MASIGNASUKAv102
1413081431726134975

Bersua Kilahan Air Meluncur di Curug Kembar Bolodewa, Wirogomo

Bersua Kilahan Air Meluncur di Curug Kembar Bolodewa, Wirogomo
Add Comments
Kamis, 09 Mei 2013


Saya tatap lekat lekat hamburan air yang menghempas bebatuan di bawahnya. Dongakkan kepala, Rentangkan tangan dan nikmati titik titik pias air yang membasahi wajah saya. Dan saya dibidik.



Saya bahkan sudah tidak ingat lagi kapan terakhir saya melihat air berhamburan membentuk piasan piasan seumpama spray alam seperti ini. Seingat saya, saat kuliah saya juga belum pernah, saya tengok memory saya sewaktu SMA pun nihil. Dan saya sadar satu hal. Dulu dulu saya kemane aje??? Miapah!

Dan berkat ketajaman mata Yanta saat mengendarai motor, sampailah kita di curug ini, curug Kembar Bolodewa di puncak desa Wirogomo, Banyubiru, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia Raya.


Ini adalah lanjutan jejak kita setelah puas berkeliling Benteng Willem 1 di Ambarawa. Dan ini adalah rencana dadakan kita, karena destination awal kita adalah Benteng Pendem itu, lalu dilanjutkan dengan Candi Dukuh dan Stasiun Tuntang. Semuanya yang mengandung sejarah.

Saat di perjalanan, ternyata Yanta tidak hanya melihat kelokan jalan, tetapi juga meneliti plang plang yang bertengger di tepi jalan.

“Curug Kembar Bolodewa”

Sejurus kemudian, Yanta memacu kudanya motornya, dan  memberitahukan tentang keberadaan Curug atau air terjun itu.

Kita setuju, dan naiklah kita. Dimana air itu terjun? 

Jelas kita tidak tahu. Yang kita tahu, bahwa ada air yang terjun di daerah itu. Kita sempat tersesat dantaktahuarahjalanpulang. Hanya saja, karena kita menganut prinsip, “Malu bertanya, sesat di hutan jalan”, maka bertanya adalah kunci keberhasilan kita mendaki desa Wirogomo di Banyubiru itu.

Lalu jalan naik mulai terpampang di depan kita. Kita naik, dan naik dan naik. Aspalnya mulus, naik terjal berkelok kelok dan pemandangan di sisi kiri kita, alamaaak...

Jauh di sisi kiri terhampar air berkilah kilah. Itu Rawa Pening yang saya rasa semakin hari semakin luas saja. Lalu, disusul perbukitan dengan permadani hijau yang melingkupinya, disandingkan awan cerah biru dengan gumpalan kapas bersih. Ceraaah!! Secerah hati saya.

Jauuuh kita mendaki pakai motor, tibalah kita di ujung aspal mulus, dan disambut jalan aspal rusak. Kita bertanya, dan kata mas nya, kita tinggal mendaki lagi di aspal rusak itu, terusss..dan terusss..dan terusss...

Selang beberapa lama, karena kita takut tersesat, saya berinisiatif turun dan bertanya kepada Ibu Ibu yang asik tiduran di lantai teras.

“Bu, kalau mau ke curug itu kemana kaki kita harus melangkah Bu?”

“Owh, udah dekat mbak, tinggal ikut jalan lurus ini..Itu lho mbak, air terjunnya udah keliatan dari sini noh mbak...”

“Yang mana Bu?" Saya mensejajarkan pandangan dengan si Ibu.

“Itu lho mbak..” Ibu menunjukkan ke somewhere di sisi tebing sebuah bukit jauh di depan

“Mana Bu?” saya penasaran.

“Itu mbaaaaak..”,

Saya jongkok jongkok, nungging, sedemikian rupa. Dan terlihatlah kilahan air terjun di antara semak semak raksasa di lereng bukit di depan kita. Indah.

Kita melanjutkan perjalanan.

Sampailah kita pada sebuah pos masuk yang tidak dijaga dan kita tidak perlu mengeluarkan lembaran rupiah barang seribu sekalipun. Indahnya hidup ini.



Berbekal informasi bahwa curug kembar itu berada 400 meter lagi, kita melangkahkan kaki berbarengan dengan bapak bapak penggergaji kayu. Kita melewati jalan setapak, disambut berkelok kelok selokan dengan air jernih, lalu kita sempat menyeberang sungai kecil, dan mulai mendaki dengan jalan setapak yang becek. Saya yang memakai rok jeans dipadupadankan dengan kemeja hitam beralaskan flatshoes tipis beserta kaos kaki coklat merasa sangat saltum. Saya harus mengangkat rok saya yang lumayan berat karena berbahan jeans dan merekah sedemikian rupa ujungnya. Tapi, kita terjang saja, sudah kepalang tanggung.

