MASIGNASUKAv102
1413081431726134975

Bersama SERA, Berkat Nova, Mari Mulai Jelajahi Ibu KOTA!!!

Bersama SERA, Berkat Nova, Mari Mulai Jelajahi Ibu KOTA!!!
Add Comments
Minggu, 16 Februari 2014
“Jalan jalan membelah jejalanan Ibu Kota Indonesia naik motor”, itu adalah bunyi salah satu bucket list yang masih gue pegang teguh sampai sekarang. Dan hari ini gue rasa gue sudah memulai melintasi garis start dan pelan tapi pasti gue menginjak ruas jalan Jakarta.

Hari ini genap 6 hari Sera*1 nginep di kost gue, bertengger dengan sangat anggun di ruang tamu kost. Dengan wajah yang awet muda tanpa balutan krim Korea dan badan perkasa bak ikutan OCD dilanjutkan pilates, terkadang yoga, tante gue mengikhlaskan dia untuk hidup bersama gue dan menjadi bagian dalam bucket list gue mulai hari Senin, tertanggal 10 Februari 2014. Sejak Selasa, Sera menemani gue pergi dan pulang kerja bertubi tubi, setiap hari. Bahagia melingkupi sepenuhnya hati gue.

Minggu kali ini adalah hari pertama gue jalan jalan melintasi ranting jalan Jakarta. Arundina, kata teman gue, Nova, menyebutkan nama daerah yang akan kita tuju.

Gue yang masih dalam tahap perkenalan, semacam ta’aruf sama Sera dengan mengucap bismillahi tawakaltu alallohi la haula wala kuata ila bilahil aliyyul adzim, gue disokong oleh Sera mengarungi jalan yang berbilah bilah.

Dengan panduan kedipan lampu belakang motor Nova, gue melajukan Sera dengan penuh kasih sayang di jalan antah berantah ini. Saking sayangnya, di Valentine kemarin gue memandikan Sera dengan bunga mawar merah biar kayak Julia Perez. Tapi, waktu gue mau beli bunga, Sera bilang,

“Mey, nggak usah Mey...tanpa bunga pun aku sudah tahu kamu sayang aku dan akan menjagaku semampu jangkauan cintamu...”

Mata gue berair dan kita berpelukan erat sekali di sudut ruang tamu.

“Makasih, Sera.... kamu melengkapi hidupku...aku janji aku akan selalu melindungi dan menjaga keberadaanmu sepenuh hatiku...tidak akan aku biarkan siapapun menjamah mu...InsyaAlloh...” janji terucap dari mulut gue, dan Sera semakin mempererat jangkauan stangnya, melingkupi lenganku dan menjangkau punggungku.

Gue mengharu biru.

Alhamdulillah. Alloh memeluk setiap mimpi hamba hambanya yang mau berusaha. Maka nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang kamu dustakan? Sera adalah salah satu nikmat Alloh yang gue rindukan keberadaannya sejak bilahan tahun yang lalu


----

“Jauh juga ya Va...”, ucap gue saat kita berhenti bersamaan menunggu lampu merah di salah satu ruas jalan.

“ jauh ya?”, ucapnya lalu melajukan motornya kembali dan berbelok ke kanan, di depan semacam cafe yang menjual bermacam serabi berwifi.

Dibandingkan serabi, memang yang lebih kita butuhkan adalah gelombang wifi yang akan menyambungkan dunia maya ke genggaman laptop yang kita bawa.

Yap, sudah lamaaaaa sekali kita merencanakan pertemuan ini. Hanya saja jadwal yang tak pernah klop menjauhkan rencana kita. Finally, Alloh bilang iya, kita bersua. 

Nova adalah mantan partner kerja gue di English course yang gue tempati sekarang. Hobi menulis dan kegemaran menyaksikan keromantisan semu Drama Korea yang tidak akan pernah terjadi di dunia nyata telah menyatukan kita berdua. Demi misi untuk bisa merampungkan novel romance bergaya Drama Korea pun adalah tujuan yang kita emban dari pertemuan kali ini. 

