“Jalan jalan membelah
jejalanan Ibu Kota Indonesia naik motor”, itu adalah bunyi salah satu bucket
list yang masih gue pegang teguh sampai sekarang. Dan hari ini gue rasa gue
sudah memulai melintasi garis start dan pelan tapi pasti gue menginjak ruas jalan
Jakarta.
Hari ini genap 6 hari
Sera*1 nginep di kost gue, bertengger dengan sangat anggun di ruang tamu kost. Dengan wajah yang awet muda tanpa balutan krim Korea dan badan perkasa bak
ikutan OCD dilanjutkan pilates, terkadang yoga, tante gue mengikhlaskan dia untuk
hidup bersama gue dan menjadi bagian dalam bucket list gue mulai hari Senin,
tertanggal 10 Februari 2014. Sejak Selasa, Sera menemani gue pergi dan pulang kerja bertubi tubi, setiap hari. Bahagia melingkupi sepenuhnya hati gue.
Minggu kali ini adalah
hari pertama gue jalan jalan melintasi ranting jalan Jakarta. Arundina, kata
teman gue, Nova, menyebutkan nama daerah yang akan kita tuju.
Gue yang masih dalam
tahap perkenalan, semacam ta’aruf sama Sera dengan mengucap bismillahi
tawakaltu alallohi la haula wala kuata ila bilahil aliyyul adzim, gue disokong oleh Sera
mengarungi jalan yang berbilah bilah.
Dengan panduan kedipan
lampu belakang motor Nova, gue melajukan Sera dengan penuh kasih sayang di
jalan antah berantah ini. Saking sayangnya, di Valentine kemarin gue memandikan
Sera dengan bunga mawar merah biar kayak Julia Perez. Tapi, waktu gue mau beli
bunga, Sera bilang,
“Mey, nggak usah Mey...tanpa
bunga pun aku sudah tahu kamu sayang aku dan akan menjagaku semampu jangkauan
cintamu...”
Mata gue berair dan kita
berpelukan erat sekali di sudut ruang tamu.
“Makasih, Sera.... kamu
melengkapi hidupku...aku janji aku akan selalu melindungi dan menjaga
keberadaanmu sepenuh hatiku...tidak akan aku biarkan siapapun menjamah
mu...InsyaAlloh...” janji terucap dari mulut gue, dan Sera semakin mempererat
jangkauan stangnya, melingkupi lenganku dan menjangkau punggungku.
Gue mengharu biru.
Alhamdulillah. Alloh
memeluk setiap mimpi hamba hambanya yang mau berusaha. Maka nikmat Tuhanmu yang
mana lagi yang kamu dustakan? Sera adalah salah satu nikmat Alloh yang gue
rindukan keberadaannya sejak bilahan tahun yang lalu
----
“Jauh juga ya Va...”,
ucap gue saat kita berhenti bersamaan menunggu lampu merah di salah satu ruas
jalan.
“ jauh ya?”, ucapnya lalu
melajukan motornya kembali dan berbelok ke kanan, di depan semacam cafe yang
menjual bermacam serabi berwifi.
Dibandingkan serabi,
memang yang lebih kita butuhkan adalah gelombang wifi yang akan menyambungkan
dunia maya ke genggaman laptop yang kita bawa.
Yap, sudah lamaaaaa
sekali kita merencanakan pertemuan ini. Hanya saja jadwal yang tak pernah klop
menjauhkan rencana kita. Finally, Alloh bilang iya, kita bersua.
Nova adalah
mantan partner kerja gue di English course yang gue tempati sekarang. Hobi
menulis dan kegemaran menyaksikan keromantisan semu Drama Korea yang tidak akan
pernah terjadi di dunia nyata telah menyatukan kita berdua. Demi misi untuk
bisa merampungkan novel romance bergaya Drama Korea pun adalah tujuan yang kita
emban dari pertemuan kali ini.
Sayangnya, novel yang halamannya masih dalam
hitungan jari ini ada di laptop yang dia tinggal di rumah, jadilah kita di cafe
itu hanya menumpang berlayar di dunia maya saja sambil menceritakan hidup
masing masing, sembari menyeruput es kopi dan selembar serabi tebal seharga
10ribu. Di Jawa Tengah, dengan mengantongi 10ribu rupiah, gue bisa mendapatkan
dua pak serabi. Satu pak serabi dengan isi 10 biji beserta kuah asoynya
dibandrol dengan harga 5ribu saja. Jadi, kalau ditukarkan di Jawa Tengah, satu
lembar serabi tebal dengan tingkat ketebalan hanya 4 kali serabi jawa ini bisa
menganak pinak menjadi 20 lembar serabi bersama dengan kuah asoynya.