Dan meluncurlah dengan anggun air air itu di depan mata kita.





Merasa belum puas dengan air terjun pertama dan teringat dengan judul air terjun ini, “Curug Kembar Bolodewa”, kita memutuskan untuk mencari anakyangtertukar kembarannya.

Naiklah Yanta, disusul saya, dan Angga menyusul saya. Jadilah kita bertiga di kembarannya curug number one. Satu hal yang saya tahu dari gemerlapnya dunia ini adalah bukan hanya manusia yang bisa kembar, air terjun atau curug pun mampu.



Mengingat kita mengandung kadar narsis di atas 60 persen, maka sangat mustahil kita hanya memfoto air terjunnya saja tanpa ada tubuh kita melekat di depannya.

Dan dengan ini tercapailah salah satu resolusi saya tahun 2013 berkat kedua teman unyu saya ini. Ke Air Terjun. Namun, saya lalu mengupgrade resolusi saya serupa “Ke Air Terjun dan mainan air di bawahnya.” Kapan itu terjadi?

Who knows..

Dan ini dia penampakan kita :











Puas memandang hamburan air mengikis batu, kita memutuskan untuk turun kembali dan melanjutkan perjalanan.

Yanta tiba tiba panik. Kunci nya ternyata tertinggal di motornya. Dia langsung terbangnaikelang turun dan meninggalkan kedua anak manusia yang rapuh ini.

“Meyk, bener nggak jalannya ini?” tanya Angga bernada getir.

“Ehm...insyaAlloh Ngga..”, jawab saya penuh kebimbangan.

Kita turun dan menyelusuri jalan dengan penuh keraguan. Selain sering lupa nama orang, saya juga sangat tidak lihai menghafal jalan pulang. Dan agaknya Angga pun ada dalam kesulitan yang senada. Maka, bila saya ditambah Angga melakukan pendakian gunung berdua saja, Allohu Alam.

Di tengah perjalanan, kita mendapati pemadangan megah seperti ini. Sawah sawah berterasering, disambut perbukitan di depannya dengan dominasi warna hijau tua dan hijau muda dengan beratapkan langit berkapas bersih berarak arakan. Ceraaah. Secerah hati saya.




Kita meniti kelokan selokan itu...dan....tersesat. Tiba tiba kita dihadapkan pada ujung yang mengarah ke sawah. Emangnya kita mau menyangkul?

Lalu kita berbalik arah, dan akhirnya kesesatan kita hanya sementara. Kita kembali ke jalan yang benar dan bertemu dengan Yanta di parkiran sepeda yang sedang leyeh leyeh dengan muka berbinar. Kuncinya ketemu. Alhamdulillah.

Istirahat sebentar, kita menuruni Wirogomo, dan kembali memacu motor melanjutkan perjalanan kita ke destination terakhir, Candi Dukuh di desa sebelum Muncul, dan melahap keong, belut dan lele bercampur pecel di Lapak Mbak Toen yang legendaris yang terletak di depan Pemandian Muncul.

Candi apakah itu? Apakah selebar Borobudur? Atau semegah Prambanan?

Let’s see..besok.

Pengalaman ini juga ditulis di blog Yanta dengan diksi, plot, dan gaya bahasa yang jelas berbeda. Silahkan diintip! Yeah!

-tobe continued-

Meykke Santoso

I'm a passionate teacher, an excited blogger, a newbie traveler and a grateful wife. Nice to see you here! I write for fun. Please, enjoy!

Assalamualaikum wr wb,

Terimakasih sudah mampir ke sini ya... Yuk kita jalin silaturahmi dengan saling meninggalkan jejak di kolom komentar.

Terimakasih .... :)


  1. “Bu, kalau mau ke curug itu kemana kaki kita harus melangkah Bu?”


    ciyus kamu tanyane kaya gitu???

    BalasHapus
    Balasan
    1. lol, untung meykke gak tanya kalau ke curug itu apakah selendang saya yang hilang bisa ditemukan?

      pasti meykke langsung dirajam warga. :p

      Hapus
    2. Uhm...kasih tau Yanta nggak yaaaa...hahahahaha...



      ga cuma dirajam, digilang jadi serbuk Ngga..hahaha.dipikir kita mau ke curug tujuh bidadari..and beyong everything, emangnya akuh bidadari??? hahahahahaha

      Hapus
  2. Perjalanan yang seru. Air terjun pake kembar segala, keren banget.