Sayangnya, novel yang halamannya masih dalam hitungan jari ini ada di laptop yang dia tinggal di rumah, jadilah kita di cafe itu hanya menumpang berlayar di dunia maya saja sambil menceritakan hidup masing masing, sembari menyeruput es kopi dan selembar serabi tebal seharga 10ribu. Di Jawa Tengah, dengan mengantongi 10ribu rupiah, gue bisa mendapatkan dua pak serabi. Satu pak serabi dengan isi 10 biji beserta kuah asoynya dibandrol dengan harga 5ribu saja. Jadi, kalau ditukarkan di Jawa Tengah, satu lembar serabi tebal dengan tingkat ketebalan hanya 4 kali serabi jawa ini bisa menganak pinak menjadi 20 lembar serabi bersama dengan kuah asoynya.

Itu mengapa hidup di Jakarta itu tidak murah. Tapi, gue yakin satu hal. Hidup itu sebenarnya murah murah saja, yang bikin mahal adalah GAYA hidupnya. Bisa milih mau bergaya anak gedongan atau anak kost an. And the choice is in your hand.

Di pertemuan kali ini juga, Alloh membukakan jalan gue untuk bisa meretas point lain di bucket list gue. Mengajar anak anak jalanan Ibu Kota. 

Bermula dari percakapan bertema masa depan, Nova bilang,

“Iya Mey nih sekarang gue juga baru daftar jadi pengajar sahabat anak. Nanti ngajarnya di Cipayung, tapi ikut meeting and briefing juga di Jakarta Pusat.”

Dan tanpa babibu, gue langsung membuka website sahabatanak.org dan mengklik ‘daftar relawan’ untuk mendaftar menjadi salah satu pengajar.

Bahkan ini yang sedang gue cari cari. Gue pingin banget bisa membantu para anak jalanan di Jakarta yang kalau dihitung berpuluh puluh lusin jumlahnya. Setidaknya, di hidup gue yang penuh dosa ini gue masih bisa menabung pahala dan menjadi salah satu dari miliaran tangan Tuhan bagi orang lain yang membutuhkan.

Kata Nova, Cipayung adalah spot paling dekat. Memang, di website itu ada beberapa pilihan spot yang bisa dipilih sesuai dengan tempat tinggal kita.

Jadilah gue mencoba mendaftar untuk bisa mengkatamkan mimpi gue kali ini.

Hari semakin sore dan saatnya pulang.

“Mey, gue anter sampai sini ya, lu udah ngapalin jalannya khan??”, ucap dia di pinggir jalan, salah satu perempatan di dunia antah berantah

“Udah Nov....”

Mustahil buat gue untuk bisa menghafal jalan hanya dengan sekali jalan. Bahkan, hal yang paling mudah gue lupakan adalah arah jalan dan nama orang. Jelas ini adalah cobaan yang berat buat gue. Hanya saja, kalau nggak dicoba, gue nggak bakal tau gue bisa atau butiran debu nantinya. Jadi gue udahin aja.

“Jadi begini Mey, dari sini lo lurus, nanti ada pertigaan lu ke kanan, terus lurus ngelewatin makan makan itu, lalu abis makam makam ada kayak pertigaan nah lu belok ke kiri, lalu lurrrrruuuuus lagi terus. Abis itu nanti ada jalan ke kompleks yang tadi, nah itu nanti lu masuk situ, belok ke kanan gitu  lalu lurus...kalau udah, nanti belok ke kiri lagi teruuusss..nah, sampai deh di depan Alfa Mart deket kost lo” Gue yang nginget nginget sambil ngeden ngeden saking fokusnya.

“Oke, Novvv...doakan gue ya...”, ucap gue di penghujung jumpa.

