yang murah bingiiiitttt!!
Muka orang orang yang diterpa kegagalan.

Benar kata temannya Mbak Nisa, kalau pingin menuju puncak gemilang cahaya, gue harus sampai sini setidaknya sebelum pukul 10 biar bisa naik saat itu juga. Maklum, pengunjung tumpah ruah dari balita hingga kakek nenek.

Tapi tak apa, hidup memang tak selalu seperti yang kita inginkan. Benar kata pepatah,

“Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda, walau kapan kapan.”

Gue : “Seph, kapan dong kita ke sini lagi terus berangkat Subuh biar bisa naik?”

Uma : “Kapan kapan...”

Gue : “Nasib!”

Di luar lorong banyak sekali penjual cinderamata serupa ini dengan harga 10.000 dapet 3!!!


MASUK TIPI!

Agaknya kegagalan sebelumnya telah mengantarkan kita ke pengalaman pertama kali seumur umur. Setelah kita mengobati kekecewaan dengan makan es potong 3000 rupiah di pelataran Monas, kita segera menuju ke taman yang ada di pinggir Monas. Sumpah, mataharinya ganas bingit sampai kaki gue juga tetep panas walau pun ditutup rok.

Kita akhirnya duduk sambil ngadem di taman itu. Kita ngomong ngalur ngidup sampai permasalahan tentang perbedaan es kado dan es potong juga kita bahas. 

Lalu, tiba tiba ada mbak mbak berbaju hitam bertuliskan NET TV datang mendekat. Mereka tanya nama kita dan mereka bertanya tentang hari apakah ini???

Dari yang awalnya ragu ragu, Uma akhirnya bisa mengingat ingat tentang apa yang terjadi di 10 November sehingga bisa ditetapkan sebagai hari Pahlawan. Tapi, setelah gue cek di siarannya, ternyata scene yang ditampilkan adalah scene saat Uma terlihat bingung dengan gue yang cuman tampak sekitar 5 detik saja. -.-

Reporter cantik : "Mbak, tau nggak mbak hari ini hari apa?"

Gue : Hari Minggu.

Uma : "Hari Pahlawan."

Gue : "Alhamdulillah nggak ada yang denger."

Reporter : "Mbak tau nggak kenapa 10 November disebut sebagai hari Pahlawan?"

Gue : "Duh, apa ya...dulu pernah keluar di test Sejarah sama Pak Saeun di SMP."

Uma : "Uhm..yang setelah kemerdekaan itu nggak sih?? Apa ya??"

Mbak Nisa : "Yang peristiwa di Surabaya itu bukan??"

-End-

Demi menjaga nama baik kita bertiga, gue nggak akan ngasih link. Jadi, jangan sampai ada yang buka di youtube pake keyword “IMS hari Pahlawan”. Jangan ya, peliiiisssss....Andaikata bisa ditukar balik waktu, gue pingin nama gue disamarkan dengan muka yang diblur dan suara dicemprengkan. Tapi, gue mikir. Ini pengunjung Monas apa penjual es pisang ijo pake boraks dan pewarna tekstil?? 





DIFOTOIN ABAH ABAH

Setelah kejadian itu, kita ingin bergegas move on karena dwelling in the past itu nggak enak. Nahh, sekarang saatnya foto foto sesi kedua dengan background masih tiang tinggi menjulang itu.

Uma

Annisa

Meykke


 Jadilah kita foto sendiri sendiri sampai pada akhirnya gue dan teman teman pingin foto bertiga. Maksut gue ingin mengulang kesuksesan gue saat foto bareng temen temen kuliah, gue ubah tuh tongsis jadi tripod berganjalkan tas yang disusun melingkar. Cuman, karena anginnya terlalu kencang, tuh kamera hampir jatuh mulu. Tiba tiba saat gue berusaha keras, datanglah abah abah baik hati, tidak sombong, suka menolong dan suka menabung amal.

Abah : “Wah, nanti jatuh lho...sini abah fotoin aja.”

Gue : “Hmm?? Owh baik pak, terimakasih..”

Gue rasa orang Jeckardah yang macam ini tuh bisa dibilang 1 banding satu juta. Jadilah kita bertiga pose elok rupawan.