    Lihat pemandangan diatas gue jadi kangen suasan dikampung gue #malah curhat

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehehe...cuman itu agak kecil air terjunnya nggak bisa buat mainan air berendam mabit2 gitu..

      emang kampungmu dimana?? bukannya di luar pulau jawa ya?

      Hapus
  3. wah curug itu apa ya ? eh kok bisa dinamain curug kembar itu kenapa ya ? hehehe btw perjalanan nya seru n desannya yang hijau permai aku suka itu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. yah Nenna ga baca deskripsinya yaaa..itu soal soalmu jawabannya ada di tulisanku semua huhuhu...curug kembar karena ada 2 air terjun kecil yang hanya terpisah beberpa meter saja gitu Nen..

      Hapus
  4. Kakak! Nggak mau tau, ajak aku ke sana pokoknya >,<

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya sini sini Bocil kamu dari mataram renang dulu ke pulau jawa lalu terbang di bagian tengah, jawa tengah..hehehehehe

      Hapus
  5. Ihh seruuu... bagus curugnya.. viewnya jugaa..
    Berasa kemaren saya juga main kecurug, tapi curugnya lg longsor jadi berendam di mata air panas.. hihi #curhat plakk

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe, kalo orangnya bagus nggak? *ngarep
      yhm..emang itu di curug daerah mana cc? yang curug ini juga longsor, tapi dikit doang dan masih bisa diakses gitu sih..hehe

      Hapus
  6. waaah aku belum pernah liat curug seindah itu.. *hiks*

    BalasHapus
  7. curugnya kecil yah... tapi ya lumayanlah buat basah - basahan x)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya emang kecil, dan ga bisa buat berendam juga..kurang lebarrr...hahahaha
      bsok cari yang gedean ah :D

      Hapus
  8. pemandangannya bener" asri,,, coba di semarang ada tempat seindah itu u,u

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya ini juga aku ada di kabupaten semarang lho Ra @.@

      Hapus
  9. Eh, nggak salah kostum ke sana, Mbak? Entah kenapa saya merasa itu salah kostum. *hapasih*

    BalasHapus
    Balasan
    1. yah masnya nggak baca ceritaku ya? khan aku udah bilang kalau aku saltum to the max alias salah kostum banget, udah nggak kayaknya lagiii..@.@ haha

      Hapus
  10. cantiknya air terjun, mbak Meykenya jg :)
    pling suka fotonyg pling ats, yg mbak Meyke lg merhatiin air terjun trus d potret :)

    BalasHapus
  11. mandi di curug itu kayaknya keren banget dah! di surabaya panas soalnya/...

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah, banget! tpi yag kemarin aku ga mandi. aku kapan kapan juga mau mandi ah..itu lho, berdiri di persis bawah air terjunnya, massage alam lho Vas

      Hapus
  12. semarang alamnya indah, curug , gak di jawa gak di sunda nama air terjun itu curug ya. kesamaan bahasa, tetap indonesia *apasih

    BalasHapus
  13. Waahh keren bangeettt pemandangannya , tulisannya juga^^ saLam kenal yaa

    BalasHapus
  14. mey perasaan sering jalan muluu... kayak Bolang...
    trus yg bikin ngiri tuh foto2nya....... gue pengen pergi ke foto itu dan berkenalan dengan perempuan berjilbab biru :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe, iya ini berkat teman temenku yang unyu unyu ituuuu :3
      hehehehe,:D

      Hapus
  15. enak banget ya jalan2 terus bikin iri..
    btw knp gk pake celana sih biar gk ribet :D klo pergi2 ke alam gitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe, iya ni jalan jalan terus alhamdulillah..mumpung ada kesempatan begini..jarang jarang punya temen yang suka diajak travelling!
      lah makanya Riza, ini rencana dadakan soalnya. sekalinya liat plank gitu ada curug langsung deh kesana, jadi aku ga tau kalau mau ke curug segala. hihihi

      Hapus
  16. disana bagus banget viewnya ya kak hehe. wirogomo itu dimana ya kak? ._.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, bagus hijau semuaaaa..wirogomo itu di banyubiru, kab semarang jawa tengah indonesia rayaaaaah :D

      Hapus
  17. iiiihh..... seriusan aku juga udah lama gak ke curug2 gitu Meyk, terakhir ke grojogan sewu tapi aku lupa hahahhaa

    bagus bgt ya pemandangannya ?? kapan2 ajak ke situ donk Meyk... lho

    BalasHapus
    Balasan
    1. ih malah aku belum pernah ke grojogan sewu pingin banget. ini kecil mbak, tapi ya keren sih indaaaaaaaaah banget. hehehehe

      sini dulu mbak, nanti aku ajaaak :3

      Hapus