“Good Luck ya Mey...”, ucap Nova. Gue fikir Nova agaknya mau bilang “Fighting!” sambil mengepalkan telapak tangan kanannya tepat di depan wajahnya biar kayak drama Korea.

“Makasih Novv...”, Tak lupa gue ucapkan terimakasih kepada Nova yang telah menunjukkan jalan saat pergi dan menceritakan kemana gue melangkah saat pulang. Dengan begini, hidup gue hari ini akan berliku liku tapi justru liku liku itu yang bikin asyik.

Tau sendiri kalau life is never flat.

Lalu gue memasang masker demi mulut yang tak tersulut mentari dan menurunkan kaca helm biru laut yang cantik sekali.

Gue merangsek masuk ke jajaran motor dan mobil, mencoba mencari jalan pulang.

Dengan kekuatan “mau tersesat bodo amat penting bensin full, bawa STNK juga SIM” gue mulai melajukan Sera dengan terus menatap ke depan, kadang ke kiri dan ke kanan mencoba menggali ingatan yang agaknya sudah terkubur.

“Oke, ini ke kanan...brarti abis ini nemu makam...oke, ini makam, ah ada pertigaan lagi apa belok kanan? Oke aja belok kanan...”

“Eh, kayaknya bukan deh masih lurus, khan tadi abis belok kanan dilanjutkan belok kiri bukan belok kanan lagiii...”

Kemudian dengan perdebatan sengit antara Mey dan Ike gue akhirnya putar balik dan kemudian lurus lagi melintasi are permakaman yang luas sekali...

“Ah, iya tadi lewat sini...berarti abis ini seharusnya belok kanan lagi...tadi lewat sini nggak ya... emang tadi ada yang jualan bunga plastik begini??”

Sera mengingat gue yang kebingungan hanya melaju dalam diam sesuai kehendak Tuhan.

Gue fikir dia juga sedang berdo’a agar kita berdoa bisa pulang dengan selamat. Ini adalah kali pertama gue menjelajahi ruas jalan Jakarta yang semrawut dengan banyak ranting mengarah kemana mana.

Gue lurus aja terus dengan terus berpegang teguh “tersesat bodo amat yang penting bensin full, bawa STNK dan SIM, tadi sudah berdo’a”

Lalu, ada pertigaan di depan, dan

“kayaknya iya tadi lewat sini...”

Dan gue kembali meluruskan arah pandang Sera ke depan. Gue mencoba mencari alamat di depan toko toko yang mengibarkan alamat toko di spanduk mereka. Gue masih di area Kranggan Permai, toh kalau pun gue tersesat nantinya, gue masih ada di area tempat tinggal gue.

Di jalan, gue lihat seperti ada jalan masuk kompleks yang tadi gue lewatin. Jelas dong gue mengirimkan signal bahwa gue akan ke kanan dengan melajukan motor ke tengah jalan karena gue akan mernyeberang. Begitu akan menyeberang, lah dalah ternyata bukanlah bukan. Dalam kegalauan yang menerpa, gue nggak jadi menikung, dan

“TIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIINNNNNNNN!!!”

Dengan segenap jiwa dan raga mobil megah di belakang gue langsung demo. Dan karena yakin ini bukanlah jalan yang benar, akhirnya gue menancapkan gas ke depan.

“Ngueeeeeeng....”

Udah tau orang Jakarta itu ganas ganas masih aja nyelampar, batin gue.

Gue udah mulai kehilangan arah dan gue pikir gue telah butiran debu. Lalu gue berdoa supaya dimudahkan jalannya.

Lalu, saat gue galau mulai merasuki gue dan Sera, ada plang “Sabilina Playgroup” dengan menunjuk ke kanan. Merasa familiar dengan plang itu, gue menepikan motor dulu sebelum melaju ke tengah jalan. Takut kena semprit lagi.

Setelah gue selidiki, ternyata benar ini adalah jalan tadi!!! Ternyata gue nggak jadi butiran debu!! Gue bisa move on!!!