Setelah gue perhatikan, gue gamang. Ini kite foto di depan Monas apa foto di tiang lampu tol Jagorawi? Apalah arti Monas tanpa kobaran emasnya? Tapi, nggak papa. Udah alhamdulillah difotoin daripada Konhi jatuh terus mati? Bisa bisa gue nangisnya 7 hari 7 malam
.
Kita : “Terimakasih paaaaaak...”

Puas berpanas panas sambil menebarkan kenangan di segala penjuru arah mata angin, kita bergegas ke mesjid Istiqlal untuk sholat Dhuhur. That was my first time!! Saat dulu gue masih jadi Ambarawa girl (dan sekarang gue masih Ambarawa girl, I love my hometown a lot), tiap kali Idul Adha dan Idul Fitri gue selalu ngeliat pak Presiden sholat di mesjid ini dan menyaksikan betapa megahnya mesjid ini dari balik layar TV. Now, I am hereeeeeeeeee!!!

Namun, karena di dalam sedang ada semacam pengajian dan males nitipin barang, kita bertiga akhrnya setelah bergantian sholat di semacam selasarnya, serupa ini.

Sholat di selasarnya

Di sini adeeeeem...sejuuuuukk..
 Dan tetep, kita meninggalkan jejak.


Teteeeeeep...


Pukul 2 akhirnya kita memutuskan untuk menyudahi petualangan kita ini. Mbak Nisa langsung pulang ke Bekasi, dan kembali gue dan Uma meniti shelter dan menunggu Trans Jakarta yang tak pernah sepi penumpang.

 Perjalanan kali ini, walau kembali menuai kegagalan tapi gue tetap riang bukan kepalang. Siapa tahu kapan kapan gue bisa naik ke atas sana bersama orang lain dengan pengalaman lain yang tak kalah serunya, walau kapan kapan.

Sayonaraaaa!!!


But for me, this trip is totally fun!!

Thank you for Uma and Mbak Nisa who took me out and altogether shared the moments. Let’s have another trip!
Thank youuuuu :*


Mimpi gue masih sama. Gue pingin ke Lombok dan menjelajah pantai bersama Uma mumpung Uma ada di sana. Dan walau pun pada akhirnya Uma berhasil, kita bisa ke sana bersama sama. Uhm...when? Next year? Next two years? Just let’s see what happen later! :D


Meykke Santoso

I'm a passionate teacher, an excited blogger, a newbie traveler and a grateful wife. Nice to see you here! I write for fun. Please, enjoy!

Assalamualaikum wr wb,

Terimakasih sudah mampir ke sini ya... Yuk kita jalin silaturahmi dengan saling meninggalkan jejak di kolom komentar.

Terimakasih .... :)

  1. udah jauh2, kesasar pulak tapi nggak jadi naik ke atas monasnya -__- duh kasian banget kamu mey. lain kali berangkatnya jam 5 subuh ajah haha

    seru yah kalau sama temen walaupun tujuan utamanya nggak kecapai, mungkin nanti mah bisa lah.

    semangat yah Ambarawa Girl :)))

    BalasHapus
  2. Seru banget deh ah, niat banget ya jamaahhh oooo jamaahhh...

    jujur gue engga ngerti baca petanya transjakarta, itu sebabnya gue gamau naik busway sendirian, takut nyasar jauh, iya kesasar jauh dan tidak lagi mengenali dirinya :') haha udahlah jamaaahhh ooo jamaah...

    BalasHapus
  3. Kita sama-sama buta baca peta rute transjakarta, dulu aja pernah nyasar karena salah naek bus, sebenernya salah berdiri, malah naek bus yang lawan arah, berhubung udah malem ujung-ujungnya malah naik taxi hahaha

    Monas ya, waktu ke jakarta sering banget lewat monas, tapi gak pernah masuk. Abis baru aja ngomong pengen ke monas, gue malah di katain norak ama temen gue yg asli jakarta, asem ---"

    BalasHapus
  4. Kak izin liat cuplikannya di youtube. kirain lama bakalan diwawancarai, eh taunya bentar itu, mana muka kak meykee gak nampak :D.


    Sebagai orang sumatera yang notabene gak pernah ke jekardah, saya jadi tau kalo mau masuk tugu monas harus dibawah jam 10 pagi beli tiketnya. Di Riau peta Transmetro Pekanbaru gak seribet itu, tapi memusingkan juga, palingan sering pake google maps daripada make peta TMP.