Itu mengapa hidup di
Jakarta itu tidak murah. Tapi, gue yakin satu hal. Hidup itu sebenarnya murah
murah saja, yang bikin mahal adalah GAYA hidupnya. Bisa milih mau bergaya anak
gedongan atau anak kost an. And the choice is in your hand.
Di pertemuan kali ini
juga, Alloh membukakan jalan gue untuk bisa meretas point lain di bucket list
gue. Mengajar anak anak jalanan Ibu Kota.
Bermula dari percakapan bertema masa
depan, Nova bilang,
“Iya Mey nih sekarang gue
juga baru daftar jadi pengajar sahabat anak. Nanti ngajarnya di Cipayung, tapi
ikut meeting and briefing juga di Jakarta Pusat.”
Dan tanpa babibu, gue
langsung membuka website sahabatanak.org dan mengklik ‘daftar relawan’ untuk
mendaftar menjadi salah satu pengajar.
Bahkan ini yang sedang
gue cari cari. Gue pingin banget bisa membantu para anak jalanan di Jakarta
yang kalau dihitung berpuluh puluh lusin jumlahnya. Setidaknya, di hidup gue
yang penuh dosa ini gue masih bisa menabung pahala dan menjadi salah satu dari
miliaran tangan Tuhan bagi orang lain yang membutuhkan.
Kata Nova, Cipayung
adalah spot paling dekat. Memang, di website itu ada beberapa pilihan spot yang
bisa dipilih sesuai dengan tempat tinggal kita.
Jadilah gue mencoba
mendaftar untuk bisa mengkatamkan mimpi gue kali ini.
Hari semakin sore dan
saatnya pulang.
“Mey, gue anter sampai
sini ya, lu udah ngapalin jalannya khan??”, ucap dia di pinggir jalan, salah
satu perempatan di dunia antah berantah
“Udah Nov....”
Mustahil buat gue untuk
bisa menghafal jalan hanya dengan sekali jalan. Bahkan, hal yang paling mudah
gue lupakan adalah arah jalan dan nama orang. Jelas ini adalah cobaan yang
berat buat gue. Hanya saja, kalau nggak dicoba, gue nggak bakal tau gue bisa
atau butiran debu nantinya. Jadi gue udahin aja.
“Jadi begini Mey, dari
sini lo lurus, nanti ada pertigaan lu ke kanan, terus lurus ngelewatin makan makan
itu, lalu abis makam makam ada kayak pertigaan nah lu belok ke kiri, lalu
lurrrrruuuuus lagi terus. Abis itu nanti ada jalan ke kompleks yang tadi, nah
itu nanti lu masuk situ, belok ke kanan gitu lalu lurus...kalau udah, nanti belok ke kiri
lagi teruuusss..nah, sampai deh di depan Alfa Mart deket kost lo” Gue yang
nginget nginget sambil ngeden ngeden saking fokusnya.
“Oke, Novvv...doakan gue
ya...”, ucap gue di penghujung jumpa.
“Good Luck ya Mey...”,
ucap Nova. Gue fikir Nova agaknya mau bilang “Fighting!” sambil mengepalkan
telapak tangan kanannya tepat di depan wajahnya biar kayak drama Korea.
“Makasih Novv...”, Tak
lupa gue ucapkan terimakasih kepada Nova yang telah menunjukkan jalan saat
pergi dan menceritakan kemana gue melangkah saat pulang. Dengan begini, hidup
gue hari ini akan berliku liku tapi justru liku liku itu yang bikin asyik.
Tau sendiri kalau life is
never flat.
Lalu gue memasang masker
demi mulut yang tak tersulut mentari dan menurunkan kaca helm biru laut yang
cantik sekali.
Gue merangsek masuk ke
jajaran motor dan mobil, mencoba mencari jalan pulang.
Dengan kekuatan “mau
tersesat bodo amat penting bensin full, bawa STNK juga SIM” gue mulai melajukan
Sera dengan terus menatap ke depan, kadang ke kiri dan ke kanan mencoba
menggali ingatan yang agaknya sudah terkubur.
“Oke, ini ke
kanan...brarti abis ini nemu makam...oke, ini makam, ah ada pertigaan lagi apa
belok kanan? Oke aja belok kanan...”
“Eh, kayaknya bukan deh
masih lurus, khan tadi abis belok kanan dilanjutkan belok kiri bukan belok
kanan lagiii...”
Kemudian dengan
perdebatan sengit antara Mey dan Ike gue akhirnya putar balik dan kemudian
lurus lagi melintasi are permakaman yang luas sekali...
“Ah, iya tadi lewat
sini...berarti abis ini seharusnya belok kanan lagi...tadi lewat sini nggak
ya... emang tadi ada yang jualan bunga plastik begini??”