Melajulah gue dan memasuki –hidupyangbaru- kompleks perumahan. Gue lurusss, dan mulai dihadapkan pada pertanyaan yang sama. Tadi kemanaaaaa??????

Akhirnya gue dihadapkan pada dua jalan. Kanan dan kiri. Gue mulai memejamkan mata dan mencoba mendengarkan kata hati. Kata orang bijak,

‘saat kamu galau menentukan langkah, ikuti saja kemana hatimu mengarah’

Sayangnya dari pengalaman yang sudah sudah, intuisi gue kurang berjalan dengan baik.

“Mey, ke sini aja Mey, kayaknya bagus...”, ternyata jalan buntu.

“Mey, ikutan aja Mey kayaknya meyakinkan...”, ternyata jalan buntu episode 2.

“Mey, percaya saja sama dia Mey, insyaAlloh akan sampai berpuluh puluh masa...” ternyata kentut.

Jadi, saat hati gue bilang,

“Kanan kayaknya OKE Mey....” gue menyangsikan kata hati gue. Lalu, gue belok kanan dan bertanya pada mas mas penjual bakso

“Owh, katelia raya belok kiri teh...”

See??? Hati hati sama hati gue...Susah dipercaya.

---

“Huaaaaah...alhamdulillaaaaaah...” Akhirnya gue bisa menghempaskan tubuh gue ke kost gue yang super nyaman buat gue. Akhirnya gue bisa menyelesaikan misi gue hari ini dengan lumayan mulus dan karena hari ini pula, misi gue yang lain telah menembus garis start.

Lalu, apakah gue akan bertemu lagi dengan Nova?

Apakah novel duet kita akan katam?

Apakah gue bisa bergabung menjadi salah satu pengajar di Sahabat Anak??

Apakah Sera bahagia sama gue?

Apakah Nia Daniati akan menuntut harta gona gono dari Farhat Abbas?

Dan apakah hidung Dewi Perssik berhasil mancung dengan tanam benang??

Anda penasaran? Samaaa!! Aye jugaaaaa.....

Satu perjalanan memang mendatangkan banyak inspirasi untuk mematik perjalanan selanjutnya.

SERA*1 : SEpin meRAh


Meykke Santoso

I'm a passionate teacher, an excited blogger, a newbie traveler and a grateful wife. Nice to see you here! I write for fun. Please, enjoy!

Assalamualaikum wr wb,

Terimakasih sudah mampir ke sini ya... Yuk kita jalin silaturahmi dengan saling meninggalkan jejak di kolom komentar.

Terimakasih .... :)

  1. ternyata sera itu... motor? -__-
    mulia banget jadi relawan buat ngajar anak2 jalanan. Semoga diterima dan bisa memberi ilmu ke mereka yaaa :3

    BalasHapus
  2. Wah sama nih kak mey pengalaman kita. Bingung di jalanan akhirnya diklaksonin mobil dari belakang. Untung bukan aku yg nyetir hahaha
    Setuju deh sama kata2 meskipun banyak dosa, tapi masih bisa nabung pahala. semoga lancar ngajarnya ya kak:) bisa nih kayaknya sharing-sharing tentang ngajar sama kak mey ehehe

    BalasHapus
  3. awalnya aku kira Sera itu nama orkes yg terkenal di Solo Raya itu kak eh termyata motor -_- ciee yg udah jadi anak jekardah lagi jalan2 pas pulang nyasar. untung bisa nyampe kost, jangan kapok kak! nyasar itu seru kok nambah pengalaman tentang jalan

    BalasHapus
    Balasan
    1. kirain awalnya baca judul itu juga nama orkes.. baca awalnya eh kirain temanmu, dan akhirnya aku paham ternyata sera itu motormu ya...
      wuih, keren nih.. motor baru ya kak..@@

      Hapus
  4. Dari awal kalimat aku udah yakin kalo sera itu nama motor.
    Bukan karena postinganmu gampang ketebak, tapi karena.... Jengjengjenggggg *bunyi musik naggetin di pilem horor indonesia*
    Karena aku juga blm lema ini punya vivi (parioh item) hehehe..jd bisa nebak.