    Yang poto bertiga keren, kalo emasnya keliatan :D

    BalasHapus
  5. Duh, kasian amat enggak bisa ke puncak. Ntar kapan kapan sama saya, mey, ke Monasnya. Lama juga enggak masuk ke monumennya. Biasa cuma maen di taman. Hehe

    Yang Lombok, boleh juga dong entar ngikut ke sana, biar bisa lihat banyak destinasi di sana. Salam buat mereka ya, dari calon teman perjalanan. :D

    BalasHapus
  6. wow meyk...jalan-jalan terusssss....
    oh, jadi peta transjakarta seribet itu ya...mengerikan....
    ah parah banget udah dibela2in tapi nggak bisa naik monas,
    but kayaknya terobati tuh kekecewaannya dengan bisa masuk tipi...hahahaha

    BalasHapus
  7. enaknyaaa bisa jalan-jalan. saya aja belum pernah ke monas *uhuk* *miris* :v

    BalasHapus
  8. Monas... monas.... aaahh ceritanya serruuh kak... pingiiiin jg ke sana oia kirain kak Mey tinggal di jekardah jd sudah sering ngunjungin monas...
    Samaan... sy jg gak pinter baca peta... duh klu ngebayangin saya ada di jakarta... pasti udah tersesat kali yaaa.. hehehe

    Amiin... semoga giliran kak Mey yg berkunjung ke tempatanya Uma itu tercapai^^

    BalasHapus
  9. Gue belum pernah ke monas. Yaa.. jauh banget jaraknya~

    BalasHapus
  10. Wah.. Pasti nyeseknya di sini. Udah jauh2, pake nyasar malah gak bisa naik puncak Jonas.. :).

    BalasHapus
  11. Itu muda-mudi yang pacaran itu kamu poto diem2 kak? Aduh, aku jadi takut kamu poto waktu pacaran nih. Emmmm, tapi aku baru inget kalau gak punya pacar. Jadi aman deh ya? Haha! :p

    BalasHapus
  12. asik bener dah jalan2 ke monas bareng temen2 sebaya. btw gue udah pernah tuh sampe ke puncak monas, antrinya emang kurang ajar bener sampe muter2 kayak uler tangga -_- , kapan2 kemonas lagi lah bareng2 anak BE :D

    BalasHapus
  13. Aku lihat vidionya di you tube loh, kak Meyke cuma numpang ngenalin nama doang...kagak jawab pertanyaan dari repoternya hehehe...
    Tapi lumayan deh udah bisa ngeksis di tipi wkwkwkw

    BalasHapus
  14. Kakak, aku nitip cenderamatanya donk :p hehehe
    Aku seumur2 belum pernah ke monas. :D

    BalasHapus
  15. Wahaha.. keren banget. kak meyk.

    Meskipun dengan sangat keras berusaha bisa sampai kesana, dan juga entah berapa lama menunggu momen-momen yang pas untuk dateng ke monas, dan parahnya gagal naik ke puncaknya. Tapi malah dapet hal yang enggak keduga-duga, ya, masuk tv meskipun cuma 5 detik :P

    hahahaha.. aku dulu pas stm juga seringloh, ngomong pengen ke monas.. tapi cuma ngomong.. cuma ngo...

    BalasHapus
  16. ewwwwwhhh teman emang mesti gitu kak meyk.. kalau bertamu ke rumah mesti jadi babunya dia -_- zzz
    wkwkwkwk tapi enak ya bisa gituhh.. kalau di pekanbaru ga terlalu banyak tempat kayak disana..
    aaaaakk, itu mimpinya keren banget, lagi naik ayunan sama mantan kena timpuk batu.. jangan jangan itu batunya dari pacarnya mantan.. :3

    BalasHapus
  17. i totally enjoy to read it. ehehe.
    walau gagal, perjalanannya asik. asli. dari mulai bingung bc peta, salah trun d shelter, sampai tawaf d monas dan masuk tipi. ahaha

    ke puncak monas mah gampang, lo kan tinggal d jekardah, moga cpet kesampean ke lomboknya.

    BalasHapus
  18. jalan bareng teman itu emang paling asik, walau kesasar tp itulah sensasinya. hehe.
    aku aja blum pernah liat monas kak mey :(
    mudah-mudahan kakak bisa sampai k puncak monas dan ke lombok yaa. amin.
    dtunggu kisah travelling berikutny :)

    BalasHapus