Sera mengingat gue yang
kebingungan hanya melaju dalam diam sesuai kehendak Tuhan.
Gue fikir dia juga sedang
berdo’a agar kita berdoa bisa pulang dengan selamat. Ini adalah kali pertama
gue menjelajahi ruas jalan Jakarta yang semrawut dengan banyak ranting mengarah
kemana mana.
Gue lurus aja terus
dengan terus berpegang teguh “tersesat bodo amat yang penting bensin full, bawa
STNK dan SIM, tadi sudah berdo’a”
Lalu, ada pertigaan di
depan, dan
“kayaknya iya tadi lewat
sini...”
Dan gue kembali
meluruskan arah pandang Sera ke depan. Gue mencoba mencari alamat di depan toko
toko yang mengibarkan alamat toko di spanduk mereka. Gue masih di area Kranggan Permai,
toh kalau pun gue tersesat nantinya, gue masih ada di area tempat tinggal gue.
Di jalan, gue lihat
seperti ada jalan masuk kompleks yang tadi gue lewatin. Jelas dong gue
mengirimkan signal bahwa gue akan ke kanan dengan melajukan motor ke tengah
jalan karena gue akan mernyeberang. Begitu akan menyeberang, lah dalah ternyata
bukanlah bukan. Dalam kegalauan yang menerpa, gue nggak jadi menikung, dan
“TIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIINNNNNNNN!!!”
Dengan segenap jiwa dan
raga mobil megah di belakang gue langsung demo. Dan karena yakin ini bukanlah jalan
yang benar, akhirnya gue menancapkan gas ke depan.
“Ngueeeeeeng....”
Udah tau orang Jakarta
itu ganas ganas masih aja nyelampar, batin gue.
Gue udah mulai kehilangan
arah dan gue pikir gue telah butiran debu. Lalu gue berdoa supaya dimudahkan jalannya.
Lalu, saat gue galau
mulai merasuki gue dan Sera, ada plang “Sabilina Playgroup” dengan menunjuk ke
kanan. Merasa familiar dengan plang itu, gue menepikan motor dulu sebelum
melaju ke tengah jalan. Takut kena semprit lagi.
Setelah gue selidiki,
ternyata benar ini adalah jalan tadi!!! Ternyata gue nggak jadi butiran debu!!
Gue bisa move on!!!
Melajulah gue dan memasuki
–hidupyangbaru- kompleks perumahan. Gue lurusss, dan mulai dihadapkan pada
pertanyaan yang sama. Tadi kemanaaaaa??????
Akhirnya gue dihadapkan
pada dua jalan. Kanan dan kiri. Gue mulai memejamkan mata dan mencoba mendengarkan
kata hati. Kata orang bijak,
‘saat kamu galau menentukan
langkah, ikuti saja kemana hatimu mengarah’
Sayangnya dari pengalaman
yang sudah sudah, intuisi gue kurang berjalan dengan baik.
“Mey, ke sini aja Mey,
kayaknya bagus...”, ternyata jalan buntu.
“Mey, ikutan aja Mey
kayaknya meyakinkan...”, ternyata jalan buntu episode 2.
“Mey, percaya saja sama
dia Mey, insyaAlloh akan sampai berpuluh puluh masa...” ternyata kentut.
Jadi, saat hati gue
bilang,
“Kanan kayaknya OKE
Mey....” gue menyangsikan kata hati gue. Lalu, gue belok kanan dan bertanya pada
mas mas penjual bakso
“Owh, katelia raya belok
kiri teh...”
See??? Hati hati sama
hati gue...Susah dipercaya.
---
“Huaaaaah...alhamdulillaaaaaah...”
Akhirnya gue bisa menghempaskan tubuh gue ke kost gue yang super nyaman buat
gue. Akhirnya gue bisa menyelesaikan misi gue hari ini dengan lumayan mulus dan
karena hari ini pula, misi gue yang lain telah menembus garis start.
Lalu, apakah gue akan
bertemu lagi dengan Nova?
Apakah novel duet kita
akan katam?
Apakah gue bisa bergabung
menjadi salah satu pengajar di Sahabat Anak??
Apakah Sera bahagia sama
gue?
Apakah Nia Daniati akan
menuntut harta gona gono dari Farhat Abbas?
Dan apakah hidung Dewi Perssik
berhasil mancung dengan tanam benang??
Anda penasaran? Samaaa!!
Aye jugaaaaa.....
Satu perjalanan memang
mendatangkan banyak inspirasi untuk mematik perjalanan selanjutnya.