    Aku juga baru2 ini bawa motor *nyengir*

    Kamu jd relawan ngajak anak jalanan? Itu ide bagus!
    Aku juga pengen.
    Ah moga2 di jogja nanti ada.

    Oya, aku jawab disini ya atas permintaanmu:
    Aku lulusan s1 UNY bukan UGM, UNY is my beloved campus. Aku ambil prodi keguruan juga :-)
    Bisa ngajar di NTT karena ikut program ngajar setahun di pelosok.

    BalasHapus
  5. dan motor adalah pacar kedua ku :3

    BalasHapus
  6. tante kamu baik bgt Meyk ngasih Spin Merah hehehee
    oalaaah jadi yg di status bbm kamu tu cerita yg ini to? hehehe
    gak apa2lah nyasar, sesekali kamu emang harus digituin biar hafal sama nama orang dan arah jalan, jangan cuma mantan aja yg diingat eeeeaaaa
    oya semoga lancar ya nantinya kalo jadi tenaga sukarelawan ngajar :) sukses Meyk

    BalasHapus
  7. Hahaha sera keanalan yuk sama mumu (nama motor aku)..
    Ahhh kak sweet banget sih ceritanya, semoga tetap lancar dan sehat selalu kak supaya tetap bisa jadi tenaga volunteer :)

    BalasHapus
  8. hahaha motor toh.
    tersesat ikuti kata hati ajah sampe nemu jalan yang bner, pasti dapet kok. walaupun agak lama :D

    BalasHapus
  9. Sera -_- oh sera -_- serafilm

    BalasHapus
  10. sera, motor sujuki spin?? iya nggak sih mey?? ahh gue kepo.. haha

    seandainya gue bisa kaya kak mey ini, ngajar anak jalanan, mayan buat nambah ahala. tapi sayang hatinya belum mantep nih hehe,

    BalasHapus
  11. Wah, sudah ke Jakarta ya? Ko enggak mampir sekalian, Mey? :D

    Untung ya enggak nyasar ke Ciledug. Hehehe. Kalau naik motor tuh intinya mah, jalan terus. Nyasar itu adalah seni hidup. Enggak usah pake GPS, nanya ke abang abang di pinggir jalan saja kalau tersesat, lebih bisa dipercaya:D

    boleh tuh kapan kapan kita touring. Jalan jalan naik motor, malam malam, rame rame gitu. Biasanya ke Bogor. Mau? Buat agenda dari sekarang:D

    BalasHapus
  12. perjalanan yang luar biasa gaulnya yaaah :D
    elo beneran cewek tangguh Mey, berani nyasar2 hahaha

    dan\ gue setuju sama kata2 elo yang bilang kalo sebenarnya yang bikin mahal it gaya hidupnya..

    teruslah berpetualang di kerasnya ibukota, karena sekeras-kerasnya ibukot masih lebih baik dibandingkan ibu Ani Yudhoyono.

    BalasHapus
  13. gue bacanya berasa liat pilm dora yang berpetualang hahahahahhaha :D .

    sera itu motor ya ? kalau di daerah ku sera itu nama orkes melayu :D

    BalasHapus
  14. Hati hati dengan kata hati gue -_-
    Kak mey punya hati kurang di perhatiin tuh, jadi nya ngawur kan.

    Tapi aku gapernah sih nentuin pilihan pake kata hati.
    Tiap nyoba milih, cuma ada keheningan
    Hati itu kan gak bicara. Aku gak ngerti deeeeeh.

    Alhamdullilah ya akhirnya sampe juga di kost'an.
    Semestinya sebelum pergi itu, tabur permen di sepanjang jalan.
    Jadi kan gampang toh.

    BalasHapus