SERA*1 : SEpin meRAh
ternyata sera itu... motor? -__-
BalasHapusmulia banget jadi relawan buat ngajar anak2 jalanan. Semoga diterima dan bisa memberi ilmu ke mereka yaaa :3
Wah sama nih kak mey pengalaman kita. Bingung di jalanan akhirnya diklaksonin mobil dari belakang. Untung bukan aku yg nyetir hahaha
BalasHapusSetuju deh sama kata2 meskipun banyak dosa, tapi masih bisa nabung pahala. semoga lancar ngajarnya ya kak:) bisa nih kayaknya sharing-sharing tentang ngajar sama kak mey ehehe
awalnya aku kira Sera itu nama orkes yg terkenal di Solo Raya itu kak eh termyata motor -_- ciee yg udah jadi anak jekardah lagi jalan2 pas pulang nyasar. untung bisa nyampe kost, jangan kapok kak! nyasar itu seru kok nambah pengalaman tentang jalan
BalasHapuskirain awalnya baca judul itu juga nama orkes.. baca awalnya eh kirain temanmu, dan akhirnya aku paham ternyata sera itu motormu ya...
Hapuswuih, keren nih.. motor baru ya kak..@@
Dari awal kalimat aku udah yakin kalo sera itu nama motor.
BalasHapusBukan karena postinganmu gampang ketebak, tapi karena.... Jengjengjenggggg *bunyi musik naggetin di pilem horor indonesia*
Karena aku juga blm lema ini punya vivi (parioh item) hehehe..jd bisa nebak.
Aku juga baru2 ini bawa motor *nyengir*
Kamu jd relawan ngajak anak jalanan? Itu ide bagus!
Aku juga pengen.
Ah moga2 di jogja nanti ada.
Oya, aku jawab disini ya atas permintaanmu:
Aku lulusan s1 UNY bukan UGM, UNY is my beloved campus. Aku ambil prodi keguruan juga :-)
Bisa ngajar di NTT karena ikut program ngajar setahun di pelosok.
dan motor adalah pacar kedua ku :3
BalasHapustante kamu baik bgt Meyk ngasih Spin Merah hehehee
BalasHapusoalaaah jadi yg di status bbm kamu tu cerita yg ini to? hehehe
gak apa2lah nyasar, sesekali kamu emang harus digituin biar hafal sama nama orang dan arah jalan, jangan cuma mantan aja yg diingat eeeeaaaa
oya semoga lancar ya nantinya kalo jadi tenaga sukarelawan ngajar :) sukses Meyk
Hahaha sera keanalan yuk sama mumu (nama motor aku)..
BalasHapusAhhh kak sweet banget sih ceritanya, semoga tetap lancar dan sehat selalu kak supaya tetap bisa jadi tenaga volunteer :)
hahaha motor toh.
BalasHapustersesat ikuti kata hati ajah sampe nemu jalan yang bner, pasti dapet kok. walaupun agak lama :D
Sera -_- oh sera -_- serafilm
BalasHapussera, motor sujuki spin?? iya nggak sih mey?? ahh gue kepo.. haha
BalasHapusseandainya gue bisa kaya kak mey ini, ngajar anak jalanan, mayan buat nambah ahala. tapi sayang hatinya belum mantep nih hehe,
Wah, sudah ke Jakarta ya? Ko enggak mampir sekalian, Mey? :D
BalasHapusUntung ya enggak nyasar ke Ciledug. Hehehe. Kalau naik motor tuh intinya mah, jalan terus. Nyasar itu adalah seni hidup. Enggak usah pake GPS, nanya ke abang abang di pinggir jalan saja kalau tersesat, lebih bisa dipercaya:D
boleh tuh kapan kapan kita touring. Jalan jalan naik motor, malam malam, rame rame gitu. Biasanya ke Bogor. Mau? Buat agenda dari sekarang:D
perjalanan yang luar biasa gaulnya yaaah :D
BalasHapuselo beneran cewek tangguh Mey, berani nyasar2 hahaha
dan\ gue setuju sama kata2 elo yang bilang kalo sebenarnya yang bikin mahal it gaya hidupnya..
teruslah berpetualang di kerasnya ibukota, karena sekeras-kerasnya ibukot masih lebih baik dibandingkan ibu Ani Yudhoyono.
gue bacanya berasa liat pilm dora yang berpetualang hahahahahhaha :D .
BalasHapussera itu motor ya ? kalau di daerah ku sera itu nama orkes melayu :D
Hati hati dengan kata hati gue -_-
BalasHapusKak mey punya hati kurang di perhatiin tuh, jadi nya ngawur kan.
Tapi aku gapernah sih nentuin pilihan pake kata hati.
Tiap nyoba milih, cuma ada keheningan
Hati itu kan gak bicara. Aku gak ngerti deeeeeh.
Alhamdullilah ya akhirnya sampe juga di kost'an.
Semestinya sebelum pergi itu, tabur permen di sepanjang jalan.
Jadi kan gampang toh.